Mohon tunggu...
denny prabawa
denny prabawa Mohon Tunggu... Editor di Balai Pustaka -

penulis, penyunting, penata letak, perancang sampul, pedagang, pensiunan pendaki, dan masih banyak lagi sederet identitas yang bisa dilekatkan kepadanya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Aneka Yess! dalam Kenangan

19 Oktober 2015   00:42 Diperbarui: 4 April 2017   18:31 13446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="majalah aneka yess! (www.vemale.com)"][/caption]Setelah menelantarkan blog saya di dennyprabowo.blogspot.com, beberapa hari ini saya mulai beberes lagi blog itu. Saya biasa mendokumentasikan karya-karya saya yang dimuat di suatu media di blog itu. Saat tengah mendokumentasikan cerpen Rambut Pirang Nanan yang pernah dimuat di majalah Aneka Yess!, saya mencoba membuka website majalah itu di yess-online.com, tapi tidak berhasil. Foto yang berasal dari majalah itu pun tidak bisa muncul di blog saya. Ada apa dengan website itu?

Saya coba googling Aneka Yess!. Ternyata, majalah itu sudah tutup sejak tahun 2014! Wow, hampir setahun lalu. Saya baru tahu kalau majalah itu sudah tidak ada. RIP Media Cetak yang ditulis Stephanie, redaktur majalah itu, tiba-tiba membuat kenangan awal menulis di majalah itu.

Penghujung tahun 2000, saya menyerahkan sebuah naskah cerpen kepada Man Musawa, suami sepupu saya yang bekerja di majalah itu. Dia memang tidak bekerja di bagian redaksi, tapi dia berjanji akan menyerahkannya kepada redaktur majalah itu. Belakang, saya mengenali nama Stephanie sebagai redaktur majalah itu.

Alhamdulillah, cerpen itu dianggap layak untuk dimuat di Aneka Yess!. Hanya saja, karena dimuat di bulan Maret 2001, judul Anyer 10 Januari yang diinspirasi dari lagi Slank, diubah jadi Anyer 10 Maret. Saya beli majalah itu, lalu saya tunjukan ke teman-teman saya. Norak, ya? 

Dengan membawa majalah yang memuat cerpen saya, saya ke kantor redaksi Aneka Yess! buat ambil honor. Sugeng, sekretaris redaksinya menemui saya. Setelah menunggu cukup lama dan melihat model-model kece yang mau pemotretan lalu lalang di kantor Aneka Yess!, Sugeng meminta saya ke bagian keuangan buat ambil honor. Mau tahu jumlahnya? 75.000! Yeah, tidak terlalu besar, sih, tapi lumayan daripada lumanyun. Setidaknya, sebuah jalan sudah terbuka, tinggal menekuninya saja. Honor itu saya belikan 3 buku seharga 10.000 di lapak buku bekas terminal Depok. Sisanya, saya berikan kepada ibu saya.

Setelah cerpen pertama itu, cerpen-cerpen lainnya pun dimuat di majalah itu, bahkan sering juga dalam satu nomor ada dua cerpen saya dimuat di sana, tentu saja dengan nama yang berbeda-beda. Mbak Ste meminta saya menggunakan beberapa nama pena: D-Not, Depo, D. Prabowo, Tebing Cakrawala, Donald Ducky... apa lagi ya? Lupa, ah.

Lewat majalah itu, saya kenal cerpenis-cerpenis, seperti Aveus Har yang belum lama berselang pernah diundang ke Hitam Putih (videonya bisa lihat di sini), Muktiar Selawati, dan Gegge Mappangewa. Hampir setiap dua pekan sekali, nama-nama itu selalu muncul di Aneka Yess!. 

Boleh dibilang, Aneka Yess! adalah majalah yang melahirkan saya sebagai cerpenis. Setelah menulis di majalah itu, saya mulai menulis di berbagai media. Saya lupa kapan terakhir saya menulis di majalah itu. Sudah lama sekali. Sejak Aneka Yess! hanya memuat 2 cerpen, saya sudah tidak menulis di sana. Ada perasaan sedih juga waktu mengetahui majalah itu sudah tidak beredar lagi. DI era digital seperti sekarang, bukan hal yang mudah bagi media cetak untuk terus bertahan. Selamat tinggal Aneka Yess!, semoga kamu tenang dalam kenangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun