Mohon tunggu...
Denta Prayuda
Denta Prayuda Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

saya anak baik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menolak Lupa! Mari Mengenal Kata Kekinian dari Masa Lalu!

3 November 2021   15:30 Diperbarui: 3 November 2021   15:48 10694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jika kita melihat lagi, pada zaman modern ini telah terjadi berbagai perubahan atau perkembangan dalam berbagai sektor. Salah satu sektor yang kerap kali mengalami perubahan adalah bahasa. Menurut Yusri dan Mantasiah (2020), bahasa diartikan sebagai suatu hal yang digunakan oleh manusia untuk saling berinteraksi atau berkomunikasi. 

Komunikasi yang terjadi pada masing-masing individu pastinya memiliki perbedaan dari waktu ke waktu, hal tersebutlah yang membuat bahasa menjadi sangat unik dan keunikan tersebut bertambah saat manusia, mulai mengenal kata-kata slang.

Brodi, lu lagi kosong kaga nih? Makan di sate pak marko sabi kali ye.”

Sabeb ae gua mah, sans! bentar ye gua siap-siap dulu.

Bagaimana? Percakapan diatas terdengar sangat kekinian bukan?

Hal tersebut dikarenakan percakapan diatas menggunakan kata-kata “gaul” atau kata slang. Menurut Finnegan (dalam Amrullah, 2018) dikatakan bahwa slang adalah istilah kata yang digunakan oleh masyarakat dan memiliki perbedaan dengan standar kata yang ada. Berikut beberapa contoh kata-kata slang yang ada di percakapan diatas :

  • Brodi, merupakan kata slang dari kata Brother atau Bro yang biasanya digunakan dikalangan remaja laki-laki untuk memanggil seorang teman dekat.
  • Sabi, merupakan kata slang dari kata bisa.
  • Sabeb, merupakan kata slang dari kata bebas.
  • Ae, merupakan kata slang dari kata saja atau aja.
  • Sans, merupakan kata slang dari kata santuy atau santai.

Kata-kata slang terdapat diberbagai negara, di Indonesia sendiri kata-kata slang hadir bukan hanya pada kalangan generasi milenial saja. Untuk membuktikan hal tersebut, saya telah melakukan wawancara oleh dua orang narasumber yang telah lahir pada tahun 1971. 

Kedua narasumber berasal dari Bali dan salah satu narasumber adalah seorang wanita yang telah berumur 50 tahun, pada masa mudanya Beliau sering berpindah tempat untuk menempuh pendidikan. 

Namun, walaupun begitu kedua narasumber memiliki pengalaman yang serupa mengenai kata-kata slang yang pernah mereka dengar ataupun lakukan. 

Mereka mengatakan bahwa pada saat mereka masih muda, kata-kata slang sering digunakan sebagai kode untuk berkomunikasi dengan teman-teman di perkumpulan mereka masing-masing agar orang lain tidak mengetahui konteks pembicaraan mereka. Biasanya kode atau kata slang yang mereka gunakan seperti membalikan kata-kata yang standar atau yang biasa digunakan oleh masyarakat.

Beberapa contoh kata-kata slang berdasarkan pengalaman narasumber :

  • Nakam, merupakan kata slang dari kata makan. “Laper nih, kalian udah pada nakam belum?”
  • Hadus, merupakan kata slang dari kata sudah. “Kita hadus kenyang, baru juga selesai makan.” 
  • Racap, merupakan kata slang dari kata pacar. “Doni! Racap lu noh nyariin lu tadi dikelas.” 
  • Cemceman, merupakan kata slang dari kata gebetan. “Doni! Sejak kapan si Ayu jadi cemceman lu?”
  • Sutralah, merupakan kata slang dari kata sudahlah. “Sutralah, kalau memang ga bisa lepasin aja.”

Jika kita melihat beberapa contoh kata-kata slang dari narasumber, dapat dilihat abhwa kata-kata tersebut sudah sangat jarang kita dengar. 

Hal tersebut dikarenakan kemajuan perkembangan bahasa di Indonesia yang semakin pesat membuat lahirnya kata-kata baru yang dinilai lebih kekinian atau lebih keren dari kata slang sebelumnya. 

Namun, hal tersebut tidak berarti slang sebelumnya itu jelek atau tidak laku, melainkan karena selera generasi sebelumnya dan generasi saat ini ada sedikit perbedaan. Walaupun sudah jarang digunakan, kata-kata slang jaman dulu itu masih menjadi contoh atau panutan bagi generasi muda untuk membuat kata-kata slang baru. 

Hal tersebut dapat dilihat dari kata “Sabeb dan Sabi” yang didapatkan dengan cara membalikan kata “Bebas dan Bisa”. Membalikan kata-kata tersebut adalah cara yang digunakan pada kata slang jaman dulu seperti “Nakam dan Hadus” yang berarti “Makan dan Sudah”. Apapun kata slang yang sedang menjadi trending pastikan bahwa slang yang ada bermakna positif dan tidak mengganggu kenyamanan pihak lain.

Referensi :

Yusri dan Mantasiah R. (2020). Linguistik Mikro (Kajian Internal Bahasa dan Penerapannya). Sleman: Deepublish.

Amrullah, Latif. (2018). Slang Bahasa Inggris di Dunia Maya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun