Mohon tunggu...
Deny Oey
Deny Oey Mohon Tunggu... Administrasi - Creative Writer

Seorang pembelajar, pecinta alam dan penikmat makanan pedas. Sesekali mengkhatamkan buku dan membagikan pemikirannya dalam tulisan. Beredar di dunia maya dengan akun @kohminisme (IG) dan @deNocz (Twitter).

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Bajaj Online, Apakah Bisa Sukses?

26 Agustus 2015   07:19 Diperbarui: 26 Agustus 2015   07:19 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesuksesan Go-Jek dan Grab Bike yang merupakan layanan transportasi umum via online ternyata berimbas pada sistem moda tranportasi publik. Baru-baru ini Organda DKI Jakarta berencana meng-online-kan sarana transportasi umum lainnya yang juga cukup populer di ibukota, Bajaj. Aplikasinya sendiri sudah siap diluncurkan di Google Play Store (khusus pengguna Android) dengan nama Bajaj Online App. Bahkan, rencana ini sudah didukung oleh Gubernur Ahok demi kelancaran dan kenyamanan mobilisasi warga.

Kendati demikian apakah bajaj yang bisa dipesan secara online lewat smartphone ini bisa sukses? Memang benar jika bajaj adalah kendaraan umum dan bukan termasuk kendaraan liar seperti ojek. Akan tetapi tanpa bermaksud pesimis atau memojokkan, disini saya hanya memberikan beberapa poin yang menurut saya bajaj online akan sulit melampaui, bahkan menyamai, kesuksesan ojek online.

1. Bajaj ada dimana-mana

Berbeda dengan ojek yang hanya mangkal di lokasi tertentu, bajaj adalah kendaraan yang ada dimana saja. Di jalan raya anda akan dengan mudah menemukan kendaraan beroda tiga ini baik yang berwarna biru maupun orange. Untuk memesan bajaj pun anda tinggal berdiri di pinggir jalan sambil melambaikan tangan jika ada bajaj yang mendekat. Hal ini jelas berbeda dengan ojek yang tidak mudah anda "kenali" di jalan dan, jika anda tahu dia tukang ojek, tidak bisa anda berhentikan begitu saja untuk meminta layanannya karena mungkin ia sedang menerima job dari pelanggan lain. Ojek online dibuat untuk memudahkan warga yang kesulitan mencari tumpangan. Jika tumpangannya saja sudah berseliweran di jalan raya, buat apa repot-repot pencet hp hanya untuk mesen bajaj.

2. Berapa tarifnya?

Salah satu permasalahan dalam bajaj online adalah belum ditemukannya sistem pembayaran dan tarif dasar sehingga negosiasi harus dilakukan di lokasi. Jika sudah begitu, apa bedanya dengan pesan bajaj secara konvensional? Saya juga penasaran bagaimana jengkelnya si tukang bajaj yang sudah capek-capek ngutak-ngatik hp, nyamperin (calon) penumpang, tapi harganya malah gak cocok.

3. Masih terjebak macet

Jangan lupa, bajaj adalah kendaraan yang ukurannya hampir serupa city car. Jadi jika terjebak macet parah, tentu saja bajaj akan ikut stuck dan tak bisa kemana-mana seperti kendaraan roda empat lainnya. Bajaj tidak punya fitur "selap -selip" atau "jalan di trotoar" sehingga kalau boleh saya katakan, bukan alternatif atau solusi untuk menerobos kemacetan (terlebih untuk penumpang yang lagi buru-buru). Kabar baiknya bajaj diperbolehkan, dan memang bisa, mengangkut 3-4 penumpang sekaligus. Mereka tidak perlu takut ditilang atau lisensi onlinenya dicabut hanya karena mengaktifkan fitur "tarik 3."

4. Hanya untuk bajaj biru 

Sudah ditetapkan, bajaj online hanya untuk bajaj yang menggunakan bahan bakar gas (BBG) yang berarti tukang bajaj orange tidak bisa ambil bagian. Pertanyaannya, apakah akan muncul headline news seperti "Supir Bajaj Online Babak Belur Dihajar Supir Bajaj Tua (Orange)" atau "Para Supir Bajaj Orange Memboikot Bajaj Biru Online." Terdengar familiar? Lagu lama judul baru.

5. Ketimpangan antara supir dan penumpang

Owner Go-Jek pernah mengungkapkan bahwa layanannya tidak memakan pasar ojek konvensional karena konsumennya berasal dari kalangan menengah ke atas, atau bisa dibilang melek teknologi karena sudah megang smartphone. Tanpa bermaksud mendiskreditkan, saya tidak tahu apakah bajaj online akan merekrut supir baru atau tidak, tapi rata-rata pengemudi bajaj adalah generasi tua yang mungkin saat memegang smartphone akan bertanya "kalau mau sms mana pencetannya?" Jika bertemu dengan penumpang yang cang-cing alias canggih cing si driver bajaj tidak akan tahu bahwa fotonya dimasukkan ke dalam Path atau Instagram lengkap dengan segala editan photoshop dan kata-kata mutiara yang memuji atau menjelek-jelekkan layanan bajaj online. Para driver bajaj online pastinya sudah ditraining cara penggunaan smartphone, tapi ada baiknya mereka juga diajarin cara repath atau regram, atau setidaknya memasukkan Bajaj Online App sebagai company work di profil Facebooknya (Alhamdulilah, generasi tua masih ngerti cara main pesbuk)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun