Nash syariy sangat banyak menyebutkan tentang ilmu.Â
Allah berfirman:
Dan katakanlah, ya Allah tambahkanlah untukku Ilmu
Allah juga berfirman:
Allah akan mengangkat yang beriman di antara kalian dan yang diberikan ilmu beberapa derajat
Rasulullah bersabda dari Anas bin Malik:
Dari nash yang disebutkan di atas jelas-jelas Allah memberitahu para manusia dan jin untuk menuntut ilmu, meminta ilmu tersebut, dalam rangka mensukseskan misi utama kita di dunia yaitu menyembah Allah. sebagaimana ayat Al-Qur'an yang sudah kita hafal di luar kepala:
Maka ilmu ini harus kita upayakan, kita ajarkan, dan juga senantiasa diperjuangkan agar anak-anak kita, anak-anak kaum muslimin bisa terus mendapatkannya, mengilmuinya. yaitu ilmu yang bersumber dari Al Quran dan hadits yang shahihah. tidak ada debat. Ditambah pernyataan Imam Abu Abdillah Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i bahwa: semua kata ilmu di Al-Qur'an dan hadits semuanya dimaksudkan untuk ilmu syar'i.
di atas pertimbangan itu semua, telah dan akan selalu berdiri kelompok manusia yang luar biasa sejak zaman setelah wafatnya nabi dalam bidang pendidikan pengajaran untuk meneruskan membagi bagikan warisan kenabian yaitu ilmu agama, karena itu lah warisannya para nabi. Dari satu guru ke murid lalu murid itu menjadi guru dan mengajarkan lagi ke orang di generasi setelahnya.
Begitu terus seperti rantai yang sambung menyambung hingga ke generasi terakhir. Semuanya menyampaikan qoola-llaah qoolar-rosul. Di setiap generasi pasti ada orang yang memegang atau mengemban tanggung jawab, atau amanah menyampaikan ilmu agama yang murni dan pasti benar semuanya karena bersumber dari Al-Qur'an dan sunnah yang shahih. Sedikit atau banyak kelompok tersebut. Didukung atau diasingkan kelompok tersebut. Melalui sebab kesungguhan mereka , selalu ada manusia di atas bumi yang merasakan penghambaan yang benar, khusyu yang benar, taubat yang benar, berdoa yang benar, bermuamalah yang sesuai petunjuk Al-Qur'an dan sunnah.
Dengan itu juga selalu ada besar atau kecil belahan tanah yang di atas dan bawahnya tersebar dan tumbuh keberanian, keamanan, kedamaian, keadilan, ketentraman hidup. Karena tidak akan hadir itu semua dengan nyata kecuali jika dibangun dari ilmu syar'i.Â
Maka sebagaimana rasulullah sudah menyampaikan wasiat terpentingnyaÂ
. .
Saya akan meninggalkan di tengah tengah kalian semua dua perkara yang nyata. Yang selama kalian berpegang teguh mengimplementasikan dan hidup dengan pedoman keduanya, maka kalian selamanya tidak akan tersesat di dunia maupun akhirat. Yaitu Kitab Allah dan Sunnah utusannya.
Oleh karena itu maka sebagaimana Imam Syafii juga pernah menyampaikan : ilmu adalah semua yang difirmankan Allah dan disabdakan rasul-Nya. Sedangkan selain keduanya, hanya hembusan was was setan.
Ucapan beliau rahmatullah alaih benar dan di zaman ini sudah kita lihat bukti-buktinya. Semua ilmu yang bukan dari Al-Qur'an dan sunnah shahihah, maka tidak akan lepas dari kritik, kelemahan, terbukti salah di masa depan, perubahan dan revisi, dan lain lainnya meskipun sekian ratus tahun sudah musuh Allah menyebarkan propaganda dan program otak bahwa sains modern yang sudah melewati proses penelitian ilmiah dan ujian versi mereka, maka itu harus diyakini kebenaran. Sampai sampai ada orang islam yang memakan propaganda mereka mentah-mentah, ketika hasil olah prinsip ilmiah mereka berseberangan dengan syariat islam, malah syariat islam yang mereka tolak, dianggap lebih rendah dari olah pikirnya. Dengan cara pikir seperti ini pelakunya berada di bahaya yang besar yaitu tanpa sadar semakin jauh dari nilai agama yang benar.
Atas dasar potensi bahaya ini dan maslahat tidak murni, dan sebenarnya pelajar pesantren tidak darurat juga ilmu tersebut disampaikan di dalam kelas sampai alokasi khusus harian, juga sudah ada orang muslim lain yang mempelajarinya. Ditambah lagi ilmu-ilmu tersebut sudah menjadi materi non-kurikulum sekolah dalam bentuk praktis, pengurus tidak pernah abai dengan membekali pelajarnya sesuatu yang dibutuhkan di masa depan agar mandiri dan kuat tatkala mengabdi di masyarakat menyampaikan ilmu agama. Maka belajar Al-Qur'an dan sunnah shahihah semakin tidak terbantahkan harus dituntut dan dipelajari. Karena maslahatnya bersifat mutlak di dunia dan akhirat, dulu sekarang dan akan datang, usia muda pertengahan maupun tua, sehat maupun sakit, miskin maupun kaya, warga pedesaan maupun perkotaan, guru ataupun buruh bahkan profesi apapun, rakyat jelata ataupun pemimpin. Mudharatnya nol, tidak ada sama sekali. Dengannya manusia selamat hatinya, perbuatan badannya, ucapannya. selamat dunia dan akhirat.
Hal ini sudah terbukti di masa kenabian dan generasi emas setelahnya. Di mana dengan dua hal itu yang mereka pegang kuat, mereka bisa menguasai hampir semua belahan bumi yang dikatakan peradaban sosial dan teknologinya lebih dulu maju dibanding peradaban arab saat itu.
Bahkan keturunan generasi emas tersebut yang mereka tumbuh besar dengan kitabullah dan sunnah rasul, di kemudian waktu kemudian, mereka semuanya mengejar bahkan melampaui kemajuan dunia orang-orang romawi dan persia, dan sekitarnya. Untuk memudahkan atau semakin besar merealisasikan ibadah kepada Allah dengan lebih baik, ditemukannya produk-produk ide dan barang mulai dari yang kecil seperti sabun untuk kebersihan, alat alat kesehatan dan pengobatan hingga keahlian bersifat ide dan pengetahuan sangat tinggi seperti aljabar, trigonometri, penghitungan hari, ilmu sosiologi. Nama-nama mereka masyhur Al-Jazari, Al-Khawarizmi, Jabir bin Hayyan, Al-Zahrawi, Al-Battani, Ahmad bin Thulun, Al-Biruni, dan banyak lagi. Dengan pondasi al-Qur'an dan Sunnah yang kuat akan lahir manfaat tidak hanya untuk kemaslahatan muslimin dalam ubudiyah dan muamalahnya.
Kembali ke pembicaraan tentang pelajaran atau kurikulum yang dijalankan oleh pendidik muslim sejati. Pertimbangan pertama pastinya harus untuk menegakkan kemaslahatan yang bersifat darurat. Sangat dekat di depan mata kita sendiri berada jawabannya apa yang darurat itu, kemaslahatan akhirat anak-anak kita. Kita ajari mereka aqidah, kecintaan kepada Allah, kita siapkan mereka dengan Al-Qur'an dan hadits karena keduanya adalah sumber informasi yang akan menuntun mereka sukses sampai surga. Diajarkan semua hal sesuai kemampuan kita dan keterbatasan yang ada hal hal yang sangat penting berupa ibadah wajib agar terealisasi maksud maksud rukun iman yang enam lahir dan batin.
Akan tetapi perkembangan zaman yang terjadi sekarang di mana sebagian besar urusan di dunia itu dipersyaratkan dengan sertifikasi resmi bernama ijazah mau tidak mau, sedikit demi sedikit memaksa unit pendidikan untuk ikut dalam pemberian ijazah yang diakui negara, yang untuk mendapatkan itu harus mengikuti ujian pelajaran tertentu. Yang dengan ini maka mulailah masuk pelajaran pelajaran yang asalnya tidak pernah dominan diajarkan sebelumnya di unit pendidikan tersebut. Mau tidak mau dimasukkan ke dalam formasi pelajaran sebagian unit pendidikan karena pelajar harus dipersiapkan untuk ujian tadi. Efeknya pelan tapi pasti pelajaran yang diwajibkan negara menjadi pesaing bagi pelajaran mendasar di sekolah agama.
Bukan hanya mengurangi jam pelajaran ilmu agama, bersaing dalam rapat pengalokasian jam ajar, bukan hanya mengurangi waktu istirahat pelajar, bukan hanya menambah pusing mereka karena pelajaran bertambah, bukan hanya menambah lama hari ujian akhir, bukan hanya bersaing dalam waktu belajar siswa, akan tetapi juga menjadi sebab masuknya syubhat atau terkadang suatu hal yang berseberangan dari nilai agama, atau bahkan suatu materi yang sebenarnya tidak diketahui pun tidak mudharat.
Namun meninjau bahwa era di mana kita ada sekarang para pelajar yang ingin berkarya di mayoritas unit pendidikan dituntut memiliki ijazah, Agar mendapatkan ijazah dari pemerintah, maka mau tidak mau unit pendidikan islam harus mengkompromikannya dan menyiapkan juga pelajar agar memenuhi syarat mengikuti ujian nasional.Â
Oleh karena itu agar pelajaran umum ini yang aslinya tidak terlalu ditekankan diajarkan secara khusus di dalam kelas, ini bisa menjadi efisien dan efektif, tidak membuang buang waktu santri, tidak menjadi materi ajar hanya untuk dapat ijazah saja -setelahnya dilupakan-, dengan prinsip bahwa ilmu umum ini harus menjadi alat dalam memahami ilmu syari, menjadi pembantunya ilmu syar'i, maka seyogyanya unit pendidikan terutama guru bidang pelajaran tersebut mengaitkan pelajaran umum itu dengan ilmu-ilmu syari. Janganlah guru itu membebek dengan buku ajar yang dibuat untuk sekolah umum yang membeda-bedakan pelajaran dunia dengan pelajaran akhirat, lalu diduplikasi diajarkan ke siswa unit pendidikan islam. Pelajaran umum jika diajarkan di unit pendidikan islam , maka harus dikolaborasikan dengan ilmu syari, untuk melayani ilmu syari. Di antara caranya adalah:
Pilah pilih pelajaran apa yang disampaikan dari mata pelajaran yaitu yang tidak ada syubhat dan pertentangan dengan nilai agama, secara akidah, ibadah, akhlak, dan lainnya.
Guru pelajaran umum seyogyanya menerapkan metode menghubung-hubungkan materi pelajaran dengan Al-Qur'an dan Hadits. Misalnya ketika ada pelajaran IPA tentang air, maka bawakan air dalam Al-Qur'an dan sunnah dan dalam khazanah keilmuan islam lainnya. Jika membawakan pelajaran matematika maka sampaikan dalam bentuk praktis yang diambil dari syariat islam. Misalnya ketika konversi tahun ke hari, maka kaitkan dengan usia Rasulullah diutus. atau dengan jarak satu kali tawaf adalah sekian meter, maka konversi ke langkah kaki. Atau kaitkan dengan otot apa saja yang terlibat dalam aktivitas tersebut. Dan lain sebagainya. Pelajaran bahasa asing juga bisa dikaitkan ke syariat islam, misalnya ceritakan sahabat Nabi yang bernama Zaid bin Tsabit radhiyallahu 'anhu yang menguasai bahasa ibrani hanya dalam hitungan dua jumat. Pokoknya isi semua sudut sudut pembahasan kepada ilmu islam. Dengan demikian ilmu umum ini membantu santri untuk lebih paham beberapa pembahasan syariat, menjadi semakin suka dengan ilmu agama, dan secara langsung mendekatkan ilmu syari ke pemahaman siswa bahwa sangat bisa diterapkan di semua aspek kehidupan.
Pengajar ilmu umum perlu mengadopsi pendekatan HOTS (High Order Thinking Skills) agar siswa mendapat manfaat dari pelajaran umum lebih efisien. Janganlah hanya disuruh menghafal jal-hal dari pelajaran umum. Waktu pertemuan per pekan hanya 40 menit atau 60 menit rasanya mustahil sebagian besarnya menjadi ahli dan hampir mustahil jika dituntut hanya menghafal banyak materi karena akan menjadi beban mereka semata. Bayangkan kalau materi pelajaran yang aslinya untuk 270 menit lalu dijejalkan dalam waktu 40 atau 80 menit. Tentu sangat berat. Dan juga tidak bermanfaat bagi siswa. Namun meskipun materi yang disampaikan tidak banyak, namun dengan pendekatan HOTS jika sudah terbiasa dengan itu maka selanjutnya siswa akan memiliki daya belajar dan nalar yang lebih bagus yang dengannya di zaman keterbukaan informasi ini mereka semua secara mandiri menggali apa yang ingin diketahuinya dari pelajaran umum.Â
Bahkan unit pendidikan melalui guru diperbolehkan mengajar dengan teknik apa saja, salah satunya proyek dan kegiatan yang darinya siswa mendapat nilai. Menurut kami ini perlu dipelajari oleh pengurus sekolah dan diterapkan, selain kaidah fiqih yang berbunyi: setiap ada kesulitan, maka ada keringanan, ini adalah opsi yang bagus karena meringankan siswa, namun menyampaikan unit pendidikan ke tujuannya di tengah waktu yang ketat dan terbatas.Â
Kemudian pengurus sekolah perlu terbuka untuk membiarkan pengajar umum mengajar secara kreatif meskipun materinya dibuat sendiri , tidak saklek mengikuti bahan dari atas. Apalagi sebagian buku pelajaran atau modul tidak semua isinya mutlak harus disampaikan, kemudahan dan akses informasi yang deras pasti membantu pelajar era ini mengetahui suatu materi tanpa diajarkan di kelas, selain itu perlu ada penyesuaian dari materi di buku atau modul agar sifatnya menjadi melayani ilmu syari.
Jika tidak masalah, untuk pelajaran umum nilai rapot diambil saja dari ujian non-tulis. Selain hal ini diizinkan oleh pemerintah, ujian non-tulis ini lebih meringankan santri dan pengajar. Ujian non-tulis itu seperti dengan wawancara, tes lisan, atau bentuk proyek atau lainnya. Ujian dilakukan tanpa menyediakan waktu tertentu, bisa setelah pulang sekolah, atau di waktu malam ketika santri sudah selesai sholat isya dan makan, atau waktu lainnya. Pilihkan yang terbaik dan termudah namun tujuan pembelajaran tetap tercapai.
Kemudian setelah itu semua hendaknya dijaga agar pelajaran umum ini, di kemudian hari, tidak malah mendominasi atau mengambil jam pelajaran ilmu syari. Tentukan dari awal berapa minimal pertemuan untuk hafalan Al-Qur'an, berapa jam untuk akidah, berapa kali untuk fiqih dan seterusnya. Jangan kurang-kurangi jam mereka untuk memasukkan pelajaran umum. Terutama pelajaran wajib atau di atasnya. Setelahnya barulah pelajaran umum di waktu sisa dengan memperhatikan agar siswa tidak terlalu terbebani.. Asal ada kemauan dari pengurus insya Allah ada jalannya biidznillah. Dan kita jaga dalam alam sadar dan bawah-sadar bahwa tidak ada kejayaan, dunia akhirat, atau dulu sekarang dan akan datang, desa ataupun kota, negara maupun antar-bangsa, muda maupun tua, kecuali dengan berpegang teguh kepada Al-Quran dan Sunnah, dengan pemahaman salaful ummah.
Wallahu a'lam bisshowab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H