[caption caption="ilustrasi (http://circle.cerdasmulia.net)"][/caption]Namanya Kris Susantio. Lulusan SPG. Jago karate. Kalau marah di kelas, suka tonjok meja, "braaak!", lalu memasukkan tangannya ke saku celana. "Sakit, ni yeee," Kata saya dalam hati.     Â
Dia suka memanggil saya, "Jidat!" Yeah, seperti yang kalian semua lihat, bagian tubuh saya yang itu memang cukup menonjol (dulu perut saya belum menonjol hehe). Saya suka memanggilnya, "Pak Bulan!" Wajahnya banyak jerawat. Mungkin, gara-gara memanggilnya begitu, saya ketulah jadi jerawatan juga.
Saya dan teman-teman sering main ke rumahnya, tepatnya rumah orang tuanya di Jl. Angklung Depok Dua. Ada perpustakaan kecil-kecilan di rumahnya. Saya suka pinjam buku-bukunya.
Di rumahnya itu, saya pernah ujian Tanda Kecakapan Khusus (TKK) Juru Masak tingkat purwa. Lambangnya panci di atas api. Saya dan teman-teman yang mengambil TKK itu memasak sayur asam belimbing wuluh dan tumis tempe.
Saya juga pernah bersepeda dengan jarak yang cukup jauh bersamanya dan teman-teman berseragam pramuka. Lewat jalan berbatu, tepi sungai, mampir di warung untuk makan, dll. Setelah bersepeda bersamanya, saya memperoleh TKK Pengendara Sepeda tingkat purwa.
Dia juga pernah menemani saya dan teman-teman berjalan kaki dari Bogor ke Depok dalam sebuah lomba long march sampai kaki kami lecet. Hasilnya? TKK Long March tingkat madya.
Saat kemping di Cibubur, dia menjadi pengawas saya ketika saya ronda sementara teman-teman yang lain tidur dalam tenda. Ketika itu, saya tengah menempuh ujian untuk mendapatkan TKK Ronda tingkat Purwa. Selain mengawasi saya, sesekali dia juga menakut-nakuti saya, melempar ciduk saat saya memeriksa MCK, atau membuat suara-suara yang menyeramkan.
Dia pernah pacaran sama Bu Erma, guru saya saat saya duduk di bangku kelas 4 SD. Sayang, mereka tidak jadi menikah, padahal pasangan yang cukup serasi di mata saya dam teman-teman ketika itu.
Setiap hari Senin sampai Jumat, saya memanggilnya Pak Kris. Namun, setiap Sabtu, saat kami berseragam pramuka, saya memanggilnya Kak Kris.
Kalau kalian pernah melihat tanda tangan saya yang cukup keren itu, sebenarnya saya meniru tanda tangannya.
Sampai hari ini, dia masih mengenali saya dengan baik. Dia sering menyapa saat motor kami berpapasan. Namun, sampai hari ini, saya belum sempat mengucapkan, "Terima kasih, Pak! Untuk ilmu yang kau berikan di kelas. Terima kasih, Kak! Untuk pengalaman yang pernah kau berikan selama mengikuti kegiatan pramuka."
Selamat hari guru, Pak Kris Susantio!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H