Belum genap sebulan saya bergabung di Kompasiana, mungkin terbilang masih newbie. Namun sudah terasa banyak hal yang saya pelajari di sini. Berawal dari membaca beberapa buah artikel, cerpen, puisi dan opini dari , akhirnya saya jadi ingin bergabung, belajar, berbagi dan menyelam lebih dalam lagi.
Menjadi sebuah rumah baru, bagi saya Kompasiana seperti meja belajar penuh dengan buku-buku literature baru. Ada banyak Kompasianer master berkumpul di sini. Terima kasih para Kompasianer, tentunya banyak warna dan gaya bahasa yang menginspirasi saya di sini. Saya suka membaca & baru belajar menulis. Seperti anak sekolah yang belajar membaca dan menulis lagi. Jadi saya akan senang menerima setiap kritikan dan saran dari para Kompasianer senior.
Pada intinya, pertama saya ingin ucapkan terima kasih pada Kompasiana, yang sudah hadir di tengah masyarakat, yang mampu memfasilitasi atau sebagai wadah untuk berbagi cerita dan opini dalam bentuk karya tulis. Lebih baik menulis, daripada harus berteriak-teriak namun tidak di dengar. Tentunya hal ini sangat bermanfaat bagi masyarakat, meski tiap artikel harus dikontrol dengan ketat oleh Admin.
Kedua, saya ingin ucapkan selamat pada Kompasiana yang semakin berkembang hingga di usia 8 tahun. Semoga Kompasiana semakin jaya. Bertepatan dengan Hari Blogger Nasional, hari ini saya membuat beberapa tulisan, baik catatan sendiri, di blog pribadi saya dan di Kompasiana tentunya.
Rasa senang yang saya dapatkan di sini karena bisa berbagi. Menulis banyak artikel dengan banyak topik bahasan. Membaca banyak karya tulis dari berbagai latar Kompasianer. Dan yang pasti, kebebasan untuk menjadi diri sendiri.
Momen yang paling menjengkelkan, adalah yang saya terima dari Admin Kompasiana karena telah menghapus artikel saya. Dikatakan tulisan saya plagiat lebih dari 75%. Padahal itu murni tulisan saya. Dan tulisan ini bisa menginspirasi banyak pembaca (meski hanya menurut saya). Sebetulnya artikel itu pernah saya publikasikan di Kompasiana. Namun karena menceritakan kekerasan, artikelnya saya hapus dan saya edit kembali agar ceritanya terkesan lebih lembut.
Tapi tidak apa-apa, saya bisa belajar memahami, namanya aturan memang harus ditegaskan. Saya berikan dua jempol untuk Admin. Sebagai pembalasan saya pada Admin, saya ingin melayangkan puisi (khusus untuk Admin). Saya berharap Admin bisa menangis atau malah tertawa setelah membacanya. Bisa jadi pembalasan ini jadi momen terbaik saya di kompasiana.
***
Buku Baru
Bayangkan…, dan rasakan…
Hadiah buku tulis itu, yang pertama
Buku baru dengan sampul bergambar lucu
Aroma lembaran khas nan lugu
Polos, bersih, tanpa debu
Riang, girang, dan senang tak terbayang
Akan kutulisi ia huruf dan angka
a, i, u, e, o, lalu 1, 2, dan 3 …
Ku akan belajar menulis dan membaca
Hari ini…, hujan tak kunjung henti
Buku baru kupeluk dan menanti
Aku ingin pulang, bertemu Ayah Ibu
Lalu bercumbu dengan buku ini
Gerimis mulai mengulum senyum
Lari pulang lalui jalan basah berlubang
Di halaman kubangan air menjegal, menyungkur
Air mataku tergenang
Ku terjatuh...
Kertas-kertas ini jadi basah dan retas
Tangis sedu sedan, hati remuk redam
Tak kuasa tahan jerit yang terpendam
Aku pulang…,  ia yang malang…
Hari-hari sepi membentang
Seolah ia datang, kemudian hilang
Hari-hari sepi meradang
Ku ingin ia kembali, polos, putih, lugu dan bersih
Seperti saat aku masih kecil
Menjadi mungil di pangkuan Ibu
Seperti saat aku masih mungil
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H