Mohon tunggu...
Den Reza Alfian Farid
Den Reza Alfian Farid Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Terkadang ku lupa pernah berpikir apa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apakah "Locus of Control" Memengaruhi Cara Kita Menghadapi Masalah?

28 November 2023   09:00 Diperbarui: 28 November 2023   09:06 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by BENCE BOROS on Unsplash 

Artikel ini menjelaskan 'Locus of Control' dan pengaruhnya dalam menghadapi masalah. Menggunakan analogi sepak bola, artikel ini menyoroti bagaimana pandangan kita terhadap kontrol diri mempengaruhi respons kita terhadap tantangan.

Berbicara mengenai 'Locus of Control', kita sedang mengupas topik yang bukan hanya menarik tapi juga sangat relevan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ini, yang diperkenalkan oleh psikolog Julian Rotter pada tahun 1954, sering diabaikan dalam diskusi sehari-hari, namun sebenarnya memiliki pengaruh besar dalam cara kita menghadapi berbagai situasi, khususnya masalah yang muncul dalam hidup kita.

Mari kita mulai dengan memahami apa itu 'Locus of Control'. Secara sederhana, konsep ini merujuk pada sejauh mana seseorang percaya bahwa mereka memiliki kontrol atas peristiwa yang terjadi dalam hidup mereka. Ada dua tipe utama: internal dan eksternal. Jika kamu memiliki 'Locus of Control' internal, berarti kamu cenderung percaya bahwa kamu memiliki kekuatan atas nasibmu sendiri. Sebaliknya, jika 'Locus of Control' kamu eksternal, kamu cenderung percaya bahwa nasibmu lebih banyak ditentukan oleh kekuatan luar, seperti nasib atau orang lain.

Baca juga: Bagaimana

Pentingnya pemahaman ini terletak pada fakta bahwa cara kita melihat kontrol ini sangat mempengaruhi cara kita menghadapi masalah. Misalnya, ambil contoh seseorang yang kehilangan pekerjaannya. Jika orang tersebut memiliki 'Locus of Control' internal, dia mungkin akan melihat situasi ini sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh, mungkin dengan mempertimbangkan karier baru atau meningkatkan keterampilan. Sebaliknya, seseorang dengan 'Locus of Control' eksternal mungkin akan merasa tak berdaya dan menyalahkan ekonomi atau nasib buruk.

Analogi sederhana untuk memahami ini bisa dilihat dalam permainan sepak bola. Bayangkan tim sepak bola yang kalah dalam pertandingan penting. Pelatih dan pemain dengan 'Locus of Control' internal akan menganalisis permainan mereka, menentukan apa yang bisa mereka perbaiki, dan bekerja keras untuk meningkatkan kinerja di masa depan. Di sisi lain, tim dengan 'Locus of Control' eksternal mungkin hanya mengeluh tentang wasit yang buruk atau cuaca yang tidak mendukung.

Konsep ini sangat relevan bagi masyarakat Indonesia, dimana sering kali kita dihadapkan pada situasi yang menantang, baik dalam konteks pribadi maupun profesional. Misalnya, dalam menghadapi pandemi COVID-19, banyak orang yang dengan 'Locus of Control' internal mengambil inisiatif untuk belajar keterampilan baru, beradaptasi dengan bekerja dari rumah, atau bahkan memulai bisnis baru. Sementara itu, yang lain yang mungkin merasa bahwa mereka tidak memiliki kontrol atas situasi ini mungkin menjadi pasif dan merasa terjebak dalam keadaan.

Pentingnya mengembangkan 'Locus of Control' internal tidak bisa diabaikan. Studi menunjukkan bahwa orang dengan 'Locus of Control' internal cenderung lebih bahagia, lebih sukses dalam karier, dan memiliki kesehatan mental yang lebih baik. Tentu saja, ini tidak berarti kita harus mengabaikan faktor eksternal yang memang berada di luar kontrol kita. Namun, mengakui bahwa kita memiliki kekuatan untuk mengubah banyak aspek kehidupan kita adalah langkah pertama yang penting dalam menghadapi masalah dengan lebih efektif.

Ada beberapa cara untuk mengembangkan 'Locus of Control' internal. Pertama, mulailah dengan mengakui keberhasilan dan kegagalan sebagai hasil dari pilihan dan tindakanmu. Kedua, tetapkan tujuan yang realistis dan bekerja keras untuk mencapainya, sambil menyesuaikan rencana sesuai kebutuhan. Ketiga, belajar untuk melihat tantangan sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh.

Dalam konteks Indonesia, ini bisa berarti mengambil inisiatif untuk belajar lebih banyak tentang teknologi digital, yang menjadi semakin penting dalam ekonomi modern. Atau, mungkin berarti terlibat lebih aktif dalam komunitas untuk membantu menyelesaikan masalah lokal, seperti pengelolaan sampah atau pendidikan.

Pada akhirnya, 'Locus of Control' bukan hanya konsep psikologis yang kering; ini adalah panduan yang bisa membantu kita
menghadapi hidup dengan lebih proaktif dan positif. Dengan memahami dan menerapkan konsep ini, kita bisa lebih efektif dalam menghadapi masalah, tidak hanya sebagai individu, tetapi juga sebagai bagian dari masyarakat yang lebih besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun