Hadi mengaku siap kerja apa saja dan selalu bersedia menjalankan tugas 24 jam jika memang diperlukan. Apalagi pos yang ditempati adalah staff umum yang harus selalu siap sedia manakala pimpinan memerlukan.
"Alhamdulilah, apa yang saya lakukan mendapat apresiasi dari pimpinan hingga dianugrahi pegawai teladan tingkat Jabar sebanyak dua kali. Terakhir saya meraihnya tahun 2018" ujarnya.
Mengabdi selama tiga puluh lima tahun, terangnya, tentu saja banyak suka dukanya, pahit manisnya menjadi bumbu dalam perjalanan meniti karir dan menjalani kehidupan bersama keluarga dan hal itu me jadi nikmat rahmat yang patut disyukuri.
"Alhamdulilah, sebelum pensiun kedua anak saya sudah menyelesaikan kuliahnya dengan nilai Cum Laude" ungkapnya.
Yang paling besar kuliah di unpad sedang adiknya memilih kuliah di unpar. Keduanya lulus tetap waktu, malah adiknya menyelesaikan studi lebih cepat hanya dalam 3,5 tahun.
"Namun keduanya tak ada yang meneruskan jejak saya jadi pegawai, mereka memiliki orentasi masing masing. Mungkin mereka melihat menjadi pegawai seperti bapaknya hidupnya pas pasan, rumah saja baru selesai cicilan tepat 1 tahun menjelang pensiun" terangnya.
Mereka, tutur Hadi, mungkin melihat karakter bapaknya yang suka bergaul dengan berbagai kalangan mulai dari birokrat, aparat penegak hukum, LSM hingga wartawan.
Selain itu, sikap mandiri tak ingin bergantung pada orang tua juga sudah terlihat dalam diri mereka sejak masih kuliah.
"Alhamdulilah, anak saya punya usaha sendiri. Dengan modal awal Rp. 4 Jutaan saat ini sudah mulai berkembang dan memiliki pegawai. Saya bersyukur, berterima kasih pada Allah, karena mereka sudah bisa menciptakan lapangan kerja sendiri" tuturnya.
Membangun sinergi positif ini, ujar Hadi, tidak hanya dilakukan dengan keluarga seperti diatas. Tapi juga dilakukan secara terus menerus di kantor seperti dengan atasan, rekan kerja dan bawahan.
Sempat Menolak Jabatan