Mohon tunggu...
Denny Reza K
Denny Reza K Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Teknik Pertambangan ITB l dennyrezakamarullah.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menulislah, Berkisahlah: Sebuah Refleksi dari Novel Laskar Pelangi

21 November 2014   22:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:11 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ini kisah anak-anak dipelosok, yang mungkin sebelum ini sama sekali kita tidak mengenal daerah itu. Sebut saja daerah itu bernama Desa gantung, Kabupaten Gantung, Belitung Timur. Didesa itulah berdiri sebuah sekolah kecil, bahkan nyaris roboh, Sekolah Dasar Muhammadiyah namanya. Siang hari untuk aktivitas belajar-mengajar dan malam hari ruang kelas sekolah itu digunakan untuk kandang ternak.

Hari itu adalah hari yang penting, keputusan apakah sekolah itu akan dilanjutkan atau dibubarkan karena tidak memenuhi syarat minimal jumlah murid. Hingga siang itu murid yang datang baru berjumlah 9 orang, padahal syarat minimal yang diberikan Dinas pendidikan setempat minimal harus ada 10 murid agar sekolah itu bisa dinyatakan tetap berjalan. Pak Harfan Efendy Noor sebagai kepala sekolah SD Muhammadiyah was-was, bahkan ia sudah pasrah, siap memberikan pidato penutupan sekolah.

Menit-menit akhir sang penyelamat datang, Harun namanya, anak yang memiliki keterbelakangan mental. Kedatangan harun menjadi awal cerita 10 anak di SD Muhammadiyah.

SD pelosok dengan fasilitas seadanya dan guru yang minim, nyatanya tidak menyurutkan semangat aktivitas pengajaran di SD Muhammadiyah. Bu Muslimah sebagai salah satu guru di SD itu terus memberikan dedikasi terbaiknya untuk anak-anak didiknya, beliau mengajarkan anak-anak didiknya untuk bermimpi setinggi-tingginya.

Hambatan dalam proses pengajaran pasti ada, anak-anak itu tidak seluruhnya anak-anak yang tinggal di daerah dekat sekolah. Lintang salah satunya, setiap hari ia harus mengayuh sepeda sejauh 40 KM melewati hutan-hutan demi menerima ilmu dari sang guru.

Kisah anak-anak SD Muhammadiyah semakin berwarna ketika harus bersaing dengan SD PN Timah yang memiliki fasilitas jauh diatas SD Muhammadiyah. Dan dalam keberjalanannya, dalam sebuah lomba cerdas cermat, SD Muhammadiyah akhirnya membuktikan mereka dapat mengalahkan SD PN Timah, meskipun dalam hal infrastruktur dan pendukung sekolah mereka sangat minim, berbanding terbalik dengan SD PN Timah.

Beberapa tahun kemudian, dikisahkan satu persatu murid SD Muhammadiyah mulai menapaki jalur mimpi mereka, lkal salah satunya, yang akhirnya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studinya di Eropa.

***

Kisah diatas adalah ringkasan salah satu novel yang akhirnya di jadikan film beberapa tahun lalu, Laskar Pelangi namanya. Awalnya hanya sedikit orang yang mengenal daerah belitong, tapi kemudian melalui Novel ini, daerah itu menjadi terkenal. Bukan hanya itu, novel itu adalah gambaran salah satu kondisi pendidikan di pelosok negeri ini. Andrea Hirata ingin ‘menelanjangi’ fakta bahwa kemerataan pendidikan masih menjadi barang mahal di republik yang memiliki cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa ini. Novel dan Film Laskar Pelangi bukan hanya salah satu instrumen sebagai hiburan bagi masyarakat, tapi ada pesan yang sangat penting didalamnya.

Ini loh salah satu realita pendidikan kita”

ini loh kondisi infrastruktur pendidikan di daerah


Selain itu Laskar Pelangi juga ingin mengabarkan, di pelosok Indonesia, ada merah putih juga, meskipun dengan fasilitas yang jauh berbeda dengan kota, dipelosok sana ada anak bangsa juga, yang memiliki mimpi memajukan bangsanya, yang memiliki mimpi dapat mengenyam pendidikan sebagaimana layaknya.

Disisi lain, Laskar Pelangi mengajarkan bagaimana nilai perjuangan anak-anak di pelosok, bagaimana seorang Lintang yang harus mengayuh sepeda sejauh 40 KM pantang menyerah, demi mengejar setetes ilmu untuk perbaikan kehidupan keluarganya.

Novel Laskar Pelangi adalah salah satu Novel paling fenomenal, tidak saja bagus secara tutur dan pembahasaan, tetapi juga nilai dan substansi.

Dari Laskar Pelangi kita harusnya belajar, betapa pentingnya seorang guru atau pelaku pendidikan berbagi dan menuliskan kisah mereka. Siapa yang menyangka tulisan dalam novel itu akan menggugah banyak orang. Dengan kondisi kemajemukan Indonesia, kisah-kisah itu sangat diperlukan, karena pasti masih banyak kisah serupa atau bahkan lebih heroik tentang kondisi pendidikan kita.

Menulis bagi guru dan Insan pendidikan Indonesia adalah saran berbagi realita dan inspirasi, tentu kita dapat membaca bagaimana kisah guru-guru di pelosok mengajarkan anak didiknya, bagaimana infrastruktur disana dan bagaimana tantangannya.

Semua guru-guru di pelosok Indonesia dapat menjadikan Novel Laskar Pelangi ini sebagai acuan, untuk kemudian mereka Amati, Tiru dan Modifikasi. Tidak semua orang berkesempatan merasakan bagaimana pelosok-pelosok Indonesia terutama dalam bidang pendidikan. Melalaui berbagai macama media yang sudah berkembang hari ini, guru-guru di pelosok dan diseluruh Indonesia harusnya bisa berbagi kisah mereka. Indonesia adalah negara yang sangat majemuk, Think Nationally, Act Locally, melalui berbagai kisah guru di seluruh Indonesia ini nanti, guru lainnya dapat mengambil pelajaran, metode pembelajaran atau sekedar refleksi kondisi di tempat lain.

Dalam sebuah talkshow tentang Laskar Pelangi, seorang penonton remaja yang merupakan pecandu narkoba menuturkan

Ketika membaca novel itu saya merasa malu dengan tokoh-tokoh yang diceritakan dalam novel itu yang dengan segala keterbatasannya namun tetap bersemangat untuk bersekolah dan berprestasi. Sedangkan saya yang mendapatkan nasib jauh lebih baik dari tokoh-tokoh itu justru menyia-nyiakan segala kesempatan dan fasilitas yang ada. Saya mendapatkan sebuah pencerahan hidup seuasai membaca novel itu, dan termotivasi untuk memperbaiki hidupnya yang telah lama saya sia-siakan.



Penuturan remaja itu semoga semakin menguatkan mengapa insan pendidikan terutama guru di pelosok Indonesia semakin termotivasi untuk menulis. Karena dewasa ini belum banyak buku yang menghimpun kisah pendidikan di belantara Indonesia, satu diantaranya setahu saya buku berjudul Oase Pendidikan di Indonesia yang ditulis tim penulis Forum Pelita Pendidikan Tanoto Foundation. Semoga kedepannya semakin banyak kisah dan cerita pendidikan di Indonesia yang dituiskan guru-guru kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun