Mohon tunggu...
Den Reza Alfian Farid
Den Reza Alfian Farid Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Terkadang ku lupa pernah berpikir apa.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filosofi di Balik Setiap Pintu yang Kita Buka dan Tutup

3 Agustus 2023   19:00 Diperbarui: 3 Agustus 2023   19:14 1518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Jan Tinneberg on Unsplash

Pintu kehidupan tak hanya fisik, melainkan pintu pikiran, hati, dan jiwa yang membentuk pribadi.

Di Setiap Sisi Pintu, Ada Cerita

Membayangkan hidup sebagai sebuah koridor dengan banyak pintu mungkin bukanlah sesuatu yang asing lagi. Setiap pintu memiliki cerita dan pelajaran tersendiri, bahkan seringkali menyimpan sebuah filosofi yang mendalam. Misalnya, ingat masa SMA, seringkali berasa kayak di film-film ya, selalu ada dramanya. Ketika pintu kelas dibuka, bisa jadi serasa memasuki dunia baru, lalu ketika ditutup, ada juga rasa lega, seolah segala suka duka di dalamnya tertinggal di balik pintu.

Namun, pernahkah terpikir bahwa setiap pintu yang dibuka dan ditutup bukan hanya tentang perpindahan fisik dari satu ruang ke ruang lainnya? Dalam diri setiap orang, ada pintu-pintu 'metaforis' yang juga perlu dibuka dan ditutup. Ada pintu kesempatan, pintu kebahagiaan, pintu masa lalu, dan pintu-pintu lain yang tak terhitung jumlahnya.

Melangkah ke depan, Menutup Pintu Masa Lalu

Keberanian membuka dan menutup pintu adalah simbolisasi dari kemampuan kita untuk melangkah maju dan meninggalkan masa lalu. Seperti ketika lulus dari bangku SMA, pintu itulah yang kita tutup dan kita membuka pintu baru, yaitu pintu masa depan yang penuh dengan hal-hal yang tidak diketahui. Hal ini berhubungan erat dengan konsep 'coping' dalam psikologi, yaitu bagaimana kita beradaptasi dengan perubahan dan tekanan dalam hidup.

Terkadang, pintu masa lalu sulit ditutup, terutama jika ada luka atau penyesalan. Tapi sadar atau tidak, menutup pintu masa lalu adalah langkah awal menuju pemulihan. Itu sebabnya, dalam psikoterapi, pasien diajak untuk menerima dan memahami masa lalu, sebelum mereka bisa melangkah maju.

Membuka Pintu Kebahagiaan, Menutup Pintu Kekhawatiran

Lalu ada pintu kebahagiaan dan pintu kekhawatiran, dua pintu ini sering berlawanan. Ketika membuka pintu kebahagiaan, kita harus berani menutup pintu kekhawatiran. Mengapa? Karena menurut teori kognitif dalam psikologi, pikiran kita memiliki pengaruh besar terhadap perasaan dan perilaku kita. Jadi, kalau kita membiarkan pikiran negatif dan kekhawatiran mendominasi, sulit untuk merasakan kebahagiaan.

Menutup pintu kekhawatiran tidak berarti menghindari masalah, tapi lebih kepada bagaimana kita menghadapi dan mengelola kekhawatiran tersebut. Dalam psikologi, ada teknik yang disebut 'cognitive restructuring', di mana kita belajar untuk mengubah pikiran negatif menjadi pikiran yang lebih positif dan realistis.

Pintu Kesempatan: Peluang dan Tantangan

Setiap orang pasti memiliki pintu kesempatan di hidupnya. Kadang pintu itu terbuka lebar, tapi kadang juga tertutup rapat. Membuka pintu kesempatan bukanlah tugas yang mudah, terlebih saat kita merasa takut atau tidak yakin. Namun, setelah berhasil membuka pintu tersebut, akan ada peluang dan tantangan baru yang menunggu.

Dalam psikologi, ada konsep 'self-efficacy' atau keyakinan diri, yang mempengaruhi bagaimana kita melihat dan merespon kesempatan. Orang yang memiliki self-efficacy tinggi cenderung lebih berani membuka pintu kesempatan, meski mereka tahu bahwa di balik pintu itu ada tantangan.

Pintu Persahabatan: Membuka dan Menutup

Terakhir, ada pintu persahabatan. Ada kalanya kita harus membuka pintu persahabatan baru, tapi ada juga waktu di mana kita harus menutupnya. Seperti halnya dalam dinamika hubungan antar manusia, ada masa-masa di mana kita bertemu dengan orang baru, dan ada masa di mana kita harus berpisah. Ini semua adalah bagian dari proses tumbuh dan berkembang.

Psikologi sosial mengajarkan bahwa hubungan interpersonal adalah bagian penting dari kesejahteraan psikologis. Maka dari itu, pintu persahabatan ini adalah pintu yang perlu dijaga dengan baik.

Pintu Diri Sendiri: Memahami dan Menerima Diri

Bila berbicara tentang pintu, ada satu pintu yang sering luput dari perhatian: pintu diri sendiri. Membuka pintu diri berarti menerima dan memahami diri sendiri, mengakui kelebihan dan kekurangan yang ada. Psikologi humanistik, salah satu aliran dalam psikologi, menekankan pentingnya pengenalan dan penerimaan diri sebagai bagian penting dari pertumbuhan dan perkembangan individu.

Membuka pintu diri juga berarti mengizinkan orang lain untuk mengenal diri kita, dengan segala keunikan dan kerentanan yang ada. Hal ini berhubungan dengan konsep 'vulnerability' atau kerentanan dalam psikologi, di mana kita berani menunjukkan diri apa adanya, tanpa topeng atau tembok pertahanan.

Namun, pintu diri juga perlu ditutup ketika diperlukan. Menutup pintu diri berarti kita tahu kapan harus menarik diri dan memberi waktu untuk diri sendiri. Konsep ini terkait dengan istilah 'self-care' atau perawatan diri dalam psikologi, di mana kita memahami bahwa untuk bisa merawat orang lain, kita perlu merawat diri sendiri terlebih dahulu.

Pintu Impian: Melangkah ke Masa Depan

Setelah membicarakan tentang pintu masa lalu dan pintu diri sendiri, mari kita beralih ke pintu impian. Pintu impian adalah simbol dari cita-cita dan tujuan yang ingin dicapai. Membuka pintu ini berarti berani bermimpi dan merencanakan langkah-langkah untuk mencapai mimpi tersebut. Dalam psikologi, ini berhubungan dengan konsep 'goal-setting' atau penentuan tujuan, yang merupakan bagian penting dari motivasi dan pencapaian prestasi.

Namun, seringkali pintu impian ini terasa berat dan sulit untuk dibuka. Rasa takut, keraguan, dan hambatan bisa menjadi penghalang. Tapi jangan lupa, di balik pintu impian, ada potensi dan peluang yang tak terhingga. Psikologi positif, yang fokus pada aspek positif dari pengalaman manusia, menunjukkan bahwa optimisme dan harapan bisa menjadi kunci untuk membuka pintu impian ini.

Pintu Rasa Syukur: Menerima dan Menghargai

Terakhir, ada pintu rasa syukur. Membuka pintu ini berarti memahami dan menghargai semua yang sudah dimiliki. Ini bukan berarti menyangkal kesulitan atau hambatan yang ada, tapi lebih kepada bagaimana kita bisa melihat sisi positif dan bersyukur atas apa yang ada. Dalam psikologi, ini terkait dengan konsep 'gratitude' atau rasa syukur, yang telah ditunjukkan oleh banyak penelitian memiliki manfaat untuk kesejahteraan psikologis.

Menutup pintu rasa syukur berarti menolak untuk melihat dan menghargai hal-hal baik dalam hidup. Sebaliknya, dengan membuka pintu ini, kita dapat merasakan kebahagiaan dan kepuasan yang lebih dalam. Ada istilah dalam psikologi positif yang disebut 'savoring', yaitu kemampuan untuk menikmati dan merasakan pengalaman positif secara penuh, dan ini bisa dilakukan dengan membuka pintu rasa syukur.

Penutup: Pintu Hidup, Filosofi yang Tak Terhingga

Membuka dan menutup pintu, secara harfiah atau metaforis, adalah bagian dari perjalanan hidup. Di balik setiap pintu, ada pelajaran dan pengalaman yang berharga. Setiap pintu juga mengajarkan kita tentang diri kita sendiri dan orang lain, dan bagaimana kita berinteraksi dengan dunia di sekitar kita. Jadi, berani membuka dan menutup pintu, berani melangkah maju dan belajar dari masa lalu, berani mengejar kebahagiaan dan mengatasi kekhawatiran, dan berani menjalin dan melepaskan persahabatan, adalah hal yang paling penting dalam hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun