Saya ingin tahu banyak hal tentang murid saya, tentang apa yang menjadi keluh kesahnya, tentang apa yang menjadi keinginannya dalam belajar. Saya juga terbuka menerima kritik dan keluh kesah dari para murid.Â
Obrolan yang saya jalin mulai dari topik sederhana 'apa yang bisa kita lakukan dalam keseharian', 'bagaimana hubungan pertemanan yang sehat', 'bagaimana kehidupan setelah mereka tuntas sekolah di jenjang SMALB' atau bahkan topik yang cukup abstrak tentang bagaimana dunia pernikahan dan bagaimana kehidupan setelah kematian.Â
Musabab, murid di kelas saya dengan kondisi tunarungu jarang sekali dapat mengobrol yang 'dalam' dengan orang sekitar.Â
Sebagai contoh, meskipun mereka sudah belasan tahun hidup bersama orang tua. Ternyata karena hambatan komunikasi yang terjalin, sehingga intensitas untuk melakukan obrolan sangat jarang, bahkan ada yang tidak pernah saling mengobrol satu sama lain.Â
Setelah banyak mengobrol, saya jadi tahu bahwa isi kepala mereka penuh tanda tanya. Baru sedikit yang mereka tahu. Sementara banyak orang yang terdekat dan melekat tetapi tidak memberikan jawaban.
Di sela-sela waktu belajar, saya ingin memberikan waktu yang berkualitas. Dengan banyak mengobrol dan bergurau membuat saya dan murid lambat laun menjadi satu frekuensi. Saya jadi mengenal murid lebih dalam, murid juga mengenal saya lebih dalam.Â
Kondisi kelas yang nyaman membuat murid lebih berani menyuarakan isi kepalanya. Sebagian murid mulai berani berbicara, mulai berani bertanya, mulai berani menjawab pertanyaan dan yang terpenting adalah mulai berdamai dengan kegagalan. Tidak apa-apa tidak berhasil hari ini. Tidak apa-apa belum bisa hari ini. Tidak apa-apa masih keliru dalam menjawab soal.Â
Saya seringkali menekankan bahwa ruang kelas adalah miniatur kehidupan. Di dalamnya juga berisi banyak problematika yang harus dituntaskan. Melakukan kesalahan dalam proses belajar adalah sebuah hal yang biasa. Namun dengan catatan bahwa tiap-tiap kesalahan yang dilakukan mestinya jadi satu hal yang bermakna agar menjadi suatu pembelajaran dan perbaikan diri.
Sederhananya, sebuah kelas dan sekolah mestinya harus hidup. Di dalamnya terdapat ruang untuk berekspresi, mengungkapkan perasaan, keinginan dan harapan. Ruang kelas dalam kesehariannya harus diramaikan dengan tantangan. Sehingga kehidupannya penuh gairah.Â
Berani mencoba dan berani salah adalah modal yang berharga. Tidak mudah membentuk mentalitas murid untuk berani mencoba dan berani salah. Sebab dengan modal tersebut akan membuka ruag terbuka tumbunya kreativitas dan ide-ide baru.Â