Menjadi Pribadi Positif dengan Growth Mindset
Dunia yang penuh warna bisa kita temukan ketika mengenakan kacamata growth mindset. Di sinilah letak hubungan erat antara menjadi pribadi positif dan mindset. Karena pada dasarnya, menjadi pribadi yang positif tidak lain adalah memiliki kemampuan untuk melihat dunia dalam spektrum yang lebih luas, lebih berwarna.
Cara pandang yang positif berarti memiliki kepercayaan bahwa diri sendiri dan orang lain mampu untuk tumbuh dan berkembang. Ini artinya menerima bahwa ada kelemahan dan kekurangan, namun bukan berarti harus menerima diri berdiam dalam keadaan tersebut.
Menghadapi kesulitan bukan berarti berakhir, melainkan sebuah awal untuk mencoba lagi. Menyadari bahwa kita adalah pelaku utama dalam cerita hidup kita sendiri, bukan penonton yang hanya bisa pasrah menunggu.
Mengubah Mindset: Bukan Perjalanan Sehari
Nah, sekarang pertanyaannya adalah, "Bagaimana caranya untuk merubah mindset kita?" Untuk itu, mari kita hancurkan dulu mitos yang mengatakan bahwa merubah mindset itu mudah. Sebenarnya, merubah mindset itu butuh proses dan waktu.
Namun, ada beberapa cara yang bisa dicoba. Salah satunya adalah dengan menerapkan affirmasi positif. Affirmasi ini bisa berupa kalimat positif tentang diri sendiri yang diucapkan setiap hari. Misalnya, "Hari ini akan menjadi hari yang baik," atau "Aku mampu menyelesaikan tugas ini."
Selain itu, mencari lingkungan yang mendukung juga penting. Lingkungan yang positif akan mempengaruhi kita untuk berpikir dan bertindak lebih positif.
Implementasi Mindset Positif dalam Kehidupan Nyata
Kasus terakhir ini cukup menarik. Ada seorang remaja yang merasa frustasi karena mendapatkan nilai matematika yang buruk. Ia merasa bahwa ia tidak mampu dan matematika adalah hal yang paling menakutkan. Tetapi, setelah memahami konsep growth mindset, ia mulai berubah.
Ia mulai berlatih lebih keras, mencari bantuan dari teman-teman dan guru, dan yang paling penting, ia berhenti menganggap dirinya sebagai 'orang yang buruk dalam matematika'. Ia mulai memandang kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar, bukan sebagai penentu identitas dirinya.