Mohon tunggu...
Denny Rizkinata
Denny Rizkinata Mohon Tunggu... Wiraswasta - Prodi: Magister Bioteknologi - Universitas Katolik AtmaJaya - Wiraswasta

Seorang mahasiswa dengan memiliki peminatan dibidang sains dan peternakan Program Studi : Magister Bioteknologi Universitas: Universitas Katolik Atma Jaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Berbekal Ilmu "ini" Peningkatan Produktivitas Sapi Kian Meningkat!

9 November 2022   09:09 Diperbarui: 11 November 2022   21:19 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 3. Teknologi CRISPR sebagai aplikasi dalam menciptakan sapi unggulan (Sumber: Jabbar et al, 2021)

            Mekanisme awal CRISPR diawali dengan adanya material genetik asing yang masuk dan menyisip kedalam genom bakteri (CRISPR loci). Penyisipan ini memicu proses transkripsi dan membentuk CRISPR RNA (crRNA). crRNA adalah produk hasil konversi material genetik dari DNA menjadi RNA yang telah menyimpan sekuens material asing. crRNA yang terbentuk nantinya akan dikenali oleh enzim restriksi (Cas9) sehingga membentuk komponen yang lebih kompleks (tracrRNA – Cas9 – crRNA complex). Kompleks tersebut nantinya akan tersimpan sebagai memori layaknya antibody manusia yang apabila ada invasi material asing yang sama untuk kedua kalinya, kompleks ini dapat mengenali dan memotong material asing tersebut agar tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

            Melihat rangkaian mekanisme tersebut, teknologi CRISPR akhirnya diadopsi agar dapat diaplikasikan keberbagai bidang salah satunya peternakan sapi untuk meningkatkan produktivitas dalam menghasilkan daging dan susu sapi. Mekanisme CRISPR pada hewan sapi dapat diamati pada gambar berikut

Gambar 3. Teknologi CRISPR sebagai aplikasi dalam menciptakan sapi unggulan (Sumber: Jabbar et al, 2021)
Gambar 3. Teknologi CRISPR sebagai aplikasi dalam menciptakan sapi unggulan (Sumber: Jabbar et al, 2021)

            Sama seperti prinsip alami yang dilakukan oleh bakteri, teknologi CRISPR yang diadopsi untuk menciptakan sapi unggulan memiliki konsep yang sama, hanya saja CRISPR-Cas9 complex dimodifikasi dengan menyisipkan gene of interest (gen asing yang diinginkan) sebagai pengganti material asing virus. CRISPR-Cas9 complex kemudian diinkorporasi kedalam zigot (calon anak sapi) yang telah di proses secara in vitro. Seiring perkembangan zigot menjadi embrio, CRISPR-Cas9 complex akan menjalankan aksinya dengan mengikat sekuens genetik yang dikenali dan melakukan fragmentasi menggunakan Cas9 untuk mengeliminasi gen tersebut (gene knockout) sehingga nantinya ketika embrio di transfer kembali kedalam rahim sapi, anak sapi yang dilahirkan telah memiliki karakteristik yang berbeda dari induknya akibat eliminasi gen yang dilakukan.

            Umumnya terdapat 2 gene of interest yang diaplikasikan untuk dieliminasi menggunakan teknologi CRISPR yaitu gen myostatin (GDF-8) yang berperan sebagai negatif regulator pada perkembangan otot sapi, beta lactoglobulin sebagai penyebab alergi pada susu sapi, dan Diacylglycerol – O- Acyltransferase (DGAT) sebagai salah satu promoter dalam menstimulasi produksi susu sapi. Sehingga nantinya, sapi yang dihasilkan dapat memiliki pertumbuhan massa otot secara cepat (GDF-8 knock out), atau sapi yang mampu menghasilkan susu bebas laktosa (beta lactoglobulin knock out) dan tentunya jumlah produksi susu yang berlimpah (DGAT insertion).

 c. Pemanfaatan Alat Penunjang (Equipment Application)

           Di era industrialisasi, berbagai alat mulai diciptakan untuk mempermudah aktivitas manusia salah satunya untuk kepentingan berternak. Bolus tracker adalah salah satu alat yang telah didistribusikan dan diterapkan di negara maju. Dengan menyematkan teknologi sensor jarak jauh dan ketahanan terhadap berbagai kondisi lingkungan, menjadikan bolus tracker aman bagi sapi dan mudah dioperasikan oleh pengguna diluar lingkungan peternakan dalam mempertahankan populasi sapi yang sudah dikelola dengan baik.

            Dalam pelaksanaannya, penggunaan alat ini membutuhkan 3 komponen utama yaitu bolus tracker, router, dan smartphone. Secara garis besar, aplikasi cara kerja dari alat ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Aplikasi bolus tracker sebagai alat pendeteksi kondisi kesehatan sapi (Sumber: SmaxtTec, 2022)
Gambar 4. Aplikasi bolus tracker sebagai alat pendeteksi kondisi kesehatan sapi (Sumber: SmaxtTec, 2022)

            Gambar 4 merupakan representasi teknologi bolus tracker dalam mengontrol kesehatan sapi. Mekanisme kerja pada alat ini diawali dengan mengaktivasi bolus tracker yang kemudian dimasukkan kedalam tubuh sapi secara oral menggunakan bolus applicator. Setiap tracker memiliki kode khusus sebagai pembeda sapi per individu. Berbekal router yang dipasangkan disekitar peternakan, sinyal radiasi pada tracker akan ditangkap oleh router secara berkala. Sinyal yang diterima akan divisualisasikan kedalam smartphone dengan mempresentasikan kondisi yang sedang dialami oleh sapi. Notifikasi juga akan disampaikan oleh pengguna apabila terdapat kesalahan pada kondisi sapi sehingga peternak dapat melakukan treatment yang tepat bagi sapi yang bermasalah secara langsung sehingga lebih efisien dari segi waktu dan tenaga dalam mencegah penurunan jumlah produksi susu maupun bobot dari sapi.

            Proses deteksi dapat dilakukan dengan menitik beratkan pada 3 faktor utama didalam siklus kehidupan sapi yaitu status kesehatan (health status), masa kehamilan (pregnancy), dan kelahiran (calving)

a. Status Kesehatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun