Mohon tunggu...
Den Reza Alfian Farid
Den Reza Alfian Farid Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Terkadang ku lupa pernah berpikir apa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bagaimana Peran Media Sosial dalam Mengubah Cara Kita Berpikir?

1 Mei 2023   19:00 Diperbarui: 1 Mei 2023   18:59 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media sosial telah mengubah cara kita berpikir dengan dampak positif dan negatif. Kunci keberhasilan adalah bijak dalam menggunakan media sosial untuk kebaikan dan menjaga keseimbangan antara kehidupan online dan offline.

Nah, mari kita mulai dari awal. Media sosial bukanlah hal yang asing lagi di kehidupan kita, terutama bagi generasi Z dan milenial. Terkadang, orang merasa media sosial sudah menjadi bagian dari diri mereka, sampai-sampai tak bisa lepas darinya. Dari mulai bangun tidur, sarapan, hingga tidur lagi, media sosial selalu menemani. Tapi, pernah gak terpikir seberapa jauh sih dampak media sosial ini dalam mengubah cara kita berpikir?

Kesadaran Diri yang Terlalu Tinggi

Mungkin terdengar aneh, tapi media sosial bisa membuat seseorang lebih 'cerdas' dalam hal kesadaran diri. Berbagai platform seperti Instagram, Twitter, dan TikTok membuat kita terbiasa menampilkan diri kita di depan umum. Hasilnya? Kita jadi lebih peduli tentang bagaimana orang lain melihat kita. Gak jarang, kita merasa perlu untuk selalu menampilkan yang terbaik di media sosial, entah itu penampilan, gaya hidup, atau prestasi.

Namun, kelebihan kesadaran diri ini bisa berdampak negatif, lho. Ada kalanya kita terlalu sibuk membandingkan diri dengan orang lain, sampai merasa tak puas dengan apa yang kita punya. Jadi, sebenarnya kita sudah terjebak dalam pesona media sosial yang bikin kita lupa, bahwa kebahagiaan itu gak selalu datang dari jumlah likes, followers, atau komentar.

Mengikis Kemampuan Berpikir Kritis

Media sosial emang tempat yang pas buat mencari informasi, baik itu berita, fakta, atau sekadar hiburan. Namun, sayangnya, banyak orang yang terjebak dalam kemudahan ini sampai-sampai gak mau lagi mencari tahu lebih jauh tentang sesuatu. Padahal, informasi yang kita dapatkan di media sosial belum tentu akurat atau lengkap.

Ketika kita terlalu tergantung pada media sosial sebagai sumber informasi utama, kita bisa kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis. Kita jadi lebih mudah terpengaruh oleh opini dan pandangan orang lain, tanpa menyadari bahwa mungkin saja mereka juga belum paham betul tentang topik tersebut. Akhirnya, kita jadi lebih mudah menerima informasi yang kita terima tanpa meragukannya.

Membentuk "Ruang Eko"

Salah satu dampak media sosial yang sering luput dari perhatian adalah terbentuknya "ruang eko". Di dunia maya, kita cenderung berkumpul dengan orang-orang yang punya pandangan, minat, dan hobi yang sama. Memang, ini bisa membuat kita merasa lebih nyaman, tapi di sisi lain, kita jadi gak terbiasa mendengar pendapat yang berbeda.

Seiring waktu, ruang eko ini bisa membuat kita kurang toleran dan lebih mudah tersinggung ketika mendengar opini yang berbeda. Padahal, dalam kehidupan nyata, kita pasti akan bertemu dengan berbagai macam orang dengan latar belakang dan pemikiran yang berbeda-beda. Jadi, sebenarnya media sosial itu bisa bikin kita kurang terbuka dan lebih sulit menerima perbedaan.

Membiasakan Diri dengan Gratifikasi Instan

Media sosial seolah menjadi tempat di mana kita bisa mendapatkan apa saja dengan cepat dan mudah. Mulai dari informasi, hiburan, hingga pengakuan dari orang lain. Gak heran kalau banyak yang merasa kecanduan media sosial, karena mereka terbiasa mendapatkan gratifikasi instan.

Hal ini bisa berpengaruh pada cara kita berpikir, lho. Kita jadi lebih sulit bersabar dan lebih mudah merasa bosan atau kecewa ketika sesuatu gak sesuai harapan. Padahal, dalam kehidupan nyata, kita perlu belajar untuk bersabar dan bekerja keras demi mencapai tujuan kita.

Menemukan Makna Lebih Dalam

Di balik dampak negatif yang sudah disebutkan, media sosial sebenarnya juga punya peran yang positif dalam mengubah cara kita berpikir. Salah satunya adalah membantu kita menemukan makna lebih dalam dari berbagai topik dan isu yang ada.

Dengan adanya media sosial, kita bisa lebih mudah mengakses berbagai informasi dan sudut pandang yang berbeda, yang tentunya bisa membantu kita memahami suatu hal dengan lebih baik. Selain itu, kita juga bisa terhubung dengan orang-orang dari berbagai latar belakang dan budaya, yang bisa memperkaya wawasan kita tentang dunia.

Menggunakan Media Sosial untuk Membangun Kreativitas

Meskipun ada dampak negatifnya, media sosial sebenarnya bisa menjadi ladang kreativitas bagi kita. Dari sekedar mengekspresikan diri, belajar hal baru, hingga menjalin relasi, media sosial menjadi wadah yang tepat untuk membangun kreativitas. Terlebih lagi, generasi muda Indonesia yang kreatif dan penuh inovasi bisa memanfaatkan media sosial untuk mengekspresikan ide dan gagasan mereka.

Tak hanya itu, dengan adanya media sosial, kita juga bisa saling bertukar informasi dan inspirasi dengan orang-orang dari berbagai belahan dunia. Hal ini tentunya bisa membantu kita dalam memperluas wawasan dan mengembangkan potensi yang kita miliki.

Menjaga Keseimbangan dalam Menggunakan Media Sosial

Mungkin yang paling penting dalam memanfaatkan media sosial adalah menjaga keseimbangan antara kehidupan online dan offline. Jangan sampai kita terlalu larut dalam dunia maya dan melupakan kehidupan nyata yang sebenarnya lebih penting. Berikut ini beberapa tips untuk menjaga keseimbangan dalam menggunakan media sosial:

  • Tentukan waktu khusus untuk media sosial: Alihkan waktu yang biasanya kita habiskan di media sosial untuk kegiatan yang lebih produktif. Misalnya, luangkan waktu 30 menit pagi dan sore hari untuk menjelajah media sosial, dan gunakan sisanya untuk bekerja, belajar, atau bersosialisasi dengan teman-teman di dunia nyata.

  • Batasi notifikasi: Agar gak terganggu oleh notifikasi yang terus menerus, cobalah untuk membatasi notifikasi dari aplikasi media sosial. Dengan begitu, kita gak akan tergoda untuk selalu mengecek ponsel kita setiap saat.

  • Jangan gunakan media sosial sebagai pengganti interaksi langsung: Meskipun media sosial memudahkan kita untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar kita, gak ada yang bisa menggantikan kehangatan interaksi langsung. Jadi, cobalah untuk tetap menjalin hubungan dengan teman-teman dan keluarga melalui pertemuan tatap muka.

  • Gunakan media sosial untuk tujuan yang positif: Daripada menggunakan media sosial untuk membandingkan diri dengan orang lain atau menyebarkan kebencian, alangkah lebih baik jika kita menggunakannya untuk tujuan yang positif, seperti berbagi pengetahuan, inspirasi, dan kebaikan.

  • Jangan lupa untuk selalu refleksi diri: Terakhir, jangan lupa untuk selalu mengevaluasi diri dan mempertanyakan apakah kita sudah menggunakan media sosial secara bijak atau malah sebaliknya. Dengan begitu, kita bisa terus belajar dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.

Kesimpulan

Media sosial memang memiliki peran yang cukup besar dalam mengubah cara kita berpikir. Dampaknya bisa positif, tapi juga bisa negatif. Namun, yang terpenting adalah bagaimana kita sebagai pengguna media sosial bisa bijak dalam memilah informasi yang kita terima dan tidak terjebak dalam kebiasaan buruk yang diakibatkan oleh media sosial itu sendiri.

Ingat, media sosial hanyalah alat yang bisa membantu kita menjalani kehidupan yang lebih baik jika kita pandai menggunakannya. Jadi, jangan biarkan media sosial mengendalikan hidup kita, tapi mari kita manfaatkan media sosial untuk kebaikan kita dan orang-orang di sekitar.

Referensi:

  1. Allcott, H., & Gentzkow, M. (2017). Social Media and Fake News in the 2016 Election. Journal of Economic Perspectives, 31(2), 211-236.
  2. Fuchs, C. (2017). Social media: A critical introduction. Sage.
  3. Lenhart, A., & Smith, A. (2015). Teens, social media & technology overview 2015. Pew Research Center, 9, 1-18.
  4. Pariser, E. (2011). The filter bubble: What the Internet is hiding from you. Penguin UK.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun