Di kolong langit desiran agin berhembus basah..
Bertelanjang kaki bocah riang  menolak resah..
Mengalunkan siul membuta bersama sang tandus.
Seolah kengerian kemarau menjauh tak mengendus.
Di sini karang berkarib bersama ilalang
Di sana retak bumi bersua terik mentari       yang angkuh.
Kemarau ini tak perkasa menghalang
Bocah lugu berjenaka riang menolak resah Bermandikan peluh ... meneguk tawa
Tapak kaki berbunyi menjejali padang gersang
Segurat senyum berayun di wajah bocah..
Tabir surya mencekik melilit semak yang haus
Ceria jenaka tak acuh makin pecah berpeluh
Aku termanggu menatap nun jauh menjilat ladang yang menjerit terpapar mentari
        Bisik hati dalam bisu ...
Apa rimba hijau diangkut kapal bersauh?
Hingga redup pesonanya
              Atau ...
Tunas muda tak lagi kembang tumbuh
      Sehingga hilang ceriahnya
Negeri elok permadani hijau telah roboh pikatnya
Oleh keangkuhan Sang kemarau yang membakar
Tanah ini merindu hujan yang lebat
Bak malam merindukan bulan.                Jika gerimis tak kunjung datang
Berbenah mungkin sebuah solusi
DM
Sikumana,310520
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H