Mohon tunggu...
Den Reza Alfian Farid
Den Reza Alfian Farid Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Terkadang ku lupa pernah berpikir apa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apakah "Confirmation Bias" Mengganggu Kemampuan Berpikir Kritis Kita?

14 Juli 2023   19:00 Diperbarui: 14 Juli 2023   19:09 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hadapi trik jahil otak: 'Confirmation Bias'. Menghalangi berpikir kritis? Simak yuk!

Siapa yang mengendalikan pemikiran? Kita sendiri atau otak kita? Kedengarannya membingungkan, tapi ada sesuatu yang perlu kita sadari: Otak kita suka bermain-main. Bagaimana? Mari kita ulik lebih dalam fenomena 'confirmation bias' yang sering mempengaruhi cara kita berpikir dan mengambil keputusan.

Ketika Otak Bermain Trik

Mari mulai dengan pertanyaan sederhana. Apa yang terjadi saat menemukan informasi baru? Biasanya, otak akan memilah-milah, mencocokkan data baru dengan apa yang sudah dikenal sebelumnya. Bagai pusat pengendalian, otak mencoba memilah fakta dan fiksi. Tapi, apa jadinya jika otak sendiri yang membuat kekeliruan?

Ya, benar. Kita seringkali menjadi korban dari permainan otak sendiri. Salah satunya adalah fenomena yang disebut 'confirmation bias'. Ini adalah kecenderungan otak untuk mencari, menginterpretasikan, dan bahkan mengingat informasi yang mendukung keyakinan atau hipotesis yang sudah ada sebelumnya. Makin banyak informasi yang cocok, makin yakin pula diri ini.

Tapi, tunggu dulu. Masalahnya, kecenderungan ini bisa mengaburkan pandangan kita. Apalagi dalam era digital ini, di mana informasi bisa dicari dan dibagikan dengan mudah. Maka, tidak heran jika berbagai opini dan fakta sering bertabrakan. Dengan 'confirmation bias', kita cenderung menanggapi informasi yang sesuai dengan sudut pandang kita dan mengabaikan yang lainnya. Ini bisa merusak kemampuan berpikir kritis kita, lho.

Cara Kerja 'Confirmation Bias'

'Confirmation bias' bekerja dengan halus. Bayangkan, saat ini sedang percaya bahwa teh hijau bisa menurunkan berat badan. Lalu, temukan artikel yang mengatakan hal yang sama. Otak pun bereaksi, "Aha, ini buktinya!". Padahal, belum tentu semua klaim dalam artikel itu valid atau berlaku umum.

Sebaliknya, saat menemukan artikel yang mengatakan bahwa teh hijau tidak berpengaruh pada berat badan, otak cenderung meremehkan atau bahkan mengabaikannya. Ini adalah contoh bagaimana 'confirmation bias' bisa mengacaukan persepsi kita terhadap realitas. Kita menjadi kurang kritis dalam mempertanyakan sumber informasi atau klaim yang dibuat.

Sedikit lebih dalam, 'confirmation bias' juga bisa mempengaruhi interaksi sosial. Misalnya, saat menemukan seseorang yang memiliki pandangan politik yang sama, kita cenderung lebih menyukainya dibandingkan orang yang memiliki pandangan berbeda. Kita juga cenderung mengabaikan atau meremehkan informasi yang bertentangan dengan pandangan kita. Ini berpotensi mengurangi pemahaman dan empati terhadap orang lain, dan merusak kemampuan untuk berpikir kritis tentang berbagai sudut pandang.

'Confirmation Bias' dalam Kehidupan Sehari-hari

'Confirmation bias' tidak hanya muncul dalam situasi tertentu, melainkan bisa muncul dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Misalnya, saat memilih baju, menu makan malam, atau bahkan dalam memilih teman.

Pertama, bayangkan sedang berbelanja online dan menemukan baju dengan gaya yang sangat disukai. Tiba-tiba, otak melihat komentar positif dari pembeli lain dan mengabaikan komentar negatif. Inilah 'confirmation bias' beraksi.

Kemudian, saat memutuskan menu makan malam, mungkin saja otak cenderung memilih menu yang sudah dikenal dan disukai, daripada mencoba menu baru. Meskipun ada kemungkinan menu baru itu lebih lezat, tapi 'confirmation bias' membuat kita cenderung memilih yang sudah dikenal.

Akhirnya, dalam memilih teman, 'confirmation bias' bisa mempengaruhi siapa yang dipilih untuk dijadikan teman. Jika seseorang memiliki pandangan atau hobi yang sama, kita cenderung lebih dekat dengannya dibandingkan dengan orang yang memiliki pandangan atau hobi yang berbeda.

Mengenali dan Mengatasi 'Confirmation Bias'

Sadar atau tidak, 'confirmation bias' telah merasuki setiap aspek kehidapannya. Tapi, bukan berarti tidak ada cara untuk mengatasinya. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan.

Pertama, kenali bahwa 'confirmation bias' itu ada dan bisa mempengaruhi pemikiran. Kedua, jangan takut untuk mencari dan menerima informasi yang bertentangan dengan keyakinan. Ini mungkin terasa tidak nyaman, tapi itu bagian dari proses belajar dan perkembangan diri.

Ketiga, biasakan diri untuk mempertanyakan informasi, baik yang mendukung atau menentang keyakinan. Pertanyakan sumber informasi dan cari tahu lebih banyak sebelum membuat kesimpulan. Keempat, jadilah lebih terbuka terhadap perbedaan pandangan. Ini bisa membantu dalam mengembangkan empati dan pemahaman yang lebih baik terhadap orang lain.

Dunia Digital dan 'Confirmation Bias'

Era digital ini telah mempermudah akses informasi. Tapi, di sisi lain, juga memperparah 'confirmation bias'. Informasi yang sejalan dengan keyakinan lebih mudah ditemukan. Algoritma media sosial pun sering memfasilitasi 'confirmation bias' dengan menampilkan konten yang sejalan dengan apa yang kita sukai atau setujui.

Ini bisa membuat kita hidup dalam 'echo chamber', di mana hanya mendengar dan melihat informasi atau pandangan yang sejalan dengan keyakinan. Hal ini bisa merusak kemampuan berpikir kritis, karena hanya mendengar satu sisi dan mengabaikan sisi lainnya.

Tapi, di era digital ini juga ada peluang untuk mengatasi 'confirmation bias'. Dengan banyaknya sumber informasi, kita bisa mencari dan mempelajari berbagai pandangan dan sudut pandang. Ini bisa membantu dalam membangun pemahaman yang lebih baik dan berpikir lebih kritis.

Mengapa Berpikir Kritis Penting?

Berpikir kritis adalah keterampilan yang sangat penting. Dengan berpikir kritis, kita bisa membuat keputusan yang lebih baik, memahami dunia dengan lebih baik, dan menjadi individu yang lebih terbuka dan empati.

Tanpa kemampuan berpikir kritis, kita bisa menjadi korban desinformasi dan manipulasi. 'Confirmation bias' bisa mempengaruhi kemampuan ini. Tapi, dengan mengenali dan mengatasi 'confirmation bias', kita bisa meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan menjadi individu yang lebih baik.

Refleksi Diri dan 'Confirmation Bias'

Buatlah waktu untuk merenung dan melakukan introspeksi diri. Apakah ada 'confirmation bias' dalam pemikiran? Bagaimana bisa mengatasinya? Ini adalah pertanyaan yang perlu dijawab.

Berpikir kritis adalah perjalanan, bukan tujuan akhir. Mungkin tidak mudah untuk mengatasi 'confirmation bias', tapi itu adalah langkah penting dalam perjalanan ini. Jadi, jangan berhenti belajar dan mencoba.

Sebuah Pesan Akhir

Akhirnya, ingatlah bahwa 'confirmation bias' adalah hal yang wajar dan alami. Itu bagian dari cara otak bekerja. Tapi, itu tidak berarti tidak bisa dikendalikan.

Dengan pengetahuan dan kesadaran, kita bisa mengatasi 'confirmation bias' dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Ini bukan hanya tentang menjadi lebih pintar, tapi juga tentang menjadi lebih baik sebagai individu dan anggota masyarakat. Jadi, yuk, terus belajar dan berkembang.

Referensi:

  1. Nickerson, R. S. (1998). Confirmation bias: A ubiquitous phenomenon in many guises. Review of General Psychology, 2(2), 175--220. https://doi.org/10.1037/1089-2680.2.2.175
  2. Kahneman, D. (2011). Thinking, fast and slow. New York: Farrar, Straus and Giroux.
  3. Plous, S. (1993). The Psychology of Judgment and Decision Making. New York: Mcgraw-Hill Book Company.
  4. Tavris, C., & Aronson, E. (2007). Mistakes were made (but not by me): Why we justify foolish beliefs, bad decisions, and hurtful acts. Orlando, FL: Harcourt.
  5. Houghton, D., & Grewal, R. (2000). War Games: The Psychology of Combat. Leicester: Troubador Publishing Ltd.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun