Mohon tunggu...
M.Denny Elyasa
M.Denny Elyasa Mohon Tunggu... Lainnya - Analis Kebijakan dan Penulis

Analis Kebijakan pada Setwan Prov.Kep. Bangka Belitung . Aktif menulis opini dan esai khususnya mengenai kepariwisataan dan SDM.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Museum, Potensi Wisata yang Terlupakan

30 Agustus 2021   13:54 Diperbarui: 30 Agustus 2021   15:20 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Timah Kota Pangkalpinang  /Foto: Disparbudkepora Babel

Menjadi penting untuk merubah perspektif wisatawan tentang museum seperti yang disampaikan Luc Citrinot dengan menjadikannya sebagai brand (merk) sebuah kota seperti misalnya museum timah yang lekat dengan sejarah Pulau Bangka dan Belitung sebagai  daerah penghasil timah dan kota Pangkalpinang tempat kantor pusat PT. Timah berada.

Salah satu ruang koleksi Museum Timah Kota Muntok /Foto : Agung
Salah satu ruang koleksi Museum Timah Kota Muntok /Foto : Agung

Namun, untuk menjadikan museum sebagai salah satu daya tarik wisata utama ada beberapa faktor yang dapat menjadi penentu bagi kunjungan museum, yaitu :

  1. Aksesibilitas ke Museum. Banyak museum di negara maju ditempatkan di pusat kota dengan letak yang cukup strategis, mudah dijangkau, baik oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Masalah aksesibilitas menjadi salah satu faktor penyebab kenapa museum di Indonesia sepi pengunjung, dikarenakan banyaknya museum yang berada di lokasi yang sulit dijangkau kendaraan umum, atau tidak berada di tepi jalan utama yang gampang terlihat dan akses yang harus ditempuh cukup jauh,  sehingga membuat banyak orang malas untuk berkunjung ke museum tersebut.
  2. Fasilitas yang ada di museum. Kurang memadainya fasilitas pendukung di museum seperti misalnya tempat parkir kendaraan, toilet yang kebersihan kurang terjaga, tidak tersedia restoran bagi pengunjung akan mempengaruhi jumlah pengunjung.
  3. Penampilan (display) bahan pameran. Benda-benda peninggalan sejarah yang ada dalam banyak museum di Indonesia kebanyakan disimpan dalam display kaca dengan penerangan yang kurang maksimal sehingga kurang menarik, ditambah kurang inovatifnya tampilan. Penampilan yang baik bahan pameran secara langsung tentu saja akan mempengaruhi kepuasan dari pengunjung. Memasuki era teknologi informasi 4.0 maka menjadi mutlak untuk untuk mengkombinasikan teknologi dengan tampilan museum agar lebih menarik, inovatif dan interaktif dengan pengunjung.Jika di negara maju hal ini sudah lama berlangsung, selain bahan pamerannya dari sisi kuantitas dan kualitasnya tinggi, tampilan museum selain dengan pencahayaan yang baik, didukung dengan pengunaan teknologi canggih sehingga menarik bagi pengunjung.Penampilan yang baik dan menarik dapat mendukung pemberian informasi yang baik kepada para pengunjung.Menurut Siyi Wang (2020) dikarenakan indera kita  secara konsisten berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari orang. Oleh karena itu, kunjungan museum akan lebih banyak melibatkan interaksi antara indera dan pengalaman, seperti pengalaman visual, pendengaran, penciuman, rasa dan proprioseptif dan berkonsentrasi pada potensi   dampak pada pengunjung museum dari aspek kognitif, emosional dan lainnya, yang semuanya telah membangkitkan museum multisensor akan muncul.
  4. Empati dari pengelola museum. Menjadi penting empati dari pengelola museum karena akan berpengaruh langsung terhadap kualitas layanan baik kepada wisatawan maupun terhadap barang – barang yang ada di museum. Berdasarkan teori kualitas pelayanan yang ada di sektor pariwisata bahwa kualitas pelayanan pariwisata dapat dirasakan secara langsung oleh wisatawan di tempat. Tingkat kepuasan wisatawan dipengaruhi oleh apa yang diterima, dilihat dan dirasakan pada saat menikmati atraksi wisata baik itu berupa keramahan, keamanan, kenyaman, suasana dan daya tanggap dari pelayanan publik.Ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten dalam mengelola museum memang menjadi salah satu kendala. Jumlah SDM yang memiliki latar belakang pendidikan, pengetahuan dan pengalaman tentang  yang sangat terbatas sangat mempengaruhi kualitas layanan terhadap museum itu sendiri.
  5. Promosi. Menjadi hal penting bagi suatu industri baik barang atau jasa dalam memasarkan sebuah produknya. Promosi merupakan salah satu bagian dari bauran pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk memberikan informasi dan berkomunikasi dengan pasarnya. Tanpa promosi yang baik sangat sulit bagi sebuah produk barang/jasa untuk dikenal oleh masyarakat. Berhasil dan tidaknya promosi pariwisata dapat diukur dari banyaknya informasi yang diminta dan besarnya volume kedatangan wisatawan yang sungguh-sungguh membeli produk pariwisata yang dipromosikan (R.G. Soekadijo, 2000:242).Promosi melalui strategi online and social media marketing dengan menggunakan virtual museum merupakan salah satu cara untuk mencari perhatian dari konsumen agar tertarik kepada jenis wisata museum untuk  kemudian menimbulkan minat berkunjung (Mochamad Achyarsyah,et.al.,2020).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun