Mohon tunggu...
Denny_JA Fanpage
Denny_JA Fanpage Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Satu Pena

Kumpulan Catatan Denny JA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memperbincangkan Lahirnya Angkatan Puisi Esai

16 Desember 2024   06:01 Diperbarui: 16 Desember 2024   06:01 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : dennyja.world AI

Angkatan Puisi Esai adalah fenomena unik dalam sejarah sastra, disebut sui generis oleh pengamat sastra Jerman, Berthold Damshuser, karena menjadi angkatan pertama yang dinamai berdasarkan genre.

Menurut Berthold, ini adalah genre yang berkembang pesat dalam waktu singkat, melintasi batas Indonesia hingga Malaysia, Brunei, Thailand, dan Singapura. Ia juga mencatat bahwa belum pernah ada genre sastra sebelumnya yang digagas oleh satu individu dan mencapai dampak sebesar ini.

Agus R. Sarjono menegaskan bahwa sejak Angkatan 2000, hanya Puisi Esai yang menjadi inovasi besar dalam sastra Indonesia. Dimulai dari buku Atas Nama Cinta karya Denny JA pada 2012, genre ini telah melahirkan banyak karya dengan estetika dan tema serupa.

Agus menambahkan bahwa polemik yang melibatkan Puisi Esai melampaui semua perdebatan sastra sebelumnya, mencerminkan pengaruh besarnya.

Agus Sarjono adalah tokoh pertama yang mendeklarasikan lahirnya Angkatan Puisi Esai. Ia sudah menyatakannya pada Festival Puisi Esai ASEAN di Sabah ke-3, Juni 2024 lalu.

Agus pula yang memimpin penulisan 4 seri buku Angkatan Puisi Esai, yang total tebalnya sekitar 2000 halaman.

Jamal D. Rahman memandang bahwa masa depan Angkatan Puisi Esai bergantung pada generasi muda, khususnya Gen Z yang akrab dengan AI dan media sosial. Ia memuji inklusivitas genre ini, yang membuka ruang bagi orang dari berbagai latar belakang untuk menulis, sehingga menghapus eksklusivitas dunia kepenyairan dan mendukung keberlanjutan genre.

Agus melihat Angkatan Puisi Esai sebagai sebuah momen besar dalam sejarah sastra Indonesia. Ia menegaskan bahwa genre ini memiliki estetika yang khas: narasi panjang, tema sosial yang kuat, dan penggunaan catatan kaki sebagai elemen integral.

Agus juga menekankan bagaimana Puisi Esai telah melampaui batas Indonesia, diterima di Malaysia, Brunei, dan Singapura, menjadikannya gerakan sastra pertama di Indonesia yang benar-benar transnasional.

Berthold, seorang akademisi dan pengamat sastra dari Jerman, awalnya skeptis terhadap genre ini. Namun, ia kemudian mengakui kekuatan inovatif Puisi Esai.

Baginya, genre ini adalah sui generis --- unik dan tak terbandingkan. Ia mencatat bahwa tidak pernah ada genre sastra lain yang tumbuh begitu pesat dan diterima luas, bahkan menembus konteks global, sejak awal digagas oleh satu individu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun