Mohon tunggu...
Denny Kodrat
Denny Kodrat Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Sebelas April

Praktisi pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kita Perlu Slow Living

2 Agustus 2023   18:48 Diperbarui: 2 Agustus 2023   18:55 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Phttps://www.linenme.com/Slow-Living

Dunia cepat saat ini mengakibatkan kita, para pekerja, tidak mampu menikmati setiap detik kehidupan. Semuanya diburu oleh waktu, deadline, target, KPI, dan atribut penilai kinerja. Meski di dunia pendidikan, para pendidik mulai mengurangi kompetisi, mengkampanyekan kolaborasi, hal ini tidak berlaku di dunia kerja. Semuanya serba hitungan indikator kinerja. Tiba-tiba, kita berada di tengah tahun bahkan menuju akhir 2023. Padahal, baru kemarin kita mengganti kalender tahun 2022. Sejurus itu, usia pun kian menua. Satu tahun lebih tua dari sebelumnya. Pertanyaan besarnya, sampai kapan kita tergerus dengan kecepatan waktu sehingga kita tidak menikmati hidup kita ini?

Pagi hari, saat jam masuk kantor dan sekolah, kita merasakan, ribuan pekerja menggunakan sepeda motor membanjiri jalan besar. Macet di kedua sisi. Semua sama. Ingin segera tiba di tempat kerja. Tak jarang kecelakaan terjadi, hingga kehilangan nyawa. Di sore hari tidak begitu berbeda. Begitu setiap harinya hingga kita berhenti atau pensiun bekerja.

Kita perlu slow living. Membuat seluruh aktivitas kita sedikit lambat. Aktivitas harian kita, perlu disetting ulang. Tidak ada kata terburu-buru, terkecuali menikmati seluruh aktivitas tersebut. Nampaknya ada beberapa tips sederhana yang dapat diterapkan, diantaranya,

1. Membuat jadwal harian.

Jadwal harian sebaiknya disusun satu hari sebelumnya dengan durasi yang longgar untuk setiap kegiatannya. Saat pelaksanaan tidak sesuai dengan rencana, tidak perlu menjadi beban. Kegiatan yang tertunda dapat dilaksanakan di hari lain. Karena di jalan raya, kita menghindari berkendaraan dengan kecepatan tinggi, maka kita harus berangkat lebih pagi menuju tempat kerja. Bila jarak tempuh normal sekitar 30 menit, kita membiasakan berangkat 15 menit lebih awal, sehingga kita dapat menikmati perjalanan. Mungkin ini tidak berlaku bagi yang menggunakan alat transportasi umum. 

2. Hindari kegiatan dadakan

Saat ini kegiatan dadakan, dengan instruksi layaknya komandan militer sering kita simak. "Tugas dikumpulkan besok" atau "rapat hari ini pukul 13.00 WIB" dan sejenisnya. Untuk kondisi seperti ini, sebaiknya dihindari. Kadang kala, kita perlu berani untuk bernegosiasi atau menolak tawaran yang serba dadakan. Seakan-akan besok tidak ada hari lain, atau kiamat atau meninggal. Urusan dunia pada dasarnya selalu bisa dinegosiasikan untuk alasan-alasan yang prinsip.

3. Teknik STOP

Gunakan teknik STOP untuk merelaksasi dan merasakan apa yang terjadi di sekeliling kita. Teknik STOP ini terdiri atas, Stop (berhenti), menghentikan seluruh kegiatan yang sedang kita lakukan. Saat kita memegang gawai, letakkan gawai tersebut. Saat kita tengah membaca, letakkan buku kita sementara waktu. Saat kita sedang menonton, hentikan aktivitas kita. Take a breath. 

Tarik nafas yang panjang, melalui hidung. Dalam hitungan kelima, keluarkan nafas kita dengan perlahan melalui hidung. Kemudian Observe, rasakan seluruh keadaan yang terjadi saat ini. Dengarkan seluruh bunyi yang ada disekitar kita. Bunyi mesin, suara kertas, langkah kaki, suara orang berbicara, bahkan suara nafas kita. Rasakan secara mendalam dan perlahan. Ulang langkah tersebut beberapa kali. Proceed, maknanya melanjutkan kegiatan setelah terjeda beberapa menit.

4. Merefleksi setiap hari

Perlu waktu untuk memulai dan membiasakan slow living. Kita terbiasa cepat, sat set, instan, ingin cepat selesai, sehingga lupa menikmati dari seluruh kegiatan kita. Padahal, ini yang terpenting dalam aktivitas kita sebagai manusia. Menyelami makna lelah, letih, dan segala hal yang berhubungan dengan kehidupan kita. Bukankah menjadi tua adalah kemestian dan menjadi bijaksana adalah pilihan? Bijaksana akan terjadi saat kita mampu menikmati seluruh kegiatan dan memaknainya.

Ada beberapa catatan dalam memaknai slow living ini. Pertama, membuat lambat (getting slower) ini berlaku untuk kegiatan yang bukan ibadah wajib. Shalat, berpuasa, membayar zakat, dan berhaji harus dilakukan secara segera. Tidak boleh dilambat-lambatkan. Sementara urusan dunia, yang bukan kewajiban, dapat mulai dibuat lambat. Dalam konteks pekerjaan, nampaknya selama masih sebagai karyawan, agak repot kita untuk masuk pada slow living, terlebih perusahaan yang menegakkan target ketat untuk kinerja. 

Ada baiknya mulai berpikir untuk bekerja di perusahaan yang lebih longgar secara aturan, atau membuka bisnis, atau bekerja di sektor yang kita dapat mengatur jadwal dan kegiatan kita sendiri. Berbicara tempat bekerja, berkaitan dengan kebutuhan. Para karyawan terjebak dalam urusan ini. Satu sisi, ingin slow living, tapi sisi lain perusahaan atau tempat bekerja menuntut bekerja by target, disaat yang bersamaan, kita masih membutuhkan penghasilan untuk membayar seluruh penghidupan kita. Semoga ada solusi terbaik, sehingga kita benar-benar dapat menikmati kehidupan dalam kegiatan kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun