"Seandainya pekerjaan kelompok bisa berjalan seperti simfoni, di mana setiap anggota orkestra memberikan kontribusi yang unik dan penting. Sayangnya, seringkali 'social loafing' merusak harmoni tersebut. Bagaimana fenomena ini bisa menjadi biang kerok kurang efektifnya kerja kelompok?"
Mengatur langkah di jalan yang sama, bersama-sama, sering kali menjadi hal yang diidamkan. Namun, apakah keramaian selalu membawa hasil yang lebih baik? Entah kenapa, bekerja dalam kelompok seringkali berakhir menjadi 'acara solo' bagi beberapa individu.Â
Di balik bayangan kerja kelompok, 'social loafing' bersembunyi dan berpotensi menghancurkan produktivitas. Tapi, apa sebenarnya 'social loafing' itu? Dan bagaimana dampaknya terhadap efektivitas kerja kelompok?
Social Loafing, Fenomena Apa Itu?
Menyelami dunia sosial sering memunculkan fenomena yang menarik. Salah satunya adalah 'Social Loafing'. Fenomena ini menggambarkan seseorang yang cenderung berusaha lebih sedikit saat berada dalam sebuah kelompok dibandingkan saat bekerja sendiri. Agaknya, ini muncul karena persepsi bahwa kontribusi mereka tak akan terlalu mempengaruhi hasil akhir.
Sebagian orang merasa nyaman bersembunyi di balik bayangan kelompok, melepas beban tanggung jawab dan berharap orang lain akan menyelesaikan pekerjaan. Menurut penelitian Max Ringelmann, seorang insinyur Prancis, produktivitas individu cenderung menurun ketika jumlah orang dalam sebuah kelompok meningkat.
Namun, fenomena ini tak semata-mata disebabkan oleh kemalasan atau sikap tidak peduli. Beberapa orang mungkin merasa kontribusi mereka kurang dihargai, atau mereka merasa dirinya kurang berkompeten dibandingkan anggota lain.
Kerja Kelompok dan Produktivitas: Apakah Berkorelasi?
Dalam teori, kerja kelompok seharusnya meningkatkan produktivitas. Pendekatan berbagai individu dengan beragam keahlian dan pengalaman bisa mendorong inovasi dan meningkatkan kualitas pekerjaan. Namun, social loafing menjelaskan kenapa ini tak selalu berlaku dalam praktik.
Sebuah studi menunjukkan bahwa kerja kelompok dapat meningkatkan kreativitas, namun kerap kali menurunkan efisiensi. Mengapa? Itu karena sering kali, anggota kelompok yang lebih kompeten dan berprestasi tinggi merasa harus menarik beban lebih besar dibanding anggota lainnya.