DI BALIK BUKU DEMOKRASI DENGAN REKOR TERBANYAK 221 PENULIS
Oleh Denny JA
"Buku adalah cerita yang kita baca, tetapi proses menulisnya adalah kehidupan yang menyala di balik layar."
Pesan ini menggambarkan bahwa buku adalah bentuk final dari sebuah karya. Namun, proses menulisnya adalah sebuah perjalanan tersendiri, kadang penuh emosi, perjuangan, dan cermin sebuah zaman.
Kutipan ini yang saya renungkan ketika membaca kembali buku yang membuat rekor, karya Perkumpulan Penulis SATUPENA.
Ketika "Suara Penulis Soal Pemilu dan Demokrasi 2024" akhirnya diterbitkan, ia tak hanya hadir sebagai kumpulan gagasan tentang demokrasi Indonesia.
Ia tercatat dalam sejarah. Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) memberikan pengakuan resmi: inilah buku demokrasi dengan jumlah penulis terbanyak, 221 orang, dan genre terlengkap---esai, cerpen, puisi, dan puisi esai.
Namun, yang menjadikannya istimewa bukan sekadar angka atau genre. Ia adalah cermin dari polarisasi politik Indonesia di ujung tahun 2024. Ini sebuah periode penuh gejolak antara pilpres dan pilkada.
Polarisasi ini tak hanya mengguncang politik nasional, tetapi juga mengguncang dunia penulis.
Sebagai ketua umum Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, saya berada di tengah badai. Beberapa penulis menginginkan organisasi ini berdiri tegas melawan kebijakan pemerintah melalui petisi.