Mohon tunggu...
Deny Oey
Deny Oey Mohon Tunggu... Administrasi - Creative Writer

Seorang pembelajar, pecinta alam dan penikmat makanan pedas. Sesekali mengkhatamkan buku dan membagikan pemikirannya dalam tulisan. Beredar di dunia maya dengan akun @kohminisme (IG) dan @deNocz (Twitter).

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Gunung Carstensz, Sebuah Kisah Tentang Pendakian Hidup

22 Desember 2016   15:19 Diperbarui: 23 Desember 2016   13:34 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah cerita seorang rekan traveller kala menceritakan salah satu kisah perjalanannya. Berbagai tempat di penjuru dunia sudah pernah ia jelajahi dengan segala eksotisme dan keindahannya. Di Indonesia sendiri ia sudah masuk ke pelosok-pelosok bahkan tahu banyak spot yang tidak bisa kita cari di google atau instagram. Namun ternyata ia punya salah satu kisah perjalanan yang paling tak terlupakan.

"Perjalanan tak terlupakan yang memberikan saya banyak pelajaran hidup adalah saat mendaki Gunung Carstensz", katanya dengan mantap.

Gunung Carstensz, atau juga disebut Puncak Jaya atau Carstensz Pyramid, adalah salah satu gunung tinggi yang berada di Timika, Papua. Tak hanya itu, dengan ketinggian 4.884 mdpl gunung ini termasuk dalam Seven Summit (7 puncak tertinggi di dunia). Kawasan di sekitar Cartensz juga termasuk langka dan istimewa dimana kita bisa menemukan salju di negara kita yang beriklim tropis ini. Dan seperti gunung bersalju pada umumnya, badai salju dan hujan es jamak ditemui. Di malam hari, suhu udara juga mencapai di bawah nol derajat celcius.

"Saat sampai di desa Ugimba, kami sempat mengalami kesulitan mengurus perizinan. Kami ditahan selama seminggu dan diperiksa seperti tawanan perang", katanya memulai cerita.

"Saat itu kami tidur tengkurap dengan tangan diatas kepala. Bergerak sedikit saja mereka akan membentak kami, 'Hey, jangan bergerak!!!' Kami sih menurut saja biar aman," timpalnya yang disambut oleh tawa kami.

Perjalanan ke Carstensz memang butuh perjuangan dan pengorbanan. Ia bercerita banyak teman-temanya yang memutuskan untuk pulang. Ketika izin sudah keluar hanya tinggal ia berdua dengan temannya.

"Akhirnya kami digabung dengan empat orang dari tim lain. Lalu ada porter, juga pemandu lokal dan pemandu pendakian."

Dari desa Ugimba, perjalanan cukup jauh. Mereka melewati hutan hujan tropis yang lebat sebelum menuju jalan bebatuan yang terjal dan akar-akar pepohonan. Pendakianpun dimulai, udara mulai berubah lebih dingin.

"Sebenarnya pengalaman naik gunung gue cukup minim. Ini pertama kalinya gua mendaki gunung yang cukup terjal, langsung ke Carstensz pula," curhatnya.

Memang, mendaki gunung tak semudah orang pikirkan. Dibutuhkan skill, fisik yang prima, mental serta persiapan matang untuk menghadapi medan sesungguhnya. Perlengkapan mendaki gunung sudah menjadi equipment wajib. Pendaki juga harus memiliki pengetahuan dalam mendaki. Ini tidak main-main, salah perhitungan sedikit saja paling fatal nyawa menjadi taruhan. Karena itulah, mendaki gunung juga sering disebut sekolah hidup dan juga sebagai pencarian jati diri.

Climbing | telusurindonesia.com
Climbing | telusurindonesia.com
Kisah lain pendakian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun