Penutup: Tertawa Atas Kehidupan, Merangkul Dunia
Jadi, ketika hidup bagaikan stand-up comedy, apa yang bisa kita pelajari?Â
Kita belajar untuk lebih menghargai setiap momen, baik itu suka maupun duka, dan memanfaatkannya sebagai materi untuk humor kita.
Kita belajar untuk lebih santai dalam menghadapi hidup. Tidak berarti mengabaikan masalah, tapi melihatnya dari sudut pandang yang lebih ringan dan optimis. Mungkin ini cara kita bisa menjadi lebih kuat dan resilien dalam menghadapi tantangan.
Terakhir, kita belajar untuk selalu menemukan alasan untuk tertawa, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Karena pada akhirnya, hidup adalah tentang bagaimana kita merespons apa yang terjadi pada kita, dan mungkin salah satu respons terbaik adalah dengan tertawa.
Referensi:
- Martin, R. A., Puhlik-Doris, P., Larsen, G., Gray, J., & Weir, K. (2013). Individual differences in uses of humor and their relation to psychological well-being: Development of the Humor Styles Questionnaire. Journal of research in personality, 37(1), 48-75.
- Abel, M. H. (2002). Humor, stress, and coping strategies. Humor-International Journal of Humor Research.
- Cousins, N. (1979). Anatomy of an illness as perceived by the patient: Reflections on healing and regeneration. WW Norton & Company.
- Provine, R. R. (2000). Laughter: A Scientific Investigation. Penguin.
- Cohen, S., & Wills, T. A. (1985). Stress, social support, and the buffering hypothesis. Psychological bulletin, 98(2), 310.