Dalam pariwisata menurut Carvalho et al.(2014) museum berperan dalam menyediakan pekerjaan, menarik turis, menghasilkan aktivitas di banyak sektor, berkontribusi bagi regenerasi perkotaan, dan mendukung pertumbuhan industri kreatif dan persaingan kota. Keberadaan wisata sejarah seperti museum akan semakin menjanjikan karena ke depan seiiring perubahan trend wisata, wisatawan  yang memiliki kesadaran budaya pun akan semakin bertambah.
Menurut Siyi Wang (2020) museum memberikan pengalaman perjalanan yang berlapis-lapis secara proprioseptif, sensorik, intelektual, estetika dan sosial. Selain itu, museum dijadikan sebagai tempat belajar, bertanya-tanya, refleksi dan relaksasi, stimulasi sensorik, ikatan sosial baru, penciptaan kenangan abadi dan ingatan masa lalu.
Dalam konteks di atas maksud dari pemanfaatan museum menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2015 tentang Museum adalah pendayagunaan koleksi untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat dengan tetap mempertahankan kelestariannya.
 Hal ini menunjukkan bahwa museum dengan koleksi benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan/atau struktur cagar budaya dan/atau bukan cagar budaya dapat dimanfaatkan baik itu pendidikan, wisata, penelitian maupun hal lainnya.
Menurut Luc Citrinot dalam Shaw Hong (2020), "Sudah lama museum-museum di Asia Tenggara tidak dilihat sebagai atraksi yang menarik bagi pengunjung internasional. Jadi, kunjungan ke museum umumnya bukan faktor yang menjadi motivasi kunjungan mereka ke bagian dunia ini". Namun, Â selama dekade terakhir, dengan adanya perubahan dinamis pada industri museum di Asia Tenggara, adanya perubahan situasi benar- dari masa lalu. Hari ini, museum telah memainkan peran penting sebagai city branding dan sektor pariwisata warisan budaya dari banyak negara di Asia Tenggara.
Bahasan di atas menjelaskan bahwa berkunjung ke museum tidak menjadi pilihan utama bagi wisatawan. Sebagai contoh museum yang ada di Jakarta saja berdasarkan data dari 8 (delapan) museum besar, menurut data.jakarta.go.id pada tahun 2019 terdapat kunjungan ke museum sebanyak 4.424.647 orang lebih rendah 34,43% jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 6.747.497 orang. Bandingkan dengan museum Louvre di Perancis yang jumlah pengunjungnya mencapai 9,6 juta pada 2019 dan 10,2 juta pada 2018 hanya untuk satu museum saja.
Bagaimana kondisi kunjungan museum di Bangka Belitung? Â Berdasarkan data dari tiga museum utama yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu Museum Timah -Muntok, Museum Timah-Pangkalpinang dan UPT Museum Kabupaten Belitung, pada tahun 2019 Â terdapat jumlah kunjungan wisnus (domestik dan lokal) 101.226 orang dan wisman 1.718 orang.
Pada tahun 2020 terjadi penurunan kunjungan sebesar 86,61% yaitu sebanyak 13.556 orang untuk wisnus dan 485 orang wisman atau sebesar 71,77%. Â Hal tersebut dapat dimaklumi karena awal tahun 2020 dimulainya pandemi Covid-19 hingga saat ini. Bahkan sekelas Museum Louvre Perancis pada tahun 2002 jumlah kunjungannya anjlok hingga 70%, dimana pendapatannya turun lebih dari 90 juta euro atau Rp 1,5 triliun dibandingkan dengan pendapatan pada 2019 (kompas.com,11/01/2021).
Memang tidak semua museum termasuk yang ada Bangka Belitung menarik biaya kontribusi dari pengunjung seperti misalnya Museum Timah yang dimiliki oleh PT.Timah. Contoh lainnya museum Kata milik Andrea Hirata , dimana tidak mengejar profit sebagai wujud aktualisasi dari hasil karyanya yang mendunia agar dapat dinikmati masyarakat .
                                                           Â
Jadi sangat sulit untuk menghitung money value dari kontribusi museum yang ada di Bangka Belitung. Maka nilai yang bisa didapat adalah pengalaman, pengetahuan, dan lama tinggal wisatawan di destinasi.