Mohon tunggu...
Denny Sumarlin
Denny Sumarlin Mohon Tunggu... -

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Menganggap Remeh Orang Lain

23 Oktober 2011   06:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:37 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

para sahabat.

Pada saat saya belajar pada perkuliahan, terdapat sebuah cuplikan cerita mengenai "kepedulian".

Saya pun terpikir dengan suatu acara program acara "minta tolong", pada siaran televisi  sebut saja "RCTI". Dapat di simak, bahwa cukup banyak orang yang meremehkan orang lain dan juga sering kita lihat banyak orang ada yang tidak mempedulikan nya, dan menyepelekan orang tersebut yang sedang tertimpa kesulitan.

Pada kehidupan ini, adapun orang yang menolong dan tidak menyepelekan orang yang sedang kesulitan di karenakan, diliat dari wajah orang yang tertimpa kesulitan tersebut, apakah cantik atau tidak.
Dan biasanya, orang yang cantik lah yang selalu di bantu. Sedangkan, orang yang memiliki wajah yang kurang cantiklah yang jarang orang membantunya. Entah mengapa hal ini sering terjadi.

Cerita yang saya simak sangatlah mirip, dengan kehidupan yang ada pada program acara "minta tolong". ceritanya seperti ini; Pada suatu desa, ada sebuah gubuk kecil. Disana terdapat sepasang suami istri, mereka bekerja sebagai petani. Saat mereka pulang ke gubuk, dengan membawa bungkusan.

Saat di rumah merekapun membuka bungkusan tersebut, yang ternyata bungkusan tersebut adalah perangkap tikus. Tepat dimana sepasang suami istri membuka dan melihat perangkap tikus, seekor tikuspun ikut melihat perangkap tersebut dan saat itulah tikus tersebut menjadi ketakutan, yang di karenakan menyadari suatu bahaya/kesulitan, tikus pun panik.

Di saat sang tikus panik, sang tikus pun berlari ke ladang dengan tujuan meminta tolong kepada seekor ayam, tetapi ayam tersebut pun menyepelekan bahaya tersebut. Tikus pun tak lelah mencari bantuan ke hewan lain, tikus pun mendatangi dan meminta tolong kepada seekor kambing, tapi kambing pun hanya menganggap remeh tikus tersebut. tikus pun masih tak lelah untuk meminta tolong, di datangilah seekor sapi, sapi pun hanya menyepelekannya. tikus pun pulang dengan hati yang sedih atas ketidak pedulian teman-temannya dalam bahaya yang tetimpanya.

Saat malam tiba, terperangkaplah seekor ular yang berbisa. dan istri petani pun berusaha membereskan perangkap tersebut. Tetapi, hal yang malang tertimpa sang istri. Istri petani tersebut terkena gigitan ular tersebut, dan jatuh sakit.

Suaminya pun memberikan sop daging ayam, yang di ambil dari ladang. Tapi sop tersebut tidak dapat membuat sang istri sembuh dari sakit. Lalu sang suami membuat makanan dari daging kambing, yang di dapat dari ladang, untuk memberikan makanan kepada tetangga yang datang menjenguk.
Sang istri akhirnya tidak tertolong dan meninggal dunia. Suaminya pun membuat makanan dari daging sapi yang terdapat di ladang untuk para tetangga yang datang melayat.

Pada akhirnya, tikus tersebut hanya dapat menangis di saat teman-temannya telah meninggal atas penyepelean mereka, atas bahaya yang tertimpa oleh sang tikus.
Cuplikan cerita tersebutpun telah usai, di selesaikan dengan tangisan sang tikus.

Cerita itu terdapat beberapa makna bagi saya. bahwa, kita tidak boleh menyepelekan bahaya yang sekecil apapun, karena bahaya kecil pun dapat berubah menjadi bahaya yang terbesar. Saya mencontohkan makna tersebut, dengan seperti ini; coba anda bayangkan bila oranglain tertimpa musibah tersambar api, bahaya tersebut dapat menjadi bahaya besar. Bahaya tersebut dapat tersambar ke rumah kita, bahkan semua rumah di sekeliling pun dapat tersambar.

Maka itulah, kita tidak boleh menyepelakan bahaya sekecil apapun. Kita pun harus peduli dengan sesama. Kita tidak dapat hidup seorang diri, pastilah kita memerlukan oranglain. andai saja hidup seorang diri, kita pun selalu kesulitan, seperti; kita makan nasi, dapat di bayangkan bila kita berusaha menanam padi sendiri, sedangkan kitapun harus belajar, betapa sulitnya untuk mengolah waktu menanam padi dan belajar.

Jadi, pada intinya semua hal di dasarkan kepada "kepedulian".


semoga bermanfaat para sahabatku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun