Setelah itu, cobalah berlatih melihat dari berbagai perspektif. Jangan hanya mempercayai satu sumber informasi, tapi coba cari informasi dari sumber lain. Dan yang terpenting, belajarlah untuk menerima kenyataan dan informasi baru, meski bertentangan dengan pandangan sebelumnya.
Bias Kognitif dan Kehidupan Sehari-hari
Bias kognitif bukanlah 'musuh'. Malah, bisa jadi 'teman' yang mengingatkan kita untuk selalu berpikir kritis dan tidak mudah terjebak dalam pola pikir yang sama.
Misalnya, ketika merasa takut untuk mencoba hal baru karena pernah gagal sebelumnya. Itu adalah contoh bias kognitif. Dengan mengenali hal itu, kita bisa mencoba lagi dan tidak mudah menyerah.
Keputusan adalah Hak Prerogatif Kita
Pada akhirnya, keputusan adalah hak prerogatif kita. Bias kognitif hanya menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi, tapi bukan penentu utama. Dengan mengenali bias kognitif, kita bisa membuat keputusan yang lebih baik dan efektif.
Jadi, jangan takut untuk membuat keputusan, meski ada bias kognitif. Ingatlah, keputusan adalah hak kita, dan kita punya kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat. Jadi, yuk, kenali bias kognitif dan buatlah keputusan yang lebih baik!
Referensi:
- Kahneman, D. (2011). Thinking, Fast and Slow. Farrar, Straus and Giroux.
- Nickerson, R. S. (1998). Confirmation Bias: A Ubiquitous Phenomenon in Many Guises. Review of General Psychology, 2(2), 175--220.
- Tversky, A., & Kahneman, D. (1973). Availability: A heuristic for judging frequency and probability. Cognitive Psychology, 5(2), 207--232.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H