Mohon tunggu...
Den Reza Alfian Farid
Den Reza Alfian Farid Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Terkadang ku lupa pernah berpikir apa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perjalanan dari "Me" ke "We": Makna Komunitas dalam Kehidupan

13 Agustus 2023   19:00 Diperbarui: 13 Agustus 2023   19:46 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berlayar dalam lautan kehidupan, merasakan angin kencang 'Me', lalu berlabuh di pelabuhan hangat 'We'.

Mengarungi samudera kehidupan bagaikan mengemban misi berlayar mencari harta karun. Kita mengawali perjalanan sebagai 'Me', pribadi yang independen, mencoba mengejar mimpi dan ambisi pribadi. Namun, seiring berjalannya waktu, terdapat rahasia yang terungkap; bahwa harta karun sejati terletak pada 'We', pada kebersamaan dan gotong royong dalam komunitas. Lantas, bagaimana kita bisa berlayar dari 'Me' ke 'We'?

Kisah Tiga Lembar Kertas

Ada tiga lembar kertas yang terjatuh di depan rumah. Lembar pertama tertiup angin dan terbang ke mana-mana, tak menentu. Lembar kedua merasa lemah, ia menyerah dan tetap tergeletak di tanah. Lembar ketiga, ah, lembar ini pintar. Ia menempel di tembok, tak mau bergerak. Ketiga lembar ini mirip dengan kita, bukan?

Kita sering merasa seperti lembaran kertas itu. Kita bisa jadi berubah-ubah, atau memilih untuk bertahan di tempat dan menerima apa adanya, atau mungkin mencari dukungan untuk bertahan. Yang menjadi pertanyaan, sebaiknya kita jadi lembar kertas yang mana? Jawabannya ada pada perjalanan dari 'Me' ke 'We'.

Komunitas: Senjata Rahasia kita

Komunitas adalah senjata rahasia kita. Dalam komunitas, kita belajar untuk berbagi, berkolaborasi, dan berempati. Dalam komunitas, kita merasakan bagaimana rasanya memiliki dukungan. Kita merasakan pengalaman dan perasaan yang sama. Dalam komunitas, kita jadi lembar kertas yang pintar, menempel pada tembok dan saling mendukung satu sama lain.

Dalam psikologi, ada istilah "kebutuhan sosial". Salah satu teori yang menarik adalah Teori Hierarki Kebutuhan Maslow. Dalam teori ini, kebutuhan untuk memiliki hubungan interpersonal atau komunitas, menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia. Itu sebabnya, ketika kita merasa terisolasi atau sendirian, seringkali ada rasa sakit dan kesedihan yang mendalam.

'Me' ke 'We': Perjalanan yang Tak Mudah

Pernah mendengar ungkapan "tak ada manusia yang bisa hidup sendirian"? Itulah yang coba dijelaskan dalam perjalanan dari 'Me' ke 'We'. Namun, perjalanan ini tidak selalu mudah. Ada rintangan, ada halangan. Misalnya saja, ego, rasa takut, atau bahkan rasa tidak percaya pada orang lain.

Tapi, lihatlah sekeliling. Ada banyak komunitas yang berhasil membuktikan bahwa perjalanan dari 'Me' ke 'We' adalah perjalanan yang layak untuk dilalui. Kita bisa melihat contohnya pada grup band yang meraih sukses bersama, tim olahraga yang meraih kemenangan, atau bahkan pada komunitas penulis yang bersama-sama menerbitkan buku.

Wujudkan Komunitas Impianmu

Coba renungkan, apa komunitas impianmu? Apa yang kamu harapkan dari komunitas itu? Komunitas bukanlah tentang jumlah orang yang tergabung di dalamnya, tapi tentang bagaimana kita saling mendukung dan membangun satu sama lain.

Jadi, langkah awal untuk membentuk komunitas impianmu adalah dengan memahami diri sendiri dan apa yang kamu harapkan. Lalu, cari orang-orang yang memiliki visi dan misi yang sama. Dari sana, kita bisa saling mendukung dan mendorong satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.

Komunitas adalah Cerminan Kita

Dalam sebuah komunitas, kita adalah cerminan satu sama lain. Kita bisa belajar dari satu sama lain dan tumbuh bersama. Kita bisa merasakan suka dan duka, serta mencapai impian bersama.

Ingat, komunitas adalah tempat di mana kita bisa berbagi dan menerima. Di sinilah kita belajar tentang keberagaman dan bagaimana menghargainya. Di sinilah kita belajar bagaimana menghadapi konflik dan bagaimana mencari solusinya bersama.

Jadi, perjalanan dari 'Me' ke 'We' adalah perjalanan yang berharga. Komunitas adalah jembatan yang menghubungkan kita dengan orang-orang lain dan membantu kita untuk tumbuh dan berkembang bersama.

Melebur dalam 'We': Dari Rasa Aku ke Kita

Kita kerap memandang diri sebagai entitas yang berdiri sendiri. Sebuah 'aku' yang tak tergantung pada orang lain. Tapi, tahukah kita bahwa individu terkuat sekalipun tak akan mampu bertahan tanpa dukungan dari orang lain? 'We' atau 'Kita' bukan hanya tentang meleburkan diri, tapi juga tentang memahami bahwa kekuatan sejati terletak pada kebersamaan.

Sebagai contoh, lihatlah komunitas 'Nusantara Mengajar'. Mereka bukan sekedar kumpulan individu, mereka adalah 'Kita' yang bahu-membahu untuk mendidik generasi muda di pelosok negeri. Mereka merasakan suka dan duka bersama, serta berbagi kegembiraan saat melihat murid-murid mereka tumbuh dan berkembang.

Dalam perjalanan 'Me' ke 'We', kita belajar bahwa 'Aku' tidak pernah cukup. Tidak cukup untuk merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Tidak cukup untuk merasakan arti hidup yang sesungguhnya. Hanya dengan menjadi bagian dari 'We' atau 'Kita', barulah kita bisa merasakan kedua hal tersebut sepenuhnya.

Kunci Memahami 'We': Empati dan Toleransi

Memahami 'We' atau 'Kita' bukanlah hal yang mudah. Itu membutuhkan empati dan toleransi yang tinggi. Empati memungkinkan kita untuk merasakan apa yang orang lain rasakan, sementara toleransi memungkinkan kita untuk menerima perbedaan yang ada.

Lihatlah komunitas pecinta buku 'Goodreads Indonesia'. Mereka tidak hanya berbagi rasa cinta pada buku, tetapi juga saling memahami dan menerima perbedaan minat baca masing-masing. Mereka bukan hanya sekadar komunitas, tetapi juga representasi dari toleransi dan empati.

Empati dan toleransi adalah kunci untuk memahami dan menjadi bagian dari 'We' atau 'Kita'. Tanpa keduanya, kita hanya akan menjadi sekelompok orang yang berkumpul tanpa tujuan dan makna yang jelas.

Kehidupan dalam Komunitas: Belajar dan Berkembang Bersama

Tahukah kita bahwa hidup dalam komunitas adalah cara terbaik untuk belajar dan berkembang? Ya, komunitas adalah sekolah kehidupan yang sebenarnya. Di sini, kita belajar tentang kehidupan, tentang diri kita, dan tentang orang lain.

Sebagai contoh, lihatlah komunitas 'Stand Up Comedy Indonesia'. Mereka tidak hanya berbagi tawa, tetapi juga belajar bersama. Mereka belajar bagaimana menciptakan humor yang cerdas dan edukatif, serta bagaimana merespons kritik dan saran dari anggota komunitas lainnya.

Dalam komunitas, kita memiliki kesempatan untuk belajar dan berkembang bersama. Tidak ada yang lebih indah daripada proses belajar itu sendiri, bukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun