'Self-Actualization', mencapai potensi maksimal diri, kerap dianggap sebagai tujuan akhir kehidupan. Tapi, apakah benar begitu? Atau adakah lapisan lebih dalam lagi yang perlu kita eksplorasi dalam perjalanan hidup ini?
Tiap orang punya 'puncak' sendiri dalam hidup, puncak yang jadi penanda bahwa mereka sudah mencapai versi terbaik diri mereka sendiri. Ada yang menyebutnya 'Self-Actualization'. Tapi, seandainya hidup ini adalah gunung, apakah setelah mencapai puncak, perjalanan berhenti sampai di situ? Ataukah masih ada rute lain yang belum kita jelajahi?
Panggung Utama: Manusia dan Self-Actualization
Kemunculan kosa kata 'Self-Actualization' sering ditemui, tapi jarang sekali ada yang bisa menjelaskannya dengan nyata. Istilah ini berarti mengejar potensi maksimal diri sendiri, mewujudkan kemampuan dan bakat pribadi yang sepenuhnya. Sangat menarik, 'kan?
Mungkin terdengar seperti teori motivasi belaka, tapi 'Self-Actualization' ini bukan sekedar istilah psikologis semata. Ini adalah sesuatu yang pribadi dan individual, mewakili perjalanan unik setiap individu dalam hidupnya. Itu sebabnya orang sering merasa mereka belum 'menemukan diri mereka sendiri' atau 'belum mencapai tujuan hidup mereka' meskipun mereka sudah sukses secara materi.
Namun, patut dipertanyakan, apakah benar 'Self-Actualization' ini menjadi tujuan akhir dalam kehidupan? Mungkin ada lebih dari itu. Kita coba buka lembaran selanjutnya.
Tangga Maslow: Tempat 'Self-Actualization' Berpijak
Abraham Maslow, seorang psikolog, mengemukakan teori hierarki kebutuhan, sebuah konsep yang menjelaskan tingkat kebutuhan manusia. Dari kebutuhan dasar seperti makan dan minum, hingga kebutuhan untuk dicintai dan dihargai. Di puncaknya? Ada 'Self-Actualization'.
Tapi, tangga teratas bukan berarti tujuan akhir, 'kan? Ibarat mendaki gunung, puncak bukanlah akhir perjalanan. Banyak hal bisa terjadi setelah mencapai puncak. Ada perjalanan turun, ada pengalaman berharga setelah mencapai puncak, ada perjalanan ke gunung lain. Sama halnya dengan 'Self-Actualization'.
Memahami Self-Transcendence: Di Atas 'Self-Actualization'?