Mohon tunggu...
Den Reza Alfian Farid
Den Reza Alfian Farid Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Terkadang ku lupa pernah berpikir apa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bagaimana 'Sublimation' Bisa Membantu Mengendalikan Emosi Negatif?

6 Juli 2023   19:00 Diperbarui: 6 Juli 2023   19:03 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Cris Trung on Unsplash 

"Sublimation: Maukah memanfaatkan emosi negatif jadi sesuatu berharga? Yuk, lihat caranya!"

Hidup adalah panggung drama penuh emosi, nggak jarang emosi negatif mendominasi. Tapi, bagaimana kalau emosi negatif itu bisa diolah jadi sesuatu yang keren dan berguna? Siapa yang menolak? Nah, simak yuk tentang 'Sublimation', cara unik mengolah emosi negatif jadi sesuatu yang berharga.

Hidup dengan Emosi - Sebuah Kenyataan

Siapa yang nggak pernah merasa emosi? Semua orang pasti pernah! Manusia dikaruniai emosi yang bermacam-macam, baik itu positif atau negatif. Emosi negatif seperti marah, sedih, dan takut adalah hal yang wajar dialami, tapi ketika emosi negatif ini terus mendera, bisa jadi hidup menjadi semakin sulit dan kualitasnya menurun.

Emosi negatif adalah bukti bahwa kita manusia biasa. Emosi negatif nggak selalu buruk. Kita bisa belajar dari emosi negatif, seperti belajar untuk lebih berempati, atau menjadi lebih kuat dan resilien. Tapi, apa yang harus dilakukan ketika emosi negatif ini justru mendominasi dan merusak?

Muncul sebuah konsep dalam psikologi yang mungkin bisa membantu, yaitu 'Sublimation'. Inilah cara kita mengalihkan energi negatif menjadi sesuatu yang lebih positif dan produktif.

'Sublimation' - Sahabat Baru dalam Mengelola Emosi

'Sublimation' adalah teknik yang dikenalkan oleh Sigmund Freud, tokoh psikologi terkenal. Dia menyatakan bahwa 'Sublimation' adalah proses mengubah impuls atau energi negatif menjadi sesuatu yang bermanfaat dan sosial diterima. Contoh simpelnya adalah ketika kita merasa marah, kita bisa mengalihkan rasa marah tersebut ke dalam olahraga atau hobi lainnya.

'Sublimation' memang bukan penghapus emosi, tetapi lebih ke alat untuk mengelola emosi. Dengan sublimation, kita bisa memilih untuk mengendalikan emosi negatif kita daripada membiarkannya mengendalikan kita. 'Sublimation' membantu kita untuk terus bergerak maju, meski berhadapan dengan tantangan dan tekanan.

Tapi gimana caranya menerapkan 'Sublimation' ini? Tenang, nggak perlu bingung, karena akan dijelaskan di sub heading berikutnya.

Menerapkan 'Sublimation' dalam Kehidupan Sehari-Hari

Untuk menerapkan 'Sublimation', hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengenali dan mengakui emosi negatif yang sedang dialami. Jangan malu atau takut menghadapi emosi tersebut, karena semakin cepat dihadapi, semakin cepat pula solusi ditemukan.

Setelah itu, cari kegiatan yang positif dan bermanfaat untuk mengalihkan energi negatif tersebut. Bisa dalam bentuk olahraga, seni, atau hobi lainnya. Yang penting adalah kegiatan tersebut memberikan rasa bahagia dan memuaskan.

Dan yang terakhir, praktikkan secara konsisten. Jangan patah semangat jika awalnya sulit. Ingat, belajar memanage emosi itu seperti belajar naik sepeda. Awalnya mungkin jatuh dan terasa sulit, tapi jika terus berlatih, niscaya bisa mengendarainya dengan baik.

'Sublimation' dan Para Artis

Ketika merasa sedih atau marah, banyak artis yang memilih untuk menulis lagu atau melukis. Itulah contoh dari penerapan 'Sublimation'. Mereka mengubah emosi negatif menjadi karya seni yang bisa dinikmati banyak orang.

Misalnya Taylor Swift, dia sering menciptakan lagu berdasarkan pengalamannya yang penuh emosi. Banyak dari lagunya menggambarkan rasa sedih, marah, atau kecewa. Tapi, lihat hasilnya! Lagu-lagu tersebut menjadi hit dan disukai banyak orang.

Begitu juga dengan pelukis terkenal seperti Van Gogh dan Picasso. Mereka sering mengalihkan emosi mereka ke dalam lukisan. Jadi, jika ada emosi negatif, kenapa tidak mencoba untuk mengubahnya menjadi sesuatu yang positif dan kreatif?

'Sublimation' - Sebuah Proses, Bukan Tujuan

Penting untuk diingat, 'Sublimation' adalah proses, bukan tujuan. Artinya, tidak ada batasan seberapa banyak atau seberapa sering seseorang harus melakukan 'Sublimation'. Setiap orang punya cara sendiri dalam mengelola emosinya.

'Sublimation' hanyalah salah satu alat dalam kotak peralatan kita untuk menghadapi kehidupan. Jadi, jika 'Sublimation' tidak berhasil, jangan putus asa. Mungkin ada cara lain yang lebih cocok. Yang terpenting adalah terus mencoba dan belajar.

Kekuatan 'Sublimation'

Kita semua punya kekuatan untuk mengubah emosi negatif menjadi sesuatu yang positif dan produktif. 'Sublimation' bisa membantu kita untuk mencapai hal tersebut. Dengan 'Sublimation', kita bisa lebih mengendalikan emosi kita dan menjadikan hidup lebih seimbang dan bahagia.

Ada satu pesan penting: Jangan takut menghadapi emosi negatif. Emosi itu adalah bagian dari kita. Kita bisa memilih untuk dibiarkan dikendalikan oleh emosi, atau memilih untuk mengendalikan emosi. Pilihan ada di tangan kita.

Kenapa Sublimation Penting?

Memahami 'Sublimation' tidak hanya berarti tahu cara mengubah energi negatif menjadi positif. Lebih dari itu, 'Sublimation' membantu kita untuk lebih baik dalam mengendalikan emosi kita. Dengan sublimation, kita bisa lebih bijaksana dalam mengambil keputusan dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Tanpa 'Sublimation', energi negatif yang kita alami mungkin akan kita tumpahkan secara langsung dan bisa merugikan diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, 'Sublimation' penting untuk membantu kita dalam menjaga hubungan interpersonal dan kesejahteraan psikologis kita.

Jadi, kenapa nggak mencoba 'Sublimation' sebagai cara baru dalam mengelola emosi negatif? Kita nggak tahu hasilnya sampai kita mencobanya, bukan?

Bagaimana 'Sublimation' Bekerja dalam Dunia Kerja

'Sublimation' tidak hanya berlaku dalam konteks pribadi, tapi juga dalam konteks profesional. Pernah merasa stress atau frustrasi di tempat kerja? Cobalah untuk menerapkan 'Sublimation'. Misalnya, ketika merasa tertekan dengan deadline, alih-alih marah-marah, coba untuk menuangkan energi tersebut ke dalam pekerjaan lain yang bisa diselesaikan dengan lebih cepat.

Atau, bisa juga dengan melakukan hobi di luar jam kerja. Misalnya, jika merasa stress, coba luangkan waktu untuk berolahraga atau menulis. Dengan begitu, kita bisa kembali ke tempat kerja dengan perasaan lebih baik dan pikiran yang lebih jernih.

Jadi, 'Sublimation' bisa menjadi strategi yang efektif untuk mengatasi stress dan tekanan di tempat kerja. Sehingga, produktivitas kerja pun dapat tetap terjaga.

Emosi Negatif, Apakah Harus Selalu Disublimasi?

Tentu tidak. 'Sublimation' adalah alat yang baik, tapi bukan berarti kita harus selalu menggunakannya setiap kali merasa emosi negatif. Ada kalanya, kita perlu merasakan dan mengakui emosi tersebut. Itu juga bagian penting dari proses pemulihan dan pertumbuhan diri.

'Sublimation' adalah alat, bukan jalan keluar. Itu berarti, ketika merasa marah, sedih, atau takut, kadang yang kita butuhkan bukanlah mengalihkan perasaan tersebut, tapi justru menghadapinya. Karena, dengan menghadapi emosi negatif, kita bisa belajar dan tumbuh menjadi individu yang lebih kuat.

Jadi, ingatlah bahwa 'Sublimation' adalah salah satu cara, bukan satu-satunya cara. Tetap kenali dan akui emosi negatif yang ada. Setelah itu, kita bisa memutuskan apa yang harus dilakukan: apakah menghadapinya, atau memilih untuk melakukan 'Sublimation'.

Referensi

  1. Freud, Sigmund. "The Ego and the Id". The Hogarth Press Ltd. 1923.
  2. McLeod, S. "Defense Mechanisms". Simply Psychology. 2018. [online] tersedia di: https://www.simplypsychology.org/defense-mechanisms.html
  3. Cherry, Kendra. "How Sublimation Influences Behavior". Verywell Mind. 2020. [online] tersedia di: https://www.verywellmind.com/what-is-sublimation-2795887
  4. Kramer, Ueli. "Coping and defence mechanisms: What's the difference? -- Second act". Psychology and Psychotherapy: Theory, Research and Practice. 2010.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun