Dilansir dari WHOÂ (World Health Organizaton), Corona Virus Disease atau biasa disebut dengan (COVID-19) merupakan virus yang baru ditemukan berasal dari Coronaviruses (CoV) dengan tipe virus corona yang terbaru yaitu di tahun 2019, virus yang menyerang infeksi saluran pernafasan dan termasuk kedalam penyakit menular. COVID-19 pertama kali terjadi di wuhan (china) lalu ke seluruh china pada Desember 2019 kemudian diekspor ke sejumlah penjuru negara di dunia yang terus berkembang dan semakin meningkat berawal dari wabah kemudian pada bulan maret WHO (World Health Organization)Â menaikkan status dan menetapkan sebagai pandemi (wabah yang berjangkit serempak dimana-mana, meliputi wilayah yang luas atau di seluruh dunia), pada data yang dilansir oleh COVID-19 kemkes pada 04 Agustus 2020 virus corona saat ini sudah menyebar di 215 negara, 171 negara transmisi lokal dan 2 alat angkut internasional yaitu kapal pesiar Diamond Princess yang berlabuh di Yokohama, Jepang dan kapal pesiar MS Zaandam Holland America.
Indonesia termasuk negara yang ikut terinfeksi COVID-19dengan data per 04 Agustus 2020 menurut Kemkes kasus positif COVID-19 berjumlah 115.056 orang, Sembuh (Positif COVID-19) berjumlah 72.050 orang, Meninggal (Positif COVID-19) berjumlah 5.388 orang, Dirawat (Positif COVID-19) berjumlah 37.618 orang. Namun, sebenarnya virus corona ini sudah ada sejak dulu (virus yang menginfeksi saluran pernapasan) seperti Middle East Respiratory Syndrome MERS- Related Coronavirus biasa disebut EMC/2012 (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Gejala yang terjadi hampir mirip dengan pneumonia yaitu pilek atau flu pada umumnya namun disertai batuk kering dan suhu badan yang tinggi (>38 derajat celcius) dan COVID-19 lebih mudah terpapar oleh lansia dengan memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, atau komplikasi dan seseorang dengan imunitas rendah namun untuk usia muda tidak menutup kemungkinan untuk ikut terpapar karena penyebaran utama virus COVID-19 melalui droplet kita perlu memahami dengan baik bagaimana etika batuk dan bersin yaitu dengan cara batuk atau bersin pada siku yang tertekuk.Â
Untuk mengetahui positif atau negatif COVID-19 perlu mengikuti test yang bernama Rapid Test dan SWAB Test dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction), kemudian seseorang dengan Kasus Suspek, Kasus Konfirmasi (bergejala dan tidak bergejala), dan Kontak Erat, Positif Suspect COVID-19 wajib di isolasi sampai benar-benar sembuh, ketika sudah sembuh pun harus dikarantina selama 14 hari dan di test ulang jika hasilnya negatif baru bisa dipulangkan dan sampai saat ini belum ada vaksin untuk COVID-19 tetapi kita dapat mencegahnya (preventif).
Cara preventif dan meminimalisirkan penularan adalah dengan memberikan penyuluhan terhadap penyakit COVID-19 seperti apa penyebab penyakit dan bagaimana penyebarannya, sehingga cara terbaik yang dianjurkan adalah dengan menjaga kebersihan seperti mencuci tangan sesering mungkin dengan baik dan benar sesuai WHO (World Health Organization) atau menggunakan cairan alkohol 70% atau desinfektan (Hand Sanitizer), tidak menyentuh wajah/hidung, memahami etika batuk dan bersin, memakai masker saat keluar rumah, menerapkan Social Distancing, Physical Distancing dan bahkan sejumlah daerah menerapkan lockdown wilayah/local.
Dampak yang terjadi akibat COVID-19 yaitu mahalnya harga masker medis mencapai 300rb/box yang semula harga normalnya hanya 35rb/box, langkanya hand sanitizer atau alkohol 70%, sampai konsumen panic buying yang menyebabkan psikologis mereka terganggu akibat kepanikan, banyak lapangan pekerja industri yang dialihkan dirumah (WFH atau work from home), ditiadakan solat jumat diganti dengan solat zuhur kemudian dari segi pendidikan menjadi study from home atau belajar online (E-Learning) selama 14 hari yang kemudian dialihkan sampai batas yang belum ditentukan hal ini mempengaruhi sistem pembelajaran yang kurang efektif terutama pada anak yang sedang duduk dibangku Sekolah Dasar dan ditiadakannya Ujian Nasional (UN) sampai penerimaan siswa baru dengan sistem online.
Pada dasarnya anak-anak banyak menghabiskan waktu dengan keluarganya namun seiring berjalan waktu mereka memiliki aktivitas diluar rumah, contohnya sekolah sehingga waktu untuk bersama keluarga menjadi terbagi dan dengan adanya pandemi COVID-19 hampir semua sekolah menerapkan social distancing and stay at home yang berdampak meniadakan kegiatan belajar mengajar disekolah atau tidak memperlakukan tatap muka disekolah untuk mencegah pandemi COVID-19 yang kemudian digantikan dengan study from home dan guru mereka dirumah digantikan dengan orang tuanya masing-masing, guru disekolah memantau agar anak didikannya mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik dan sistem penilaian melalui media sosial WhatsApp namun tidak sedikit dari guru disekolah menggantikan tatap muka dengan memakai fitur zoom atau hangout untuk bertegur sapa dengan muridnya.
Dalam kasus COVID-19 saya ingin mengkaitkan dengan psikologi pendidikan menggunakan teori ekologi uri bronfrenbrenner karena pada teori ini berfokus pada konteks sosial dimana anak-anak hidup dan orang disekitar yang mempengaruhi mereka. Bronfenbrenner lahir di Moskow pada 29 April 1917. Ekologi adalah salah satu cabang dari ilmu biologi yang mempelajari pengaruh dari lingkungan kepada makhluk hidup. Teori ekologi bronfrenbrenner terdiri dari lima aspek/sistem lingkungan yang merentang dari interaksi interpersonal sampai ke pengaruh kultur yang lebih luas. Analisa COVID-19 dalam teori ekologi bronfrenbrenner memiliki 5 aspek/sistem lingkungan, yaitu : microsystem, mesosystem, exosystem, macrosystem, dan chronosystem.
a. Microsystem
Microsystem adalah aspek ekologi menurut bronfenbrenner yang memiliki lingkugan yang paling kecil karena anak bertemu dan berinteraksi secara langsung. Bagaimana cara orang-orang dalam lingkungan tersebut berinteraksi dengan anak akan mempengaruhi bagaimana anak tersebut tumbuh dan begitu pula sebaliknya.
Analisa : Pada aspek ini merupakan lingkungan yang paling kecil dan langsung dihadapi anak, yaitu lingkungan dimana ia hidup dan bertemu dengan orang -- orang yang berinteraksi secara langsung. Anak biasanya saat bersekolah berinteraksi langsung dengan guru dan teman sebayanya namun selama pandemi COVID-19 yang berubah menjadi study from home, mereka bersekolah dari rumah, interaksi proses belajar ini berubah yang tadinya anak dengan guru, sekarang anak dengan orangtua/keluarga. Guru dirumah digantikan dengan orang tua/ibu nya, maka hal ini mempengaruhi perkembangan anak saat belajar dengan orangtua malah lebih menyepelekan dan bermain-main berbeda dengan guru disekolah, sehingga dengan interaksi ini orangtua mengetahui jelas kemampuan yang dimiliki sang anak.
b. Mesosystem
Mesosystem merupakan suatu sistem yang terbentuk dari microsystem dan melibatkan hubungan antara rumah dan sekolah, teman sebaya dan keluarga atau antara keluarga dan sekolah. Bermain dengan teman sebaya dengan relasi yang baik dapat mengurangi tekanan pada anak, meningkatkan perkembangan secara kognitif, dan lain sebagainya
Analisa : Selama study from home aspek ini melibatkan hubungan antara keluarga dan sekolah, anak diminta untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, kemudian orangtua mengirimkan hasil pembelajaran sang anak kepada gurunya yang nantinya guru akan memberi hasil akhir berupa nilai dan memberikan feedback untuk orangtua terhadap perkembangan anak.
c. Exosystem
Exosystem berkaitan dengan hubungan yang mungkin terjadi antara dua atau lebih setting lingkungan, salah satunya kemungkinan bukan lingkungan yang melibatkan seorang anak namun tetap mempengaruhinya walau bagaimanapun. Orang lain atau tempat lain yang tidak berinteraksi secara langsung dengan anak namun tetap dapat mempunyai pengaruh kepada anak meliputi eksosistem tersebut.
Analisa : Jika guru dirumah atau orangtua sedang ada masalah dalam pekerjaannya yang mengharuskan orangtua untuk work from home atau orangtua sedang lelah dengan pekerjaan rumah selama pandemi COVID-19 dan saat sedang mengajarkan sang anak dan secara tidak langsung orangtua tidak dapat mengontrol emotionalnya maka dapat mempengaruhi anak saat belajar seperti anak menjadi tidak fokus dan mempunyai rasa takut dimarahi orangtuanya jika ada salah sedikit.
d. Macrosystem
Macrosystem merupakan kultur yang lebih luas yang mencakup peran etnis dan factor sosio-economy dalam perkembangan anak. Lingkungan yang paling besar dan jauh dari orangorang dan tempat yang masih dapat memberikan pengaruh signifikan pada anak.
Analisa : Selama study from home dalam aspek ini banyak orangtua yang mengetahui detail perkembangan anak dalam menyelesaikan tugasnya sehingga orangtua memberikan reward kepada sang anak jika berhasil mengerjakan tugas dengan baik. Pelajaran yang dapat diambil adalah jika kita ingin sesuatu tidak bisa didapatkan dengan mudah dan instan harus ada usaha dan kerja keras terlebih dahulu.
e. Chronosystem
Chronosystem memberikan kegunaan dari dimensi waktu yang mempertunjukkan pengaruh akan perubahan dan kontinuitas dalam lingkungan seorang anak. Kronosistem dapat berupa perubahan, transisi dan pekerjaan orang tua, perubahan sosial dalam masyarakat seperti ekonomi dan perang. Yang mungkin juga melibatkan konteks sosial budaya yang dapat mempengaruhi seseorang.
Analisa : Jika dalam mengerjakan tugas dan sang anak atau orangtua tidak tahu dalam pembahasan soal yang dimaksud cenderung memanfaatkan teknologi internet yang mudah diakses oleh siapapun yaitu mencari pembahasan yang dimaksud bahkan sesekali anak bermain game dengan gadget. Hal ini mempengaruhi anak dalam berkonsentrasi saat belajar, berbanding terbalik dengan anak yang belajar disekolah sama sekali tidak menggunakan gadget dan tidak bermain game mereka cenderung bertanya kepada guru.Â
KESIMPULAN
COVID-19 merupakan coronaviruses (CoV) terbaru yang ditemukan pada tahun 2019 di wuhan, china lalu menyebar ke seluruh china dan beberapa negara di dunia termasuk Indonesia, virus ini menyerang saluran infeksi pernafasan dan penyakit menular. WHO melansirkan bahwa COVID-19 berstatus pandemi. Dan himbauan untuk semua massyarakat didunia agar melakukan pencegahan (preventif) dari diri sendiri seperti cuci tangan dengan benar, melakukan etika batuk atau bersin, kemudian dampaknya masyarakat harus beribadah dirumah, social distancing, physical distancing, stay at home, work from home, dan study from home (e-learning) demi menjaga pencegahan virus corona yang semakin menyebar. Akibat pandemi COVID-19 salah satu dampak belajar dirumah yang mengganggu psikologis perkembangan anak dan menghambat proses belajar anak yang dimana guru memantau lewat media sosial (WhatsApp)Â sedangkan orangtua menjadi guru pengganti, kasus tersebut dianalisis menggunakan teori ekologi Bronfenbenner yang berfokus utama pada konteks sosial tempat anak tinggal dan orang-orang yang mempengaruhi perkembangan anak dapat dilihat melalui analisis yang terdapat pada tiap aspek -- aspek teori ekologi yaitu microsystem, mesosystem, exosystem, macrosystem, dan chronosystem.Â
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, J.W. 2014. Educational Psychology (6th ed.). New York, NY: McGraww-Hill.
https://www.who.int/health-topics/coronavirus/
https://www.worldometers.info/coronavirus/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H