Mohon tunggu...
Den Reza Alfian Farid
Den Reza Alfian Farid Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Terkadang ku lupa pernah berpikir apa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bagaimana "Sensory Processing Disorder" Memengaruhi Anak-Anak?

13 Juli 2023   19:00 Diperbarui: 13 Juli 2023   19:11 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Ben White on Unsplash 

Sensory Processing Disorder: Bagaimana dunia terasa bagi mereka?

Coba bayangkan jika dunia tiba-tiba penuh dengan warna-warna terang yang membutakan mata, suara-suara keras yang menusuk telinga, sentuhan yang terasa seperti jarum, atau rasa yang terlalu pahit di lidah. Itulah kira-kira bagaimana anak-anak dengan Sensory Processing Disorder (SPD) mengalami hidup setiap harinya.

Mulai Pintu Masuk: Perjumpaan dengan 'Sensory Processing Disorder'

Setiap kreatur yang hidup di dunia ini dikaruniai berbagai indra untuk merasakan dunia sekitar. Sangat lumrah jika seseorang memiliki pendengaran yang tajam, atau bisa merasakan perubahan suhu yang sedikit saja. Itulah kekuatan indra manusia! Namun, bayangkan jika semua input sensorik ini jadi terlalu kuat atau justru terlalu lemah. Inilah yang terjadi pada anak-anak dengan 'Sensory Processing Disorder' (SPD).

SPD, sebuah kondisi di mana otak kesulitan dalam menerima dan merespon informasi yang diterima melalui inderanya. Menganggap suara sehari-hari menjadi terlalu keras, atau merasakan pakaian di kulit menjadi terlalu kasar, merupakan beberapa contoh bagaimana anak-anak dengan SPD mengalami dunia.

Dalam perjalanan kita membahasnya, jangan lupa untuk menyelam lebih dalam, bukan hanya apa itu SPD, tetapi juga bagaimana hal itu mempengaruhi anak-anak dalam kehidupan sehari-hari dan apa yang bisa dilakukan untuk membantu.

Dunia Menjadi Terlalu Bising atau Terlalu Sunyi

Jika sebelumnya kita berpikir bahwa dunia ini cukup nyaman untuk ditinggali, bayangkan jika setiap suara menjadi terlalu keras sampai-sampai menyakitkan telinga. Atau sebaliknya, jika semua suara menjadi terlalu lembut sampai-sampai tidak bisa didengar sama sekali. Inilah yang mungkin dirasakan oleh anak-anak dengan SPD.

Ada anak yang merasa terganggu dengan suara keramaian di tempat umum, atau merasa kesakitan ketika mendengar suara yang bagi kebanyakan orang biasa saja. Bagi mereka, dunia penuh dengan suara-suara yang menyerang mereka.

Sebaliknya, ada juga anak yang sulit mendengar. Mereka harus berusaha keras mendengar apa yang dikatakan orang lain, atau bahkan mendengar suara televisi yang volume-nya sudah diatur paling keras. Bagi mereka, dunia adalah tempat yang sunyi dan sepi.

Dunia Menjadi Terlalu Terang atau Terlalu Gelap

Selain pendengaran, penglihatan juga bisa terpengarui oleh SPD. Anak dengan kondisi ini bisa jadi sangat sensitif terhadap cahaya, atau sebaliknya, sangat sulit melihat dalam keadaan yang bagi kebanyakan orang cukup terang.

Mungkin ada yang berpikir, "Wah, pasti enak bisa melihat dalam gelap." Tapi bayangkan jika sekelilingmu tampak terlalu terang, sampai-sampai kamu harus memakai kacamata hitam di dalam rumah. Atau sebaliknya, jika kamu harus berusaha keras melihat sesuatu yang bagi orang lain tampak jelas. Inilah yang mungkin dirasakan oleh anak-anak dengan SPD.

Dunia Menjadi Terlalu Kasar atau Terlalu Halus

Bukan hanya penglihatan dan pendengaran, rasa sentuhan juga bisa terpengarui oleh SPD. Ada anak-anak dengan kondisi ini yang merasa sangat terganggu dengan sentuhan apapun. Mereka mungkin merasa tidak nyaman dengan pakaian yang mereka kenakan, atau merasa terganggu dengan sentuhan orang lain.

Sebaliknya, ada juga anak yang sulit merasakan sentuhan. Mereka mungkin harus berusaha keras untuk merasakan sesuatu yang bagi kebanyakan orang cukup nyata. Bagi mereka, dunia ini tampak terlalu halus, dan mereka berusaha keras untuk merasakannya.

Dunia Menjadi Terlalu Pahit atau Terlalu Manis

Tidak hanya itu, indra perasa dan penciuman juga bisa terpengarui oleh SPD. Ada anak yang merasa terganggu dengan rasa atau bau makanan tertentu, atau merasa bahwa semua makanan memiliki rasa atau bau yang sama.

Sebaliknya, ada juga anak yang sulit merasakan atau mencium apa-apa. Mereka mungkin harus berusaha keras untuk merasakan rasa makanan yang bagi kebanyakan orang cukup kuat. Bagi mereka, dunia ini tampak terlalu hambar, dan mereka berusaha keras untuk merasakannya.

Menavigasi Dunia dengan SPD

Menghadapi dunia dengan semua tantangan sensorik ini bukanlah hal yang mudah, terutama bagi anak-anak. Namun, ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk membantu anak-anak dengan SPD.

Pertama, dengan memahami dan menerima kondisi mereka. Mengakui bahwa mereka memiliki tantangan ini dan memahami cara mereka merasakan dunia bisa sangat membantu dalam menavigasi kehidupan sehari-hari.

Menggali Potensi Anak dengan SPD

Walaupun hidup dengan SPD bisa jadi penuh tantangan, bukan berarti anak-anak dengan kondisi ini tidak bisa meraih impian mereka. Dengan dukungan yang tepat, mereka bisa menggali potensi mereka dan meraih mimpi-mimpi mereka.

Berbagai Strategi dan Pendekatan

Untuk membantu anak-anak dengan SPD, ada berbagai strategi dan pendekatan yang bisa diterapkan. Salah satunya adalah terapi okupasi yang bisa membantu anak mengatasi tantangan sensorik yang mereka alami.

Terapi ini bisa dilakukan dengan bantuan ahli terapi okupasi yang berpengalaman. Dengan pendekatan yang tepat, anak-anak dengan SPD bisa belajar bagaimana mengatasi tantangan sensorik mereka dan merasakan dunia dengan cara mereka sendiri.

Kesimpulan

Jadi, itulah bagaimana 'Sensory Processing Disorder' mempengaruhi anak-anak. Walaupun kondisi ini bisa membuat anak merasa tidak nyaman, dengan pemahaman dan dukungan yang tepat, anak-anak dengan SPD bisa meraih potensi mereka dan menjalani hidup dengan cara mereka sendiri.

Referensi:

  1. Ahn, R. R., Miller, L. J., Milberger, S., & McIntosh, D. N. (2004). Prevalence of parents' perceptions of sensory processing disorders among kindergarten children. American Journal of Occupational Therapy, 58(3), 287-293.
  2. Miller, L. J., Anzalone, M. E., Lane, S. J., Cermak, S. A., & Osten, E. T. (2007). Concept evolution in sensory integration: A proposed nosology for diagnosis. American Journal of Occupational Therapy, 61(2), 135-140.
  3. Schaaf, R. C., & Lane, A. E. (2015). Toward a best-practice protocol for assessment of sensory features in ASD. Journal of Autism and Developmental Disorders, 45(12), 3951-3963.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun