Itu adalah bentuk individualitas: ia menerima dirinya, menyukai apa yang ia sukai, dan tidak membiarkan penilaian orang lain mengubah dirinya.
Sekarang, misalkan remaja ini mulai memandang rendah teman-temannya yang suka musik populer dan selalu memaksakan pendapatnya bahwa musik indie lebih baik.Â
Nah, itulah contoh egoisme. Dia mengutamakan dirinya sendiri dan tidak menghargai perbedaan dengan teman-temannya.
Dampak Individualitas dan Egoisme
Dalam memahami perbedaan antara individualitas dan egoisme, penting juga untuk melihat dampaknya dalam kehidupan.Â
Individualitas yang sehat bisa mendorong kepercayaan diri, keaslian, dan penghargaan terhadap perbedaan. Ini bisa memperkaya interaksi sosial dan membangun hubungan yang lebih kuat.
Sebaliknya, egoisme bisa merusak hubungan dan mendorong konflik. Mengutamakan diri sendiri di atas segalanya seringkali membuat orang lain merasa tidak dihargai dan bisa berdampak negatif pada hubungan.
Antara Egoisme dan Individualitas: Sebuah Spectrum
Nah, perlu ditekankan, meski egoisme dan individualitas berbeda, keduanya bukanlah dua poin ekstrem yang tak berhubungan. Bayangkan saja sebagai sebuah spectrum atau rentang.Â
Di satu ujung ada egoisme murni—mengutamakan diri sendiri tanpa peduli dengan orang lain. Di ujung lain ada individualitas—menerima dan menghargai diri sendiri sekaligus orang lain. Di tengah-tengah? Berbagai variasi dan campuran dari kedua konsep itu.
Jadi, tidak ada manusia yang 100% egois atau 100% individualistik. Setiap orang ada di suatu titik di dalam spektrum tersebut, dan bisa bergerak sepanjang rentang itu seiring waktu dan situasi.Â