Mohon tunggu...
M.Denny Elyasa
M.Denny Elyasa Mohon Tunggu... Lainnya - Analis Kebijakan dan Penulis

Analis Kebijakan pada Setwan Prov.Kep. Bangka Belitung . Aktif menulis opini dan esai khususnya mengenai kepariwisataan dan SDM.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Museum, Potensi Wisata yang Terlupakan

30 Agustus 2021   13:54 Diperbarui: 30 Agustus 2021   15:20 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu ruang koleksi Museum Timah Kota Muntok /Foto : Agung

Menurut Undang--undang nomor 10 Tahun 2019 yang di maksud daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Secara teori daya tarik wisata dibagi menjadi tiga, yaitu :

  1. Daya tarik wisata alam contohnya segala flora fauna, pantai dan pegunungan.
  2. Daya tarik wisata budaya contohnya museum, cagar budaya, upacara adat, dan kesenian tradisional.
  3. Daya tarik wisata minat khusus contohnya arung jeram, diving, berburu, dan mendaki gunungWisata alam yang ada di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung tidak diragukan lagi keindahannya dan keunggulannya sebagai daya tarik wisata utama. Keindahan garis pantai dengan pasir putihnya, sebaran batuan granit raksasa yang seakan-akan disusun oleh tangan-tangan raksasa telah diakui oleh dunia. Belum lagi potensi wisata alam lainnya seperti hutan bakau, kolong (danau buatan) bekas penambangan timah, atau air terjun alami yang tersembunyi di lebatnya hutan. 

Keindahan tersebut pun telah dilukiskan dalam buku dan film 'Laskar Pelangi' sebagai latar ceritanya, yang secara langsung telah menaikkan popularitas pariwisata di Bangka Belitung pada umumnya dan Pulau Belitung.

Potensi wisata alam yang ada tersebut semakin kukuh eksistensinya di dunia takkala Pulau Belitung di tetapkan sebagai salah satu UNESCO Global Geopark pada Sidang ke 211 Dewan Eksekutif UNESCO yang diselenggarakan secara virtual dari Paris, Kamis (15/4/2021), dimana 17 objek wisata alam yang ada di Geopark Belitung telah diakui sebagai geopark dunia. 

Namun, perlu diingat untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dan meningkatkan lama tinggal (length of stay) wisatawan, tidak cukup hanya mengandalkan potensi daya tarik wisata unggulan saja seperti wisata alam misalnya, tapi juga didukung oleh hal-hal lainnya. Konsep 3A (atraksi, amenitas, aksesbilitas) menjadi dasar utama yang penting dan perlu disiapkan. 

Disamping itu perlunya optimalisasi daya tarik wisata lainnya yang dapat menjadi alternatif pilihan dan memberi waktu yang cukup lama bagi para wisatawan untuk menikmatinya, seperti daya tarik wisata sejarah, budaya maupun wisata minat khusus. Mengapa hal tersebut penting?

Hal tersebut menjadi penting ketika kita berbicara jumlah kunjungan dan alam tinggal wisatawan (length of stay). Kita perlu mencari peluang yang cukup banyak dengan menawarkan berbagai macam atraksi wisata yang bisa menarik minat wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Untuk itu perlunya memaksimalkan potensi wisata yang ada. 

Secara teori kita paham bahwa segmen ataupun minat wisatawan itu berbeda-beda, dan tujuan orang melakukan perjalanan pun berbeda-beda. Kebutuhan seseorang itu tergantung atas kebutuhan dan minatnya terhadap sesuatu, maka jika kita berbicara pariwisata sekecil apa pun produk wisata pasti punya segmen pasar.  

Chen, Chen, Ho, dan Lee dalam Ibnu Wibowo (2015) menyebutkan bahwa terjadi evolusi turisme yang didasarkan pada bentuk produk turisme, yaitu dimulai dari traditional tourism, leisure tourism, thematic tourism, dan terakhir in-depth tourism.

Dalam konteks berbicara wisata sejarah dan budaya sebagai bagian dari daya tarik wisata maka tidak terlepas dari museum sebagai bagian dari atraksinya.  Museum sebagai salah satu aset daya tarik wisata di Bangka Belitung memiliki potensi untuk dikembangkan. Museum mengalami perkembangan fungsi seiring berjalannya waktu, semakin lebih beragam dan meningkat perannya bagi masyarakat. 

Dalam pariwisata menurut Carvalho et al.(2014) museum berperan dalam menyediakan pekerjaan, menarik turis, menghasilkan aktivitas di banyak sektor, berkontribusi bagi regenerasi perkotaan, dan mendukung pertumbuhan industri kreatif dan persaingan kota. Keberadaan wisata sejarah seperti museum akan semakin menjanjikan karena ke depan seiiring perubahan trend wisata, wisatawan  yang memiliki kesadaran budaya pun akan semakin bertambah.

Menurut Siyi Wang (2020) museum memberikan pengalaman perjalanan yang berlapis-lapis secara proprioseptif, sensorik, intelektual, estetika dan sosial. Selain itu, museum dijadikan sebagai tempat belajar, bertanya-tanya, refleksi dan relaksasi, stimulasi sensorik, ikatan sosial baru, penciptaan kenangan abadi dan ingatan masa lalu.

Dalam konteks di atas maksud dari pemanfaatan museum menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2015 tentang Museum adalah pendayagunaan koleksi untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat dengan tetap mempertahankan kelestariannya.

 Hal ini menunjukkan bahwa museum dengan koleksi benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan/atau struktur cagar budaya dan/atau bukan cagar budaya dapat dimanfaatkan baik itu pendidikan, wisata, penelitian maupun hal lainnya.

Menurut Luc Citrinot dalam Shaw Hong (2020), "Sudah lama museum-museum di Asia Tenggara tidak dilihat sebagai atraksi yang menarik bagi pengunjung internasional. Jadi, kunjungan ke museum umumnya bukan faktor yang menjadi motivasi kunjungan mereka ke bagian dunia ini". Namun,  selama dekade terakhir, dengan adanya perubahan dinamis pada industri museum di Asia Tenggara, adanya perubahan situasi benar- dari masa lalu. Hari ini, museum telah memainkan peran penting sebagai city branding dan sektor pariwisata warisan budaya dari banyak negara di Asia Tenggara.

Bahasan di atas menjelaskan bahwa berkunjung ke museum tidak menjadi pilihan utama bagi wisatawan. Sebagai contoh museum yang ada di Jakarta saja berdasarkan data dari 8 (delapan) museum besar, menurut data.jakarta.go.id pada tahun 2019 terdapat kunjungan ke museum sebanyak 4.424.647 orang lebih rendah 34,43% jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 6.747.497 orang. Bandingkan dengan museum Louvre di Perancis yang jumlah pengunjungnya mencapai 9,6 juta pada 2019 dan 10,2 juta pada 2018 hanya untuk satu museum saja.

Bagaimana kondisi kunjungan museum di Bangka Belitung?  Berdasarkan data dari tiga museum utama yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu Museum Timah -Muntok, Museum Timah-Pangkalpinang dan UPT Museum Kabupaten Belitung, pada tahun 2019  terdapat jumlah kunjungan wisnus (domestik dan lokal) 101.226 orang dan wisman 1.718 orang.

Pada tahun 2020 terjadi penurunan kunjungan sebesar 86,61% yaitu sebanyak 13.556 orang untuk wisnus dan 485 orang wisman atau sebesar 71,77%.  Hal tersebut dapat dimaklumi karena awal tahun 2020 dimulainya pandemi Covid-19 hingga saat ini. Bahkan sekelas Museum Louvre Perancis pada tahun 2002 jumlah kunjungannya anjlok hingga 70%, dimana pendapatannya turun lebih dari 90 juta euro atau Rp 1,5 triliun dibandingkan dengan pendapatan pada 2019 (kompas.com,11/01/2021).

Memang tidak semua museum termasuk yang ada Bangka Belitung menarik biaya kontribusi dari pengunjung seperti misalnya Museum Timah yang dimiliki oleh PT.Timah. Contoh lainnya museum Kata milik Andrea Hirata , dimana tidak mengejar profit sebagai wujud aktualisasi dari hasil karyanya yang mendunia agar dapat dinikmati masyarakat .

Museum Timah Muntok /Foto: Agung
Museum Timah Muntok /Foto: Agung
                                                                                                                      

Jadi sangat sulit untuk menghitung money value dari kontribusi museum yang ada di Bangka Belitung. Maka nilai yang bisa didapat adalah pengalaman, pengetahuan, dan lama tinggal wisatawan di destinasi.

Menjadi penting untuk merubah perspektif wisatawan tentang museum seperti yang disampaikan Luc Citrinot dengan menjadikannya sebagai brand (merk) sebuah kota seperti misalnya museum timah yang lekat dengan sejarah Pulau Bangka dan Belitung sebagai  daerah penghasil timah dan kota Pangkalpinang tempat kantor pusat PT. Timah berada.

Salah satu ruang koleksi Museum Timah Kota Muntok /Foto : Agung
Salah satu ruang koleksi Museum Timah Kota Muntok /Foto : Agung

Namun, untuk menjadikan museum sebagai salah satu daya tarik wisata utama ada beberapa faktor yang dapat menjadi penentu bagi kunjungan museum, yaitu :

  1. Aksesibilitas ke Museum. Banyak museum di negara maju ditempatkan di pusat kota dengan letak yang cukup strategis, mudah dijangkau, baik oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Masalah aksesibilitas menjadi salah satu faktor penyebab kenapa museum di Indonesia sepi pengunjung, dikarenakan banyaknya museum yang berada di lokasi yang sulit dijangkau kendaraan umum, atau tidak berada di tepi jalan utama yang gampang terlihat dan akses yang harus ditempuh cukup jauh,  sehingga membuat banyak orang malas untuk berkunjung ke museum tersebut.
  2. Fasilitas yang ada di museum. Kurang memadainya fasilitas pendukung di museum seperti misalnya tempat parkir kendaraan, toilet yang kebersihan kurang terjaga, tidak tersedia restoran bagi pengunjung akan mempengaruhi jumlah pengunjung.
  3. Penampilan (display) bahan pameran. Benda-benda peninggalan sejarah yang ada dalam banyak museum di Indonesia kebanyakan disimpan dalam display kaca dengan penerangan yang kurang maksimal sehingga kurang menarik, ditambah kurang inovatifnya tampilan. Penampilan yang baik bahan pameran secara langsung tentu saja akan mempengaruhi kepuasan dari pengunjung. Memasuki era teknologi informasi 4.0 maka menjadi mutlak untuk untuk mengkombinasikan teknologi dengan tampilan museum agar lebih menarik, inovatif dan interaktif dengan pengunjung.Jika di negara maju hal ini sudah lama berlangsung, selain bahan pamerannya dari sisi kuantitas dan kualitasnya tinggi, tampilan museum selain dengan pencahayaan yang baik, didukung dengan pengunaan teknologi canggih sehingga menarik bagi pengunjung.Penampilan yang baik dan menarik dapat mendukung pemberian informasi yang baik kepada para pengunjung.Menurut Siyi Wang (2020) dikarenakan indera kita  secara konsisten berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari orang. Oleh karena itu, kunjungan museum akan lebih banyak melibatkan interaksi antara indera dan pengalaman, seperti pengalaman visual, pendengaran, penciuman, rasa dan proprioseptif dan berkonsentrasi pada potensi   dampak pada pengunjung museum dari aspek kognitif, emosional dan lainnya, yang semuanya telah membangkitkan museum multisensor akan muncul.
  4. Empati dari pengelola museum. Menjadi penting empati dari pengelola museum karena akan berpengaruh langsung terhadap kualitas layanan baik kepada wisatawan maupun terhadap barang – barang yang ada di museum. Berdasarkan teori kualitas pelayanan yang ada di sektor pariwisata bahwa kualitas pelayanan pariwisata dapat dirasakan secara langsung oleh wisatawan di tempat. Tingkat kepuasan wisatawan dipengaruhi oleh apa yang diterima, dilihat dan dirasakan pada saat menikmati atraksi wisata baik itu berupa keramahan, keamanan, kenyaman, suasana dan daya tanggap dari pelayanan publik.Ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten dalam mengelola museum memang menjadi salah satu kendala. Jumlah SDM yang memiliki latar belakang pendidikan, pengetahuan dan pengalaman tentang  yang sangat terbatas sangat mempengaruhi kualitas layanan terhadap museum itu sendiri.
  5. Promosi. Menjadi hal penting bagi suatu industri baik barang atau jasa dalam memasarkan sebuah produknya. Promosi merupakan salah satu bagian dari bauran pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk memberikan informasi dan berkomunikasi dengan pasarnya. Tanpa promosi yang baik sangat sulit bagi sebuah produk barang/jasa untuk dikenal oleh masyarakat. Berhasil dan tidaknya promosi pariwisata dapat diukur dari banyaknya informasi yang diminta dan besarnya volume kedatangan wisatawan yang sungguh-sungguh membeli produk pariwisata yang dipromosikan (R.G. Soekadijo, 2000:242).Promosi melalui strategi online and social media marketing dengan menggunakan virtual museum merupakan salah satu cara untuk mencari perhatian dari konsumen agar tertarik kepada jenis wisata museum untuk  kemudian menimbulkan minat berkunjung (Mochamad Achyarsyah,et.al.,2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun