Mohon tunggu...
Denny Reza K
Denny Reza K Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Teknik Pertambangan ITB l dennyrezakamarullah.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Salah Arah Tata Kelola Hulu Migas dan Tawaran Solusinya

17 Maret 2015   22:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:30 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perlahan mau tidak mau suka tidak suka kita harus beralih dan memperbesar porsi EBT dalam penggunaan Energi di Indonesia. Kita sudah memiliki energy ix 2025, tetapi bagaimana keberjalanannya? Sangat lambat. Padahal ini salah satu cara untuk mengurangi ketergantungan kita dari Impor minyak. Mengurangi konsumsi minyak bumi. Selain itu, kita harus sudah memulai membahas dan mengembangkan Unconventiona Energy, yaitu: shale oil, shale gas, tight sand gas dan coal bed methane. Hari ini pembahasan unconventional energy masih sangat minim, bahkan di ranah lembaga intelektual dan kampus di ITB, kuliah tentang unconventional baru dimulai tahun lalu. Padahal, inilah salah satu alternatif pengganti conventional energy sejenis minyak bumi. Dan faktanya, Indonesia memiliki potensi Coal Bed Methane (Gas Metana Batubara) sangat besar, yakni 453 TCF.

Pengembangan shale oil di Amerika tidak dimulai 1-2 tahun ini, coba cek dokumen lembaga energi mereka, bahkan rencana pengembangan unconventional energy sudah dimulai dari tahun 1980an.

2.Mendorong dan memberi kepercayaan kepada Pertamina untuk lebih agresif dan ekspansif

Dalam hal ini kita perlu belajar dari negara-negara lain, khususnya China dan Brazil. Kedaulatan energi sangat erat kaitannya denagn peran NOC didalam negara tersebut. NOC dari negara-negara OPEC seperti Saudi Aramco, NIOC, KOC, PDVSA Venezuela dan QP Qatar menguasai 90% produksi domestik mereka. Pertonas Malaysia dan CNPC China bahkan menguasi masing-masing-masing 60 hingga 70% produksi domestik. Apa kabar Pertamina? Tidak lebih dari 20%.

Petrobras awalnya adalah NOC kecil, karena mayoritas cadangan minyak mereka berada di dasar Samudra Atlantik. Namun kemudian pemerintah Brazil mendukung penuh keinginan Petrobras untuk mengeksplorasi cadangan minyak mereka di laut dalam tersebut. Pengalaman di laut dalam akhirnya membuat mereka ‘terpaksa’ mengembangkan teknik dan teknologi baru, hingga khirnya Petrobras terkenal sebagai NOC ahli laut dalam dengan teknik pengeboran metode gravity and magnetic, hasilnya Petrobras tidak tergantung impor dan mereka menguasai lebih dari 90% produksi domestik mereka.


“Apa yang membuat kami begitu berbeda dengan perusahaan migas internasional lain adalah kenyataan bahwa Petrobras awalnya dibentuk sebagai perusahaan hulu. Kenyataan ini mebuat komitmen kami tidak berubah sampai hati ini. Semboyan kami adalah tantangan adalah energi kami” Petrobras


Lain Petrobras lain pula NOC China. Cadangan negara ini memang besar, sekita 24 Miliar Barrel, tetapi konsumsi sebagai dampak pertumbuhan ekonomi juga tidak kalah besar, tahun 2012 saja China mengkonsumsi 5 Juta Barrel minyak/hari nya. Untuk menutupi produksi domestik yang sanagt terbatas, pemerintah China membuat konsep yang dikenal sebagai Go International! Sebuah konsep mendukung NOC mereka untuk ekspansif mencari ladang-ladang minyak ke luar negara mereka. Tidak tanggung-tanggung, 3 NOC mereka, yakni: Sinopec, CNPC dan CNOOC masing-masing memiliki tugas spesifik yang berbeda-beda, tetapi tetap dalam satu koridor menjaga keamanan pasokan minyak mereka. Sinopec bertugas sebagai perusahaan komersial sekaligus fungsi investor, CNOOC bergerak disektor hulu ke luar negeri dan layanan teknik. Sementara CNPC mengoperasikan proyek hulu di lebih dari 30 negara melalui anak perusahaannya Great Wall drilling Co.

Apa yang dilakukan pemerintah Brazil, China dan negara-negara lainnya di dunia mengandung makna yang sama, yakni: berikan dukungan dan kepercayaan kepada National Oil Company.

14266014561877364051
14266014561877364051
Porsi Pertamina dalam Produksi Nasional

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun