Pelaku seni tari kontemporer di Kepulauan Riau tidak serta merta dinobatkan secara absolut sebagai seniman tari kontemporer, akan tetapi ini menjadi pilihan seperti apa keberadaan mereka akan dicap dalam bidang tari. Masa depan perkembangan tari kontemporer di Kepulauan Riau, ibarat seperti "sampan kayu yang berada di tengah gelombang". Gelombang tak pernah sama di tiap waktu, namun setidaknya sampan kayu ini telah memilik awak sampan yang sudah mampu mendayung. Daya dayungnya tentu lambat laun akan lebih matang seiring berjalan waktu dan tentunya dalam banyaknya lautan yang telah mampu diarungi. Maka, pelaku seni tari di Kepulauan Riau hendaknya mampu terus belajar dengan seniman di luar wiayah ini, melakukan interaksi dan diskusi sehingga selain eksistensi pribadi menjadi kukuh, kemampuan dan pengetahuan bidang tarinya menjadi lebih matang.
ReferensiÂ
Falassi, A. (1987). Festival: Definition and Morphology. In F. Abayomi, Festival: Definition and Morphology (pp. 1-10). academia.edu.
Murgiyanto, S. (2016). Seni Tari Melayu: Struktur dan Refleksi Keindahan. In Koentjaraningrat, Masyarakat Melayu dan Budaya Melayu dalam Perubahan (pp. 359-375). Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Prakasiwi, G., Fitriasari, R. D., & Murgiyanto, S. (2020). Being Contemporary: Proses Ari Ersandi dalam Karya Tari Lalube. Jurnal Kajian Seni, 128-141.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H