Meski malam semakin larut namun kantuk belum juga datang, entah sudah berapa ribu karakter kata saling berkait menjadi sebuah kisah yang katanya sudah ditunggu oleh penerbit, sudah ditunggu banyak orang, menunggu akhir dari kisah roman, tapi ah entahlah yang jelas ini bukan kisah tenggelamnya kapal van der wijk. Hanya sebuah cerita kisah dari seorang anak manusia dan naskahnya harus segera selesai karena kejar tayang hehehe.
Ditemani secangkir kopi, dan asap dari tembakau serintil, Aku masih setia menunggu datangnya pagi, karena hanya sejuknya embun yang tak pernah munafik untuk bersanandung riang diantara uap panas kopi gunung puntang, dan di sabtu malam ini selalu menjadi masa yang tepat untuk membuka diri bersama kearifan alam dengan keramahan secangkir kopi pahit.
Seperti saran sahabatku, sang juragan kopi jos, bercerita dengan alam adalah yang terbaik, karena ia mampu menggenggam cerita. Mengembalikan jiwa saat lelah mendera dan mengembalikan semangat hidup karena akan selalu ada bidadari tak bersayap yang setia menunggu, mendekap erat dengan segala kasihnya.
Dan diakhir malam disaat kopi sudah mulai dingin maka pelukan hangatnya akan mampu mengusir sepi dan dingin, jadi singgahlah sejenak bidadriku, mari kita bersama merenungi kisah saat senja diguyur hujan, dan bersandinglah dengan secangkir kopi yang setia menanti bulan hingga terbit sang fajar, bersama merajut cinta yang telah dititipkan oleh sang maha pencipta, bersama menciptakan dunia baru yang penuh dengan kedamaian.
"meski kopi sudat surut, asap tembakau sudah hilang, namun cerita cinta ini akan terus berjalan sampai mata ini terlalu lelah menatap langit dan akhirnya terpejam"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H