Mohon tunggu...
Den Reza Alfian Farid
Den Reza Alfian Farid Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Terkadang ku lupa pernah berpikir apa.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kenapa Kita Harus Hidup Minimalis?

16 April 2023   22:58 Diperbarui: 17 April 2023   03:58 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Sarah Dorweiler on Unsplash 

Ada saat ketika matahari terbit begitu indah, mengingatkan bahwa kebahagiaan bisa ditemukan dalam hal sederhana. Saat ini, kehidupan seringkali terasa rumit dan penuh distraksi. 

Ada tekanan untuk terus mencari lebih, memiliki lebih, dan merasa tidak pernah cukup. Namun, ada aliran pemikiran yang menawarkan cara lain: hidup minimalis. Mari kita telusuri bersama.

Sebelum pada pembasan inti, saya rekomendasikan untuk menonton terlebih dahulu kanal Youtube dari Satu Persen agar menambah eksplorasi wawasan kita semakin mendalam terkait minimalisme.


Minimalisme bukanlah konsep baru. Jika ditelusuri, ternyata sudah ada sejak zaman kuno, seperti ajaran Epikuros dan Stoikisme. Tetapi apa sih yang dimaksud dengan hidup minimalis? Dalam artian sederhana, hidup minimalis berarti fokus pada hal-hal yang penting, membuang yang tidak perlu, dan menciptakan kehidupan yang lebih fokus pada kualitas daripada kuantitas.

Dalam filsafat Epikuros, kebahagiaan adalah tujuan utama hidup. Epikuros mengajarkan bahwa kebahagiaan terletak pada kesenangan sederhana, seperti makanan yang enak, tidur yang nyenyak, dan persahabatan yang baik. Tetapi, ia juga mengingatkan bahwa kesenangan yang berlebihan justru akan menghasilkan penderitaan. Oleh karena itu, hidup minimalis menjadi cara untuk mencapai kebahagiaan yang sejati.

Sementara itu, Stoikisme yang diajarkan oleh Epiktetos, Seneca, dan Marcus Aurelius mengajarkan bahwa kebahagiaan terletak pada penerimaan dan kesederhanaan. Dalam hidup minimalis, kita akan lebih mudah menerima kenyataan, mengendalikan diri, dan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting.

Tapi, mengapa kita harus hidup minimalis? Berikut beberapa alasannya.

Pertama, hidup minimalis membantu kita untuk fokus pada apa yang benar-benar penting. Dalam kehidupan modern, banyak hal yang bisa mengalihkan perhatian dan membuat kita lupa akan tujuan utama hidup. Dengan hidup minimalis, kita akan lebih mudah untuk menjaga fokus dan tidak terjebak dalam keinginan yang tak berujung.

Kedua, hidup minimalis memungkinkan kita untuk merasa lebih bebas. Terkadang, kepemilikan yang berlebihan justru bisa membuat kita terikat dan merasa terbebani. Dengan mengurangi barang yang tidak perlu, kita akan merasa lebih ringan dan bebas untuk menjalani hidup sesuai dengan keinginan kita.

Ketiga, hidup minimalis juga membantu kita untuk mengurangi stres. Kehidupan modern seringkali penuh dengan tekanan dan tuntutan. Dengan hidup minimalis, kita akan lebih mudah untuk mengatasi stres karena kita telah mengurangi beban dalam hidup kita.

Mari kita bayangkan hidup sebagai perjalanan dengan sebuah beban. Jika beban yang dibawa terlalu berat, perjalanan akan terasa sangat melelahkan dan sulit. Tetapi, jika kita  mampu melepaskan beban yang tidak perlu, perjalanan pun akan terasa lebih ringan dan menyenangkan.

Keempat, hidup minimalis mendukung keberlanjutan lingkungan. Dalam dunia yang semakin sadar akan pentingnya menjaga lingkungan, konsumsi yang berlebihan justru akan menimbulkan dampak negatif bagi bumi kita. Dengan mengurangi konsumsi dan memilah barang yang benar-benar diperlukan, kita turut serta dalam upaya pelestarian lingkungan.

Kelima, hidup minimalis memungkinkan kita untuk menghargai hal-hal sederhana. Ketika kita tidak terjebak dalam keinginan materi yang tak berujung, kita akan lebih mudah untuk menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil. Momen bersama keluarga, ketenangan alam, atau secangkir teh yang hangat, semuanya bisa menjadi sumber kebahagiaan yang sejati.

Dari sudut pandang filsafat, hidup minimalis mencerminkan kebijaksanaan dalam menghadapi kehidupan. Seperti yang dikatakan oleh Epiktetos, "Kita tidak terganggu oleh peristiwa itu sendiri, melainkan oleh pandangan kita tentang peristiwa tersebut." Dengan kata lain, kita tidak terganggu oleh apa yang kita miliki atau tidak miliki, melainkan oleh cara kita memandangnya.

Dalam konteks ini, hidup minimalis menjadi cara untuk mengubah pandangan kita tentang kebahagiaan. Bukan lagi berfokus pada materi yang tak berujung, melainkan pada kualitas hidup yang sejati. Tentu saja, hidup minimalis bukan berarti hidup tanpa keinginan sama sekali. Namun, hal tersebut mengajarkan kita untuk mengevaluasi keinginan kita, memilah yang penting, dan menghargai apa yang sudah kita miliki.

Namun, perlu diingat bahwa hidup minimalis bukanlah satu-satunya cara untuk mencapai kebahagiaan. Setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam mencari makna hidup dan kebahagiaan. Tetapi, hidup minimalis bisa menjadi salah satu cara yang layak dicoba.

Bagi yang tertarik untuk mulai menjalani hidup minimalis, ada beberapa langkah yang bisa diambil. 

Pertama, evaluasi kepemilikan dan tentukan mana yang benar-benar penting. 

Kedua, pelajari cara mengurangi konsumsi dan belajar untuk menghargai hal-hal sederhana. 

Ketiga, fokus pada kualitas hidup, bukan kuantitas.

Sebagai penutup, hidup minimalis bukanlah sebuah dogma yang harus diikuti secara ketat. Melainkan, sebuah pendekatan yang bisa dicoba untuk mencapai kebahagiaan yang lebih sejati. Sebagai seorang filsuf yang ingin berbagi pemikiran, tentunya tidak bermaksud menggurui. Namun, semoga dengan membagikan sudut pandang ini, kita bisa bersama-sama merenung dan menemukan cara hidup yang lebih baik. Selamat mencoba!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun