Mohon tunggu...
Denny Malelak
Denny Malelak Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya tanpa batas dan menjadi ispirasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Karyawan swasta

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Bocah Riang Menolak Resah

31 Mei 2020   06:29 Diperbarui: 31 Mei 2020   10:00 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kolong langit desiran agin berhembus basah..
Bertelanjang kaki bocah riang  menolak resah..
Mengalunkan siul membuta bersama sang tandus.

Seolah kengerian kemarau menjauh tak mengendus.

Di sini karang berkarib bersama ilalang
Di sana retak bumi bersua terik mentari             yang angkuh.
Kemarau ini tak perkasa menghalang

Bocah lugu berjenaka riang menolak resah Bermandikan peluh ... meneguk tawa

Tapak kaki berbunyi menjejali padang gersang
Segurat senyum berayun di wajah bocah..
Tabir surya mencekik melilit semak yang haus
Ceria jenaka tak acuh makin pecah berpeluh

Aku termanggu menatap nun jauh menjilat ladang yang menjerit terpapar mentari
               Bisik hati dalam bisu ...
Apa rimba hijau diangkut kapal bersauh?
Hingga redup pesonanya
                            Atau ...
Tunas muda tak lagi kembang tumbuh
            Sehingga hilang ceriahnya
Negeri elok permadani hijau telah roboh pikatnya
Oleh keangkuhan Sang kemarau yang membakar


Tanah ini merindu hujan yang lebat
Bak malam merindukan bulan.                                Jika gerimis tak kunjung datang
Berbenah mungkin sebuah solusi

DM

Sikumana,310520

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun