Mohon tunggu...
Den Reza Alfian Farid
Den Reza Alfian Farid Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Terkadang ku lupa pernah berpikir apa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apakah 'Social Loafing' Menjadi Alasan Kerja Kelompok Kurang Efektif?

5 Juli 2023   19:00 Diperbarui: 5 Juli 2023   19:07 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kultur kerja Indonesia yang cenderung kolektif dapat mempengaruhi fenomena ini. Mungkin terlihat bahwa semakin banyak orang dalam suatu kelompok, semakin besar pekerjaan yang bisa diselesaikan. Namun, tanpa manajemen yang tepat, 'social loafing' bisa merusak efektivitas kerja kelompok.

Penting untuk mengenali dan mengakui fenomena ini agar dapat mengatur strategi kerja kelompok yang efektif. Pendidikan tentang 'social loafing' dan bagaimana menghindarinya bisa menjadi langkah penting dalam membangun budaya kerja yang produktif dan harmonis.

Kesimpulan: Apakah 'Social Loafing' Menyebabkan Kerja Kelompok Kurang Efektif?

Setelah mengulas lebih jauh, tampaknya fenomena 'social loafing' memang bisa menjadi penyebab kerja kelompok kurang efektif. Namun, bukan berarti kerja kelompok itu sendiri kurang baik. Faktanya, kerja kelompok bisa sangat efektif jika dilakukan dengan cara yang tepat.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang fenomena ini, kita bisa merancang strategi untuk mengatasinya. Pada akhirnya, ini bisa membantu kita menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif dan menyenangkan.

Memandang ke Depan: Apa yang Dapat Dilakukan?

Memahami 'social loafing' adalah langkah awal. Sekarang, kita perlu menemukan cara untuk menyeimbangkan dinamika kerja kelompok agar menjadi lebih efektif dan produktif. Pendidikan, komunikasi, dan pengakuan adalah kunci untuk mengatasi fenomena ini.

Ke depannya, kita perlu melihat bagaimana cara terbaik mengadaptasi pendekatan ini ke dalam berbagai konteks kerja, baik itu di sekolah, universitas, atau dunia kerja. Mungkin, kita semua dapat belajar sesuatu dari fenomena 'social loafing' ini.

Referensi:

  1. Ringelmann, M. (1913). Research on animate sources of power: The work of man. Annales de l'Institut National Agronomique, 2e série-tome XII, 1-40.
  2. Latané, B., Williams, K., & Harkins, S. (1979). Many hands make light the work: The causes and consequences of social loafing. Journal of personality and social psychology, 37(6), 822.
  3. Williams, K. D., Harkins, S. G., & Latané, B. (1981). Identifiability as a deterrent to social loafing: Two cheering experiments. Journal of personality and social psychology, 40(2), 303.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun