Ameen percaya ibu akan pulang.
Ia menggambar wajahnya di langit malam,
di antara bintang yang memudar,
di bulan yang pecah seperti piring tua.
"Ibu akan pulang," katanya,
"membawa roti dan senyum."
Bibinya semakin sedih,
waktunya tiba untuk berkata:
"Ibu tak akan pulang, Ameen."
Tapi bagaimana mungkin?
Bagaimana mungkin ia menghancurkan dunia kecil itu?
Bagaimana mungkin ia menjadi pembawa malam
yang tak berujung bagi anak itu?
Dan di Gaza, gencatan senjata hanya sunyi.
Tidak ada kemenangan di sini,
hanya kisah yang mengendap di puing-puing.
Dan Ameen,
anak yang menulis surat untuk ibunya,
tetap menunggu di depan pintu.
Ia menanti.
Terus menanti.
Tapi ibu tak kunjung pulang.***
Jakarta, 18 Januari 2025
CATATAN
(1) Puisi esai ini diinspirasi oleh Gencatan Senjata Israel dan Hamas yang baru diumumkan
https://www.bbc.com/news/articles/cvg4ryde7q5o.amp
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI