Langit gemintang tak lagi bersemayam,
Di malam Ramadhan yang dulu semerbak harum,
Kini terasa sunyi, seakan tak berteman,
Membawa seribu kenangan,Â
namun tak mampu mengubahkan.
Rembulan terpampang malu-malu di senja,
Seakan mengenang masa lalu yang indah,
Ketika kami berbuka, bersama penuh sukacita,
Malam-malam syahdu, bergema takbir dalam keheningan.
Hamparan sajadah, kini berdebu di sudut ruang,
Membisikkan cerita, tentang teman-teman lama,
Yang kini tak lagi bersila, berderet merapatkan jiwa,
Mereka pergi jauh, entah ke mana, tak kembali bersama.
Berburu takjil di sore hari, seakan hilang pamor,
Dalam ingatan, terpatri indah, bagai perhiasan mutiara,
Kini, langkahku tersendat, sendiri menyusuri lorong waktu,
Mengais kenangan, yang lantas menjadi teman sepi.
Dalam debur air Zamzam, tersirat doa yang terucap,
Agar kehangatan kemarin, kembali menyapa di kala fajar,
Biarlah bulan Ramadhan tahun ini, tak seindah kemarin,
Namun hati ini tak henti, merindukan kasih Illahi.
Semoga keindahan kembali di pelukan waktu,
Ramadhan selanjutnya, bersama kekasih yang tak terlupakan,
Dalam semilir angin, kudengar bisikan kasih sayang,
Membawa seribu makna, yang akan menjadi saksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H