Mohon tunggu...
Deny Oey
Deny Oey Mohon Tunggu... Administrasi - Creative Writer

Seorang pembelajar, pecinta alam dan penikmat makanan pedas. Sesekali mengkhatamkan buku dan membagikan pemikirannya dalam tulisan. Beredar di dunia maya dengan akun @kohminisme (IG) dan @deNocz (Twitter).

Selanjutnya

Tutup

Bola

Siap kembali ke Liga Champions Falcao?

21 Juli 2015   02:39 Diperbarui: 21 Juli 2015   02:39 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Radamel Falcao, bagi anda penggemar sepakbola pasti sudah familiar dengan nama ini. Nama Falcao disebut-sebut sebagai salah satu pesepakbola terbaik yang dimiliki oleh Amerika Latin, khususnya di tanah kelahirannya, Kolombia. Namun dalam kurun dua tahun terakhir, nama Falcao sebagai salah satu striker terbaik di dunia seolah meredup. Setelah melalui musim yang mengecewakan di Manchester United dan harus berkutat dengan cedera panjang saat membela Monaco, Falcao kini berada di titik balik dalam karirnya. Ya, klub juara Liga Inggris Chelsea akhirnya mengontrak pemain berjuluk El Tigre itu sebagai pemain pinjaman dengan opsi pembelian di akhir musim. Dan itu berarti Falcao akan kembali bermain di Liga Champions setelah lima tahun absen!

Meski disebut sebagai salah satu striker terbaik di Eropa, Falcao hanya satu kali bermain di kasta tertinggi dalam kompetisi benua biru tersebut. Itupun saat ia menjalani debut di FC Porto enam tahun silam dan namanya relatif belum dikenal seperti saat ini. Falcao juga terkesan seperti 'malu-malu kucing' karena disaat tim yang dibelanya berhasil lolos ke Liga Champions, ia malah memilih hijrah ke klub yang tidak bermain disana. Jika banyak pesepakbola yang ingin merasakan atmosfir dan berdebar saat mendengarkan anthem Liga Champions, tidak demikian dengan Falcao yang justru lebih akrab dengan kompetisi kasta keduanya, Liga Europa. 

Sebenarnya musim ini Falcao bisa kembali ke arena Liga Champions dengan syarat klub pemiliknya saat ini, AS Monaco, lolos dari babak kualifikasi. Beruntunglah keinginannya untuk tetap bermain di Premiere League, meski gagal dipermanenkan oleh MU, masih terpenuhi karena Chelsea ingin menggunakan tenaganya setelah kepergian Didier Drogba. Di Chelsea, Falcao memang tidak mendapat jaminan menjadi pilihan utama, tapi ia siap memperjuangkan posisinya dan diturunkan dalam kompetisi apapun, termasuk Liga Champions. Ini juga akan menjadi penentu masa depannya, apakah ia masih bisa menunjukkan kelasnya sebagai predator buas yang haus gol, atau malah semakin terpuruk.

Mari kita flashback sejenak bagaimana kisah pemuda kelahiran 29 tahun silam ini mulai menjejakkan kakinya di Eropa dan kini kembali ke salah satu kompetisi yang mengumpulkan jawara-jawara liga di Eropa tersebut.

Berawal dari Porto 

Juli 2009, Radamel Falcao akhirnya memutuskan hijrah ke Eropa dan Portugal menjadi negara tujuannya. Awalnya ia kerap dihubungkan dengan Benfica, namun akhirnya FC Porto menebusnya dari River Plate senilai € 4 juta. 

Di Porto, Falcao memulai debutnya dengan cemerlang. Bahkan bersama klub ibukota Portugal tersebut, untuk pertama kalinya ia merasakan atmosfir Liga Champions dimana ia mencetak total empat gol. Gol kemenangannya atas Arsenal di babak 16 besar tentu akan terus dikenang meski Porto akhirnya harus tersingkir karena kalah agregat. Di Liga Portugal ia juga berhasil menjadi top skor kedua dengan 25 gol di bawah Oscar Cardozo. Sayangnya di akhir musim Porto gagal lolos ke Liga Champions dan harus puas bermain di Liga Eropa. Akan tetapi, disinilah karirnya mulai melejit. Di musim 2010/2011, Porto berhasil meraih treble dengan menggondol trofi liga dan piala domestik di negaranya. Selain itu, Porto juga menyabet gelar sebagai juara Liga Europa. Nama Falcao ikut meroket karena ia mencetak satu-satunya gol di laga final dan menjadi top skor dengan 17 gol (mematahkan rekor 15 gol milik Jurgen Klinsmann di UEFA Cup/Liga Europa). Sebagai juara Portugal, Porto pun sudah menjejakkan kakinya di Liga Champions musim depan.

Dengan segala rekor, trofi dan penghargaan individual yang diraihnya, banyak klub kepincut untuk meminang Falcao. Dan meski baru saja menandatangi perpanjangan kontrak, Porto akhirnya setuju melepas pemain kelahiran Santa Marta tersebut setelah Atletico Madrid menebus klausulnya sebesar € 40 juta.

Atletico Madrid, puncak karir El Tigre

Petualangan Falcao di Eropa berlanjut ke negeri tetangga. Kini ia membela panji Atletico Madrid yang baru saja kehilangan duet striker mautnya, Diego Forlan dan Sergio 'Kun' Aguero. Perlahan namun pasti, Falcao menjelma menjadi pujaan baru di Vicente Calderon. Pundi-pundi golnya di La Liga bertambah dan membuatnya menjadi salah satu predator haus gol di depan gawang lawan. Namun, puncak penampilannya bukan terjadi di liga lokal melainkan di kompetisi Eropa. El Tigre kembali ke Liga Europa dan ia juga kembali berhasil mengantar klub yang dibelanya ke posisi puncak. Di partai final, Los Colconeros mengalahkan Atlhletic Bilbao dengan skor 3-0 dimana Falcao turut menyumbang gol. Tak hanya itu, selain menjadi top skor kembali, ia juga menjadi orang pertama yang berhasil meraih trofi Liga Europa dua kali berturut-turut dengan dua klub berbeda. Julukan The King of Europa League akhirnya disematkan kepadanya dan total ia mencetak 36 gol dari 50 penampilan di musim pertamanya bersama Atletico Madrid. 

Bak kacang goreng, Falcao kembali menjadi komoditi panas di bursa transfer, apalagi setelah hattrick sensasionalnya saat Atletico mengalahkan Chelsea di Piala Super Eropa. Sekalipun banyak tawaran yang datang, Falcao masih setia bersama ATM dan itu dibuktikan lewat gol-gol yang lahir dari kakinya. Musim berikutnya, bersama Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi, El Tigre menjadi tiga striker maut di La Liga dan mengantarkannya sebagai top skor ketiga dengan 28 gol. Di akhir musim, Falcao akhirnya meraih trofi domestik pertamanya dengan mengalahkan Real Madrid di final Copa del Rey. Meski tidak mencetak gol, ia menciptakan assist yang menjadi gol penyeimbang. Atletico Madrid juga berhasil lolos ke Liga Champions setelah menduduki peringkat ketiga klasemen La Liga yang berarti langsung lolos ke fase grup. Namun lagi-lagi Falcao seperti alergi akan Liga Champions dan memilih bergabung dengan klub kaya baru asal Perancis, AS Monaco.

Dua tahun yang mengecewakan

Setelah banyak rumor yang menyebut kepergiannya, Falcao akhirnya benar-benar angkat kaki dari Vicente Calderon. Torehan 70 gol dalam 91 penampilan membuat Monaco rela merogoh kocek sebesar € 60 juta untuk mendapatkan jasanya. AS Monaco saat itu memang tengah membangun tim dan baru saja promosi ke Ligue 1. Artinya ini adalah untuk pertama kalinya Falcao absen di kompetisi Eropa. Awalnya ia masih menunjukkan kelasnya sebagai penyerang terbaik Eropa, namun petaka terjadi di awal tahun 2014. Cedera lutut memaksanya untuk absen selama enam bulan dan harus membuang mimpi untuk tampil di Piala Dunia 2014. 

Meski telah kembali dari cedera dan mencetak dua gol di awal kompetisi liga, Monaco akhirnya meminjamkan Falcao Manchester United yang akan mempermanenkanya jika penampilannya memuaskan. Nama besar MU sepertinya masih menjadi daya tarik bagi pemain top meski saat itu The Red Devils baru saja hancur lebur dan sedang membangun tim kembali bersama manajer baru. MU juga gagal berkompetisi di Eropa dimana Falcao sebenarnya bisa saja bermain disana jika ia tidak pindah(Monaco lolos ke Liga Champions, lagi-lagi Falcao).

Sebenarnya kemampuan Falcao sudah sedikit diragukan mengingat riwayat cederanya saat masih membela klub lain (jangan lupa enam bulan masa rehatnya), terlebih Liga Inggris memiliki kultur yang berbeda dibanding Perancis, Spanyol atau Portugal. Permainan keras ala kick 'n rush membuat Falcao kesulitan beradaptasi (bahkan Louis Van Gaal sempat memaksanya untuk tampil bersama tim kedua). Bersama Angel Di Maria, Falcao menjadi transfer terburuk MU di musim 2014/2015. Patut diingat, meski hanya pemain pinjaman, MU harus tetap membayar gaji Falcao sebesar € 265.000 per minggu. Sayangnya gaji tinggi tidak dibarengi dengan performa yang impresif. Total ia hanya mencetak empat gol di musim itu dan MU memutuskan untuk mengembalikannya ke Monaco.

Memulai era baru

Kegagalan bersama MU ternyata tidak membuat Falcao menyerah, ia bertekad untuk tetap bertahan di Inggris. Bak gayung bersambut, Chelsea akhirnya mengabulkan keinginannya itu. Kembali menjadi pemain pinjaman, namun kali ini Falcao harus rela gajinya dipotong menjadi € 145.000 per pekan dan ia juga tidak mendapat jaminan di tim utama. Ia harus rela menjadi pelapis Diego Costa dan juga bersaing dengan Loic Remy. 

Sebenarnya sejak empat tahun lalu The Blues sudah menunjukkan ketertarikannya namun keinginan itu baru terwujud tahun ini. Jose Mourinho pun menyebut Falcao masih sebagai salah satu penyerang terbaik dan akan mencoba mengembalikan ketajamannya. Tentunya El Tigre akan mencoba menjawab kepercayaan bosnya di musim ini. Dengan tiga kompetisi lokal dan satu kompetisi kontinental, kemungkinan Falcao diturunkan sebagai juru gedor terbuka lebar, termasuk Liga Champions yang terakhir kali ia rasakan lima tahun silam. Memang sedikit aneh, di usia keemasan dan kemampuan di atas rata-rata, ia justru tidak bermain di kompetisi level teratas Eropa tersebut. So, siap kembali bermain di Liga Champions Falcao?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun