Mohon tunggu...
Deny Oey
Deny Oey Mohon Tunggu... Administrasi - Creative Writer

Seorang pembelajar, pecinta alam dan penikmat makanan pedas. Sesekali mengkhatamkan buku dan membagikan pemikirannya dalam tulisan. Beredar di dunia maya dengan akun @kohminisme (IG) dan @deNocz (Twitter).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Fox Mendingan Urusin X-MEN Aja deh

15 Agustus 2015   07:18 Diperbarui: 15 Agustus 2015   07:23 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah apa yang ada di pikiran 21th Century Fox saat mengerjakan proyek reboot Fantastic Four. Menunjuk sutradara yang minim pengalaman membesut film berbajet besar, jalan cerita yang melenceng jauh dari versi orisinilnya, bahkan penunjukkan castnya pun seperti sebuah 'penghinaan' atau lebih tepatnya 'pembunuhan karakter' yang pastinya membuat fans Fantastic Four menangis. Hasilnya bisa kita lihat dari The Fantastic Four yang menuai banyak kritikan. Cerita yang nyeleneh (atau bisa dibilang aneh), chemistry antar pemain yang kurang klop, alur cerita yang sangat dipaksakan dan CGI yang kasar untuk film bergenre superhero (oh man, this is 2015) menjadi nilai minus dari film ini. Well harus diakui bahwa Fox memang sedang kejar setoran hanya agar lisensi Fantastic Four tidak kembali ke Marvel. Selain itu, Fox memang lebih menganakemaskan X-MEN, superhero yang rights-nya juga mereka dapatkan dari Marvel, karena lebih sukses secara finansial.

X-MEN memang sempat mengalami kejatuhan karena mundurnya Bryan Singer di belakang layar sehingga membuat The Last Stand menjadi 'kuburan' para mutan. Usaha penyelamatan dengan membuat film solo salah satu karakter X-MEN yang paling populer juga belum memberikan hasil memuaskan. Beruntung Fox masih memiliki Matthew Vaughn dengan idenya yang menceritakan kisah awal terbentuknya X-MEN, dan Singer akhirnya duduk kembali di bangku sutradara untuk mengerjakan proyek soft reboot demi memperbaiki kesalahan-kesalahan di film-film sebelumnya. Hasilnya, First Class dan Days of Future Past mendapat respon yang positif baik dari kritikus maupun box office. Dan tahun depan, kita akan menyaksikan Apocalypse yang menjadi penutup trilogi kedua dari franchise  X-MEN.

FYI, Fox mendapatkan rights superhero Marvel dengan catatan bahwa jika dalam rentang tujuh tahun tidak segera diproduksi maka Fox harus mengembalikan lisensi tersebut kepada Marvel. Deadline yang sudah mepet (sejak film Fantastic Four terakhir 2007 silam) akhirnya membuat Fox asal-asalan dalam mengerjakan reboot Fantastic Four. Bahkan Josh Trank, sang sutradara, juga mengungkapkan bahwa kegagalan The Fantastic Four adalah karena Fox yang terlalu ikut campur. Trank sendiri juga tidak luput dari sorotan karena memilih cast yang ngawur (yang tidak perlu saya sebut karena ini adalah isu utama di jajaran pemeran utama), datang ke lokasi shooting dalam keadaan mabuk, menghancurkan properti, bersitegang dengan para kru, bahkan melarang para cast membaca komik Fantastic Four. Hasilnya, selain sebuah film yang gagal, segala rencana di masa depan yang melibatkan film ini buyar sudah. Sekuel yang sudah disiapkan dua tahun lagi akhirnya batal, dan crossover dengan X-MEN juga tinggal harapan. Namun setidaknya, biar bagaimanapun kita harus tetap mengapresiasi kerja keras Fox dan Trank yang telah membuat The Fantastic Four sejajar dengan film superhero lainnya seperti Batman & Robin, Daredevil, Ghost Rider dan Green Lantern. 

Jika sudah begitu, kenapa Fox tidak fokus pada X-MEN saja yang masih berhasil ditangani dengan lebih baik (meski X-MEN juga kerap dikritik karena banyak faktor). Setidaknya jika Fox masih ingin menjadikan para mutan sebagai ladang emas, maka ada dua hal yang bisa (atau sudah) mereka kerjakan.

The Next Trilogy Project

Tidak seperti Marvel atau DC yang membuat proyek jangka panjang untuk film superhero mereka, Fox terkesan tak mau ambil pusing. X-MEN: Apocalypse disebut sebagai seri terakhir dan penutup dari trilogi kedua X-MEN. Setali tiga uang, para cast seperti Michael Fassbender, James McAvoy, Jennifer Lawrence dan Nicholas Hoult juga menyatakan bahwa ini adalah kali terakhir mereka berperan sebagai mutan. Meski demikian hal itu tidak menutup kemungkinan untuk Fox membuat kisah para mutan kembali di masa depan. Reboot cerita para mutan di masa lalu (saat masih muda) memiliki segudang potensi untuk digali lebih dalam lagi. Atau bisa saja Fox membuat plot di masa depan yang jauh dari kisah di trilogi pertama. Jika sukses, sebuah sekuel sudah menanti dan biasanya ditutup oleh film terakhir agar disebut trilogi.

Solo Movie

Sebenarnya Fox sangat amat beruntung memiliki rights X-MEN. Tak seperti lisensi superhero lainnya yang hanya memiliki 1-2 tokoh protagonis saja, universe X-MEN memiliki banyak sekali karakter, baik protagonis maupun antagonis, yang bisa digunakan untuk membuat film solonya. Ya, kisah tersendiri dari individu mutan tersebut bisa dieksplorasi lebih jauh lagi untuk mengenalkan karakter baru atau yang masih belum begitu familiar kepada publik (masih ingat dengan Guardians of The Galaxy dan Ant-Man).

Kesalahan Fox adalah terlalu mengandalkan Wolverine yang akhirnya hanya sukses melambungkan nama Hugh Jackman. Namun, agaknya saat ini Fox sudah tidak 'Wolverinesentris' lagi. Terbukti di film terakhir, peran Wolverine tidak terlalu besar (meski ia adalah salah satu karakter sentral). Dalam Apocalypse pun keterlibatan Jackman masih rumor dan aktor asal Australia tersebut juga menyatakan bahwa film solo ketiga Wolverine yang akan dirilis dua tahun lagi menjadi peran terakhirnya sebagai sang mutan ageless. Dirilisnya film Deadpool tahun depan menjadi tanda bahwa Fox sudah move on dari Wolverine. Respon positif dari cuplikan trailernya membuat Fox memutuskan untuk segera memproduksi sekuelnya (sebagai pengganti sekuel Fant4stic), dan menurut rumor, film solo Gambit juga sedang dalam tahap negoisasi. Seperti yang kita tahu, X-MEN memiliki banyak superhero yang berpotensi untuk dibuatkan film sendiri, dan sangat bodoh jika Fox tidak memaksimalkannya.

Last but not least, The Fantastic Four menjadi bukti bahwa Fox tidak becus mengasuh superheronya karena kasih sayang yang pilih kasih. Sebelum membuatnya bertambah buruk (baik reboot kembali atau sekuel yang untuk saat ini keduanya nyaris mustahil), sebaiknya Fox mengembalikan lisensinya ke Marvel Studios karena Marvel terbukti bisa mengurus 'anak kandungnya'. Fox mendingan urusin X-MEN aja deh....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun