Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak jauh dari yang namanya komunikasi budaya. Budaya sendiri diturunkan dari orangtua kita hingga nenek moyang kita. Salah satu tempat yang paling penting dalam mengajarkan suatu budaya adalah keluarga. Saya mendapatkan banyak pelajaran dari budaya yang diajarkan oleh keluarga saya.Â
Dalam buku Communication Between Cultures yang ditulis oleh Samovar, dijelaskan bahwa keluarga memiliki peranan penting dalam komunikasi antar budaya maupun mengajarkan suatu budaya.Â
Budaya memang sangat penting apalagi saya sebagai mahasiswa yang sering bertemu dengan orang baru di kampus. Budaya yang diajarkan oleh keluarga saya, sering saya terapkan kehidupan sehari-hari terutama saat bertemu dengan orang lain. Salah satunya adalah berjabat tangan dengan orang yang lebih tua seperti dosen.
Berbicara tentang budaya, saya terlahir dari keluarga keturunan Tionghoa. Keluarga saya masih kental dengan budaya-budaya yang berasal dari Tionghoa. Contohnya adalah saat hari raya Imlek, keluarga wajib menggunakan baju merah dan kumpul dengan keluarga besar. Selain itu, ada beberapa budaya yang diajarkan oleh saya sendiri.Â
Salah satunya adalah saya diajarkan makan menggunakan sumpit. Dari hal tersebut, saya akhirnya terbiasa menggunakan sumpit dan tidak lepas dengan yang namanya sumpit saat makan.Â
Etika saat diundang bertamu juga diajarkan oleh keluarga saya. Dan menurut saya hal tersebut sangatlah penting karena mengarah pada kesopanan dan etika. Saat bertemu, saya diajarkan untuk tidak menyentuh makanan yang disediakan sebelum tuan rumah makan menyentuhnya terlebih dahulu.Â
Selain budaya saat makan dan bertamu, saya juga diajarkan budaya saat berkomunikasi di kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah saat berkomunikasi dengan orang yang lebih tua, saya harus menggunakan bahasa yang lebih sopan dan halus. Selain itu, saat orang lain sedang berbicara kita tidak boleh langsung memotong pembicaraan tersebut.Â
Hal tersebut juga sangat penting untuk dipelajari, karena dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dengan yang namanya komunikasi. Dan budaya tersebut sudah diajarkan oleh orangtua saya sejak kecil. Meskipun saya mempunyai keturunan Tionghoa, saya juga memiliki keturunan asli Jawa. Saya juga mendapatkan berbagai ajaran dari budaya jawa.Â
Dan kurang lebih ajaran Tionghoa dan Jawa hampir sama. Tetapi terdapat beberapa ajaran yang berbeda dari kedua budaya ini. Contohnya seperti budaya Tionghoa mengajarkan bahwa lampu kamar mandi tidak boleh mati, sedangkan saya tidak pernah mendegar hal tersebut dari orang Jawa dan budaya Jawa. Contoh ajaran yang lainnya yang berbeda adalah saat ingin tidur, orang Tionghoa tidak boleh menggunakan baju hitam karna dapat membuat mimpi buruk. Hal tersebut pun saya lakukan hingga sekarang.
Saya bangga karena mempunyai kedua turunan yaitu Tionghoa dan Jawa. Dari hal tersebut tentunya saya memiliki kelebihan dari orang lain. Yaitu dapat berbicara dengan bahasa Cina maupun juga Jawa. Meskipun saya tidak lancar berbahasa Cina atau mandarin, namun saya sedikit paham dengan bahasa tersebut.Â
Dari kedua budaya tersebut, saya jadi memiliki banyak pelajaran budaya yang dapat saya ambil. Sehingga saat bertemu dengan orang lain, saya tidak dilihat orang lain sebagai orang yang buruk dan tidak berpendidikan.Â
Budaya yang saya dapatkan dari orangtua saya, tentunya juga budaya dari nenek moyang saya. Karena nenek moyang saya yang mengajarkan berbagai budaya tersebut kepada orangtua saya dan kemudian budaya tersebut diteruskan oleh orangtua saya kepada anak-anaknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H