Mohon tunggu...
Den Reza Alfian Farid
Den Reza Alfian Farid Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Terkadang ku lupa pernah berpikir apa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kenapa Kita Suka Memendam Emosi?

3 Mei 2023   09:40 Diperbarui: 3 Mei 2023   09:43 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika langit cerah dan matahari bersinar, tak ada yang mengharapkan awan mendung dan hujan menghampiri. Nah, perumpamaan tersebut bisa kita gunakan untuk menggambarkan bagaimana emosi yang terpendam bisa menjadi sesuatu yang sulit untuk diungkapkan. Seperti mendung yang menutupi matahari, ada kalanya emosi kita tidak bisa begitu saja diungkapkan. Nah, apa sih yang menyebabkan seseorang memendam emosi? Dalam artikel ini, kita akan mencoba menggali lebih dalam tentang fenomena ini.

Pertama, mari kita bahas mengapa kita suka memendam emosi. Dalam dunia psikologi, ada yang namanya "emosi tertahan" atau "repressed emotion". Emosi tertahan ini adalah perasaan yang sengaja atau tidak sengaja tidak diungkapkan oleh seseorang. Ada beberapa alasan mengapa seseorang memilih untuk menahan emosi mereka, salah satunya adalah karena takut akan penilaian orang lain.

Bayangkanlah ketika seseorang merasa sedih, marah, atau bahkan kecewa, namun mereka tidak bisa mengungkapkannya karena takut akan apa yang akan orang lain pikirkan. Mungkin mereka merasa akan dicap lemah, tidak mampu mengendalikan diri, atau bahkan dianggap aneh. Karena alasan-alasan inilah seseorang memilih untuk menahan emosinya, padahal sejatinya, mengungkapkan perasaan adalah hal yang normal dan sehat.

Selain itu, ada juga yang menyebutkan bahwa proses "pengkondisian sosial" menjadi salah satu penyebab mengapa seseorang suka memendam emosi. Sejak kecil, kita diajarkan untuk bersikap sopan dan menjaga perasaan orang lain. Mungkin kita sering mendengar nasehat seperti "jangan menangis di depan umum" atau "jangan marah-marah di depan orang banyak". Kondisi ini membuat kita tidak terbiasa untuk mengungkapkan perasaan, karena khawatir akan melukai orang lain atau malu.

Dari perspektif psikologi, memendam emosi ini bisa berdampak buruk pada kesehatan mental seseorang. Ketika seseorang terus-menerus menahan emosinya, tekanan dalam diri semakin besar dan bisa menyebabkan stres, kecemasan, bahkan depresi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk lebih memahami bagaimana cara mengelola emosi dengan lebih baik.

Untuk menggambarkan bagaimana memendam emosi bisa berdampak buruk, mari kita gunakan analogi sebuah balon. Bayangkan balon tersebut adalah perasaan kita, dan setiap kali kita menahan emosi, udara yang kita pompa ke dalam balon semakin banyak. Suatu saat nanti, balon tersebut akan pecah karena tidak mampu menampung tekanan. Nah, kondisi inilah yang sering dialami oleh seseorang yang terus-menerus menahan emosinya.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi kebiasaan memendam emosi? Salah satu cara yang bisa dicoba adalah dengan belajar untuk mengungkapkan perasaan secara teratur. Mengungkapkan perasaan tidak selalu berarti harus mengekspresikannya secara emosional atau dramatis, tetapi bisa juga dengan berbicara secara jujur tentang apa yang dirasakan. Percayalah, berbicara tentang perasaan kita kepada orang yang tepat bisa menjadi obat yang mujarab untuk mengurangi beban yang ada di hati.

Selanjutnya, penting juga untuk belajar mengenali emosi yang dirasakan. Sebelum kita bisa mengungkapkan perasaan, kita harus tahu apa yang kita rasakan. Cobalah untuk lebih introspektif dan mengamati perubahan emosi yang terjadi dalam diri. Ketika kita bisa mengenali emosi dengan baik, kita akan lebih mudah untuk mengungkapkannya.

Berlatih empati juga bisa membantu kita untuk lebih peka terhadap perasaan orang lain. Dengan memiliki rasa empati yang tinggi, kita akan lebih bisa memahami apa yang orang lain rasakan dan bagaimana cara terbaik untuk mendukung mereka. Dalam konteks ini, empati bukan hanya untuk orang lain, tetapi juga untuk diri sendiri. Cobalah untuk mengasah rasa empati, agar kita bisa memahami perasaan kita sendiri dan mengelolanya dengan baik.

Selain itu, mencari dukungan dari orang terdekat seperti teman, keluarga, atau pasangan bisa menjadi salah satu cara efektif untuk mengatasi kebiasaan memendam emosi. Jangan ragu untuk berbicara tentang perasaan yang sedang dirasakan, karena dengan saling berbagi, kita bisa merasakan kelegaan dan dukungan yang dibutuhkan.

Jangan lupa juga untuk menghargai emosi yang kita rasakan. Setiap emosi memiliki perannya masing-masing dan memberikan informasi tentang bagaimana kita meresapi suatu situasi. Dengan menghargai emosi yang kita rasakan, kita akan lebih bisa menerima dan mengelola perasaan tersebut secara sehat.

Terakhir, jika kebiasaan memendam emosi dirasa sangat mengganggu dan berdampak pada kesehatan mental, sebaiknya mencari bantuan profesional seperti konselor atau psikolog. Mereka akan membantu kita untuk mengenali perasaan dan memberikan dukungan agar kita bisa mengelola emosi dengan lebih baik.

Jadi, kesimpulannya, memendam emosi adalah suatu fenomena yang cukup umum terjadi pada banyak orang. Ada berbagai alasan yang mendasari mengapa seseorang suka memendam emosi, seperti takut akan penilaian orang lain dan pengkondisian sosial sejak kecil. Meskipun demikian, memendam emosi bisa berdampak negatif pada kesehatan mental seseorang, seperti stres, kecemasan, dan depresi.

Untuk mengatasi kebiasaan ini, kita perlu belajar untuk mengungkapkan perasaan secara teratur, mengenali emosi yang dirasakan, berlatih empati, mencari dukungan dari orang terdekat, menghargai emosi, dan mencari bantuan profesional jika diperlukan. Semoga dengan memahami pentingnya mengelola emosi secara sehat, kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan bahagia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun