Mohon tunggu...
Deny Oey
Deny Oey Mohon Tunggu... Administrasi - Creative Writer

Seorang pembelajar, pecinta alam dan penikmat makanan pedas. Sesekali mengkhatamkan buku dan membagikan pemikirannya dalam tulisan. Beredar di dunia maya dengan akun @kohminisme (IG) dan @deNocz (Twitter).

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Gunung Carstensz, Sebuah Kisah Tentang Pendakian Hidup

22 Desember 2016   15:19 Diperbarui: 23 Desember 2016   13:34 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Carstensz memang terkenal akan lereng-lerengnya yang curam dan terjal. Belum lagi para pendaki juga akan menghadapi serangan lain seperti angin kencang serta hujan badai es dan salju. Selain itu, hiportemia juga menjadi ancaman serius karena suhu di sekitar gunung yang mencapai di bawah nol derajat celcius.

"Lereng disana sangat terjal dan curam karena tingkat kemiringannya berbeda-beda. Teknik rock climbing juga sulit dipakai karena kaki sulit sekali berpijak pada batu," katanya sambil menjelaskan salah satu teknik mendaki gunung.

"Waktu mendaki saya melihat ke atas dan saya pikir sudah dekat dengan puncak. Namun pemimpin pendakian kami mengatakan bahwa puncak masih jauh dan masih ada tiga jurang yang harus dilewati," sambungnya.

Sepanjang pendakian dipenuhi tali untuk memanjat, namun tentunya dibutuhkan teknik dan keterampilan khusus jika berada di medan terjal seperti Carstensz. Setelah bersusah payah dan hampir menyerah, akhirnya puncak Carstensz tinggal berada dalam satu genggaman. Diatas ada batu dengan plang bertuliskan 'Puncak Carstensz Pyramid 4.884 mdpl. Berlaku, Berucap, Berpikir untuk Sesuatu yang Pantas Kita Perjuangkan'. 

"Detik-detik mencapai puncak sangat mengharukan. Perjalanan berat selama tujuh hari terbayar lunas. Saat itu saya langsung menangis dan mencium batu plang tersebut. Tak lupa, kami juga mengibarkan Sang Saka Merah Putih seraya bersyukur karena diingatkan betapa kecilnya kami di hadapan ciptaanNya yang indah. Di perjalanan saya hampir menyerah karena cuaca dan kondisi tubuh yang memburuk. Namun saya tetap berkomitmen untuk terus maju dan pantang menyerah," kenangnya yang langsung disambut tepuk tangan kami.

Ternyata Carstensz masih memiliki banyak rintangan. Kesulitan bukan hanya naik ke atas saja tetapi juga saat mendaki turun.

"Kami harus melewati jembatan yang hanya berupa seutas tali dengan jarak sekitar dua puluh lima meter ke seberang. Dibawahnya ada jurang puluhan meter. Kalau jatuh, langsung wasalam," ceritanya.

Akhirnya ia berhasil menuruni gunung. Di perjalanan ia juga menemukan spot menarik seperti gunung es yang mulai meleleh akibat pemanasan global dan sungai es.

"Pendakian itu bukanlah bagaimana kita mencapai puncak, tetapi bagaimana perjalanannya," seraya menutup ceritanya.

Plang di puncak gunung | Imgrum.net
Plang di puncak gunung | Imgrum.net
Carstensz sebagai wisata Papua

Banyak orang jika menyebut wisata Papua pasti langsung menyebut Raja Ampat. Tak heran, Raja Ampat yang sering disebut sebagai 'Surga dari Timur' ini memang memiliki keindahan alam dan laut yang mempesona. Namun sebenarnya Papua juga memiliki pesona wisata lain yang namanya bahkan sudah mendunia, yakni Gunung Carstensz.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun