Mohon tunggu...
Denny Eko Wibowo
Denny Eko Wibowo Mohon Tunggu... Dosen - Long Life Learner - Enthusiast in Research of Performing Arts and Culture

D3 Bahasa Jepang Univ.Diponegoro - S1 Seni Tari ISI Yogyakarta - S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa UGM - Dosen Tari Universitas Universal Batam

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

"Pecah Telur" Perayaan Hari Tari Internasional 2023 Pertama di Batam

14 Mei 2023   22:49 Diperbarui: 14 Mei 2023   23:07 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari kedua Geratri (8/5/2023) diselenggarakan diskusi seni bertajuk Bincang Seni Santai, yang kali ini menggandeng akademisi seni kota Batam. Penyelenggaraannya dikelola oleh dosen seni tari, Universitas Universal bersama dengan Beatusfiniscreative. Topik bincang seni ini adalah "Proses Kreatif Penciptaan Tari" yang menghadirkan penampil di malam sebelumnya. Perlunya gagasan diskusi seni setelah pertunjukan menjadi subtansi utama dari perkembangan seni di kota Batam, pasalnya bukan saatnhya lagi seni tari hanya tampil di panggung tanpa diperbincangan dengan seru.

Tentunya ini menjadi wadah gladi nalar yang tepat untuk kemudian membangun cara pandang perkembangan tari di kota Batam secara dinamis. Sebab, tari menjadi manfaat bagi masyarakat sebagai bagian dari aksi kemanusiaan yang indah, bukan hanya diperjualbelikan namun juga dihadirkan sebagai refleksi atas sikap manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain dan juga lingkungan.

Bincang Seni Santai
Bincang Seni Santai "Proses Kreatif Penciptaan Tari", foto oleh beatusfiniscerative, 2023 

Tari menyimpan bahasa non-verbal yang khas, dari medium tubuh-iringan tari-properti menjadi kesatuan yang utuh sebagai pesan kemanusiaan. Tari menyimpan pengalaman bagi pelakunya, bagi penikmatnya dan juga bagi orang-orang yang akan terus menyuburkan setiap gagasan yang ada didalamnya. Kemandirian sebuah perayaan seusai pandemi seakan menjadi pertemuan hangat kembali tari dengan pemiliknya, dengan masyarakatnya. Tari bahkan menurut Alfred Gell mampu menghadirkan teknologi pesona (technology of enchantment) yang mewujud dalam aspek artistik dan estetiknya yang khas. 

Harapan besar semoga "pecah telur" ini akan menghasilkan pikiran positif untuk terus membangun perkembangan tari di kota Batam, sehingga manfaat tari tak hanya dirasa secara praktis-pragmatis tapi juga edukatif-solutif bagi kebutuhan kemanusiaan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun