Algoritma memilih informasi yang cocok dengan pandangan kita. Sehingga, kita terjebak dalam ruang gema, di mana hanya suara yang serupa yang terdengar.
Ruang gema ini memecah kesatuan nasionalisme. Kita tidak lagi memiliki satu pandangan kebangsaan yang sama.
Kini, identitas kebangsaan kita terpecah dalam warna yang berbeda-beda. Nasionalisme kita menjadi personal, bergantung pada konten yang kita lihat. Algoritma menjadi pengarah, menciptakan perbedaan yang tak terlihat, tetapi terasa.
-000-
Contoh Warna-Warna Nasionalisme yang Beragam
Nasionalisme dulu adalah sungai besar, aliran yang menyatukan. Sekarang, ia lebih mirip riak air di kolam-kolam kecil.
Setiap kolam adalah ruang gema digital. Setiap individu memiliki warna nasionalisme sendiri. Ini tercipta dari konten yang disarankan algoritma.
Seorang remaja mungkin melihat nasionalisme sebagai keterbukaan. Ia terpapar budaya luar dan isu global.
Ia merasa bagian dari dunia, bukan hanya satu bangsa.
Di sisi lain, seorang ibu rumah tangga di desa mungkin melihat nasionalisme sebagai sesuatu yang konservatif. Algoritma mengarahkan kontennya pada tradisi dan agama. Baginya, nasionalisme adalah menjaga norma lokal, bukan mengikuti tren global.
Lalu ada pengusaha muda di kota besar. Nasionalisme baginya adalah ekonomi digital. Ia melihat peluang global dan ingin negaranya maju. Algoritma menampilkan konten yang menginspirasi pencapaian ekonomi. Baginya, nasionalisme adalah soal daya saing.
Setiap orang hidup di ruang gema masing-masing. Setiap orang memiliki warna nasionalisme yang berbeda.