Mohon tunggu...
Denny Sikiseko
Denny Sikiseko Mohon Tunggu... -

Pengelana di garis waktu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Duel Petrus Vs Benny

9 Oktober 2018   20:12 Diperbarui: 9 Oktober 2018   20:36 1082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari desa paling udik di negeri ini, saya ikuti surat menyurat Petrus Bala Pattyona dengan Benny K. Harman. Asyik juga membacanya. Walaupun, hemat saya, ngapain Benny buang-buang waktu merespon Petrus Bala. Bukan kelasnya lah. Tapi, kayaknya dia kali ini hanya mau tunjukkan diri sebagai politisi rendah hati.

Saya sendiri tidak kenal si Benny Harman ini. Saya hanya nonton kalo dia pimpin rapat dan bicara di Komisi III DPR RI dan kalo omong di Indonesia Lawyer's Club. Luar biasalah dia. Saya kagum pemikirannya. Walaupun sempat hilang juga respek saya ketika dia membuat tuitan tentang mengapa Pak Jokowi diam dalam kasus kekerasan terhadap Novel Baswedan dan Ratna Sarumpaet yang kemudian ternyata untuk yang terakhir ini kabar tidak benar.

Tidak ada yang salah, malah bagus untuk memberi masukan kepada pak Jokowi. Ini momentum yang baik. Ibarat main bola sepak. Omongan Benny ini adalah bola umpan, tinggal pak Jokowi sodok sedikit agar bola masuk gawang. Itu kalau saya. Hanya saya kurang respek karena kata-kata Benny menohok. Dasar Flores, bahasa tembak langsung.

Yang aneh bagi saya bukan tuitan si Benny. Tapi reaksi keras para pendukung Jokowi di jagat maya. Meskipun bisa dipahami. Siapa sih yang tidak marah jika calon presidennya dikritik. Sah-sah saja. Tapi kadang overdosis juga reaksinya karena ngatain si Benny bodoh, tolol, dungu, frustrasi. Saya semula ikut mengecam dia, karena mendiskreditkan pak Jokowi, jago saya untuk Presiden.

Tapi, saya setelah tau persis masalahnya merasa bersalah, karena sebenarnya saya dengan si Benny sama saja. Bahkan lebih buruk lagi dari dia karena mengata-ngatainya sebagai politisi yang bodoh, dungu dan frustrasi.

Apa hak kita menilai dia hanya karena dia mengkiritk presiden? Bukan kah pak Jokowi, presiden kita semua? Mungkin dia tidak suka pak Jokowi. Atau mungkin juga dia pendukung Jokowi. Kita nggak tau. Tapi apakah karena dia kritik, tidak suka, bahkan kecam pak Jokowi, berarti juga mengecam dan membenci saya.? Benci kau, kritik kau, dan kritik kita?

Betul, Jokowi adalah kita. Jokowi adalah saya dan saya adalah Jokowi. Jokowi adalah kita. Maka menghina Jokowi adalah menghina kita. Masuk akal kalau kita beri reaksi keras terhadap si Benny. Tapi apakah kalo kita adalah Jokowi maka kalau kita mengecam Benny berarti juga pak Jokowi mengecam si Benny.

Apakah kalo saya, dan kamu, dan kita, Saya+Kamu=Kita, bilang si Benny dungu, bodoh, frustrasi berarti sama juga pak Jokowi yang bilang begitu? Itukah maksudnya "Kita Jokowi.?" Setau saya pak Jokowi itu, orangnya lembut. Tidak suka dendam. Tidak suka pake kata-kata kasar. Kalau dicubit pipi kiri, pipi kanan pun dikasihnya. Pak Jokowi, seturut yang saya tau, orangnya seperti itu. Hambel bahasa gaulnya.

Apalagi tuitan si Benny, isinya normatif saja. Sampah nilainya. Saya khawatir, kita ini hanya atas nama pak Jokowi, mengecam si Benny. Atas nama pak Jokowi berujar dengan kata-kata benci kepada si Benny. Apa bener pak Jokowi marah? Hmmm. Jangan-jangan kita punya masalah pribadi dengan si Benny, lalu pake nama pak Jokowi utk mengecamnya.

Jangan-jangan momen ini hanya dipake utk lempiaskan rasa tidak suka dgn Benny. Atau jangan-jangan ini dilakukan hanya karena diberi upah untuk ngata-ngatain siapapun yang mengkritik pak Jokowi termasuk si Benny. Ini jangan-jangan, saya nggak tau pasti tentunya. Refleksi lah!

Pun kalau saya baca surat si Benny kepada Petrus Bala, jelas banget apa yang menjadi dasar dia membuat tiga kemungkinan itu. Ilmiah banget. Tidak asal nuduh. Ada referensinya. Maka, Lupakan saja lah. Malu sendiri kita. Kita terus kerja dan kerja. Buang-buang waktu. Tapi sepertinya ada motif lain dari orang-orang yang memaki-memaki si Benny ini. Karena ngebet banget.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun