Terjadinya penurunan harga tes PCR yang berulang kali tersebut, seakan membenarkan asumsi di masyarakat bahwa tes PCR telah menjadi sebuah bisnis dengan pendapatan yang menggiurkan. Apabila ada isu lain yang beredar seperti isu mafia kesehatan, itu menjadi cerita lain  yang perlu diteliti kebenarannya.
Â
Dampak Tes PCR bagi wisata domestik
Melihat kasus Covid-19 yang mulai melandai, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno telah melihat adanya  peluang bangkitnya industri pariwisata di Indonesia.Â
Bagi daerah khususnya yang sudah masuk level 1 dan 2, pun perlahan mulai berbenah dan bersiap diri. Kita patut bersyukur kondisi yang melandai ini selain prokes yang ketat, juga didukung tingginya partisipasi masyarakat dalam mengikuti program vaksinasi.Â
Menurut data ourworldindata.org 183 juta penduduk Indonesia sudah diberikan vaksinasi dan 69,1 juta orang atau 25,3% dari populasi telah menerima vaksinasi lengkap.
Hal tersebut menunjukkan kalau pasar wisata domestik Indonesia telah mulai siap terbuka kembali. Kondisi yang ada tersebut perlu kiranya perlu didukung dengan kebijakan yang tidak memberatkan bagi calon wisatawan.Â
Di saat pemerintah dan stake holder pariwisata berusaha mencari jalan untuk membangkitkan industri pariwisata yang telah lama terpuruk, kebijakan tes PCR dengan harga yang bahkan lebih mahal dari harga tiket pesawat menjadi kebijakan yang kontradiktif dengan usaha yang sedang dilakukan tersebut.
Ketika usaha pariwisata seperti penerbangan, travel dan hotel didukung pemda melakukan berbagai upaya untuk membangkitkan kembali pariwisata seperti memberikan diskon perjalanan, maka dukungan semua pihak termasuk prasyarat untuk melakukan perjalanan wisata domestik menjadi sangat penting.
Seiring dengan menurunnya kasus positif Covid-19, salah satu indikator adanya optimisme akan bangkitnya industri pariwisata terlihat dari naiknya jumlah penumpang pesawat.Â